Hukum Taurat

0
308 views
Ilustrasi: Sejarah Keselamatan by the Traditional Catholic Priest

Bacaan 1: 1Raj 18:20-39
Injil: Mat 5:17-19

WAHYU berarti pernyataan Allah kepada manusia. Lalu manusia menanggapinya dalam bentuk iman. Namun demikian, manusia bebas boleh menanggapinya atau menolaknya.

Jika manusia memilih menanggapi, maka akan diberikan kasih karunia hidup kekal. Sebaliknya, jika menolak maka ganjarannya adalah hukuman kekal.

Yesus datang untuk mewahyukan makna sesungguhnya dari Perjanjian Lama, apa yang ingin dikatakan oleh hukum dan para nabi lalu membawanya ke dalam penggenapan.

Bagi Allah, hukum Taurat itu abadi. Memiliki kekuatan tetap sebelum kepenuhan Kerajaan Allah atau kebangkitan Kristus.

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Dalam khotbah di bukit, sebagai penafsir berwibawa Taurat, Yesus mengajar para pengikut-Nya.

Bahwa Hukum Taurat tidak memiliki arti apa-apa jika hanya dipandang sebagai peraturan keagamaan semata. Bagaimana Taurat harus dijalani dan dihayati dalam keseharian hidup. Hukum harus menginspirasi setiap orang untuk berbuat kebaikan.

Kadang seseorang hanya terpana dan lebih suka sebagai pendengar sabda daripada sebagai pelaku.

Tuhan Yesus adalah pewahyuan Allah kepada manusia, dalam Diri-Nya kita melihat dan mengenal Allah, kuasa-Nya sama seperti Allah Bapa.

Namun tidak sedikit masih ada yang mempertanyakan kuasa Tuhan Yesus.

Dalam doa kadang orang masih meragu, apakah benar Tuhan sedang melihat masalah yang dimohon serta mengabulkan permohonannya.

Baiklah kita belajar pada sikap Elia sebagai nabi Allah saat mengingatkan Ahab agar bertobat dari Baal. Tuhan menjawab Elia tepat pada waktunya.

Tuhan ingin memberikan belas kasihan pada Israel, setelah tiga tahun tidak mendapatkan musim hujan. Namun Allah tidak mau jika mereka tidak bertobat dari Baal.

Jika Tuhan menurunkan hujan, mungkin mereka mengira bahwa itu adalah berkah dari Baal.

Maka Nabi Elia menantang 450 Nabi Baal, lewat kurban persembahan.

Allah turun dalam rupa “Nyala Api” yang menyambar kurban bakaran, kayu, batu, tanah serta air dalam sekat parit. Membuat seluruh rakyat bertobat:

“TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah.”

Itulah pewahyuan Allah dalam Perjanjian Lama, “Nyala Api”.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here