IGCN Forum 2017, Kolaborasi untuk Kebaikan

0
343 views

UNTUK pertama kalinya Indonesia Global Compact Network (IGCN) menyelenggarakan forum tahunan pada tahun 2017 ini dengan mengusung tema “Making Global Goal Local Business”. Forum ini bertujuan menunjukkan bagaimana upaya para anggota IGCN mendukung tercapainya Sustainability Development Goals (SDGs) dan membahas permasalahan yang dihadapi dalam berbagai persepsi.

Sustainability Development Goals (SDGs) yang dicanangkan pada bulan September 2015 oleh PBB di New York merupakan kelanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada 2015. SDG memiliki 17 butir dengan 169 capaian yang diharapkan bisa diwujudkan pada tahun 2030.

IGCN Forum 2017 berlangsung tiga hari, dari tanggal 17 sampai 19 Oktober 2017. Topik yang disorot mengenai isu kemiskinan, ketidaksetaraan, gender, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Forum yang dihadiri sekitar 400 orang ini menampilkan 65 pembicara dari berbagai bidang: pemerintahan, bisnis, akademik, dan LSM.

Beberapa tokoh nasional muncul sebagai pembicara seperti Erna Witoelar dan Mari Pangestu. Martha Tilaar yang merupakan pendiri IGCN hadir penuh selama tiga hari empat forum tersebut. Pendiri PT Martina Berto yang telah berusia 82 tahun ini tetap energik dan bersemangat mengikuti semua acara.

Dunia yang lebih baik

Erna Witoelar bertutur tentang visinya terhadap dunia masa depan. “Sederhana saja. Saya ingin melihat anak-anak bermain di taman bunga, bukan di lapangan sampah seperti yang bisa kita temukan sekarang ini,” ujar Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah pada Kabinet Persatuan Nasional (1999-2001) ini.

Pembicara lain merupakan pejabat kementerian, pimpinan atas perusahaan, universitas, dan LSM. Perusahaan yang terlibat antara lain Sinarmas yang juga merupakan tuan rumah, Unilever, Gajah Tunggal, Indosat, General Electric Indonesia, Hotel Tugu. Dari lembaga nirlaba tampak UNESCO Asia, UNDP, Oxfam, Yayasan Bhumiksara, Atma Jaya, Trisakti, Paramadina, Binus, APINDO, dan Indonesia Business Link.

Kesetaraan gender

Format diskusi panel yang ditampilkan dua kali dalam setiap forum tampak dinikmati oleh peserta forum yang memenuhi auditorium Plaza Simas ini. Tidak jarang muncul pertanyaan-pertanyaan tajam dari peserta menanggapi materi yang disampaikan oleh panelis. Diskusi hangat terjadi saat pembahasan soal kesetaraan gender dalam bisnis. Direktur PT Gajah Tunggal Catharina Widjaja, menyatakan dalam promosi kerja jangan membedakan berdasarkan jenis kelamin, tetapi dengan melihat kinerja kerjanya.

Martha Tilaar menceritakan pengalamannya merintis bisnis dari awalnya di garasi rumah dan menjajakan produknya dari rumah ke rumah. Hal ini membuatnya mengerti tantangan yang dihadapi perempuan yang mengeluti UKM seperti penjual jamu keliling. “Saya dulu juga bakul jamu,” katanya sambil tersenyum.

Martha Tilaar yang berhasil mengembangkan bisnis rumahan menjadi skala nasional tidak lupa berbagi perhatian pada masalah sosial. Atas kiprahnya tersebut, pada tahun  2001, ia menjadi satu-satunya perempuan Asia yang dipanggil oleh Kofi Annan selaku Sekretaris Jenderal PBB waktu itu untuk menjadi salah satu pendiri Global Compact Network.

Di kemudian hari,  ia ikut merintis berdirinya Global Compact Indonesia yang sekarang dikenal sebagai IGCN. “Semua ini tak lepas dari dukungan suami saya: Prof. Tilaar,” ujar pengusaha yang sekarang fokus pada karya sosial.

Martha Tilaar, salah satu pendiri IGCN.

Upaya yang dilakukan seperti pendirian Kampung Jamoe untuk memperkenalkan dan mengangkat image herbal tradisional. Pada tahun 2014 Martha Tilaar grup juga mengadakan pelatihan laskar jamu gendong. Sebanyak 1.500 mbok-mbok jamu gendong dilatih untuk mencapai standar tertentu, belajar meracik dan menjaga mutu, serta kemasan dan pemasaran.

Perwakilan Global Compact untuk Tiongkok, Meng Liu, memperkenalkan aplikasi Women Empowerment Principles dan Gender Gap Analysis yang bisa digunakan perusahaan untuk melihat sudah sejauh apa kesetaraan gender yang sudah dilakukan.

Meng Liu menyatakan berdasarkan riset, diperlukan 170 tahun untuk mencapai keseimbangan gender dalam bisnis. Padahal kesetaraan gender mendatangkan peluang ekonomi yang sangat besar. Manajer level atas perempuan dikatakan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 22%, menambah 27% profit, dan menaikkan 39% kepuasan konsumen.

Pentingnya kerja sama

Presiden IGCN YW Junardy pada waktu menutup acara mengajak para pebisnis, pemerintah, lembaga nirlaba, dan akademisi untuk bahu membahu bekerja sama mewujudkan dunia yang lebih baik. “Bisnis penting bagi SDG, sebaliknya SDG juga penting bagi bisnis,” tegas komisaris Rajawali Group ini.

Ia pun lalu mengutip peribahasa dari Afrika tentang kerja ama. Begini bunyinya:

If you want to go fast, go alone.
If you want to go far, go together.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here