Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta: Toleransi Lewat Parkiran Sudah Terjalin Lama

0
363 views
Imam Besar Mesjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, saat memberi sambutan dalam rangka perayaan HUT ke-212 Keuskupan Agung Jakarta . Sabtu 4 Mei 2019. (Dok Komsos-PC-GIT/AY TEGUH).

JIKA menghargai kebhinnekaan, maka langit tak akan runtuh. Demikian ucapan yang disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar, saat memberikan sambutan di acara Jalan Santai Kerukunan dan Kebinekaan Lintas Agama di harijadi Keuskupan Agung Jakarta ke-212, Sabtu, (4/5/2019) di halaman Gereja Katedral Jakarta.

Acara itu diikuti sekitar 3.000 peserta dari berbagai macam penganut agama.

Hadir di antaranya Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Agama Lukman Hakim, dan Romo Antonius Suyadi.

“Subhahanallah (Maha Suci Allah), ucap Nasaruddin, “sering kali pihak Gereja Katedral membuka diri, jika ada tamu-tamu Istiqlal ingin datang berkunjung ke Khatedral, begitu pun juga jika ada tamu Katedral, sering kali Romo Alexius Andang Binawan SJ, Vikaris Episkopal Kategorial Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), mengajak untuk berkunjung ke Masjid Istiqlal. Jika saja tidak ada jalan raya antara Katedral dan Istiqlal, mungkin akan lebih cantik jika tanpa pagar, itu pasti sangat Indonesia.”

Ribuan peserta “Jalan Santai Kerukunan dan Kebinekaan Lintas Agama” di harijadi Keuskupan Agung Jakarta yang ke 212. Sabtu, 4 Mei 2019, di halaman Gereja Katedral Jakarta. (/dok Komsos-PC-GIT/AY Teguh)

Toleransi lewat parkiran sudah dimulai sejak lama. Setiap kali hari raya keagamaan Katolik, Nasaruddin meminta agar parkiran di Istiqlal dibuka untuk umat Katolik. Begitu sebaliknya saat Hari Raya Idul Fitri, umat Muslim bisa parkir di Katedral.

“Kami semua berbangga, karena dipimpin oleh menteri agama yang sangat memahami hubungan lintas agama di Indonesia,” ujar Nasaruddin bersemangat.

Sebentar lagi, umat Islam memasuki Bulan Suci Ramadan maka, dia pun minta agar umat bergama lain bisa bertenggang rasa, untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak diminta. Namun,kata dia, atas keluhuran dan kebaikan budi pekerti hendaknya semua orang bisa saling menghargai dan menghormati.

“Indonesia harus dirawat dan buktinya saat ini bisa berkumpul untuk merayakan peebedaan,” demiikan harap Nasaruddin.

“Perbedaan jangan diratapi, tapi harus disyukuri. Ibarat suatu lukisan, maka sangat tidak indah, jika hanya warna putih monoton. Indahnya suatu lukisan jika ada konfigurasi warna yang dibingkai dalam satu bingkai suci yakni Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Nasaruddin mengakhiri kata sambutannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here