Iman dan Penderitaan 2

0
333 views
Ilustrasi - Berani menderita dan tinggal bersama Yesus. (Ist)

DI tengah penderitaannya, Ayub tidak berbuat dosa dan menuduh Tuhan (Ayub 1: 22). Itulah langkah bijaksana seorang beriman sejati saat mengalami penderitaan.

Ayub juga tidak mencoba menyangkal eksistensi Tuhan, karena sikap itu tidak juga menyelesaikan masalah. Lalu, apa yang dilakukan Ayub?

Diam dan merenung.

Ketika isterinya mendesak Ayub untuk mengutuk Allah dan mati saja (Ayub 2: 9), dia menjawab, “”Engkau berbicara seperti perempuan gila. Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”

Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” (Ayub 2: 10).

Setelah tujuh hari dalam diam bersama tiga sahabatnya (Ayub 2: 13), Ayub membuka mulut, mengutuki hari kelahirannya (Ayub 3: 1). Yang dikatakannya menegaskan bahwa dia tidak paham akan misteri hidupnya (Ayub 3: 2-3.11-17.20-23).

Kata-kata dan sikap Ayub tidak ditujukan kepada Tuhan, melainkan kepada dirinya sendiri yang tidak mampu memaknai rencana dan tindakan Tuhan. Kendati dia menyesal telah dilahirkan, dia tidak berpikir tentang bunuh diri. Seberat apa pun derita hidup ini, di baliknya terkandung makna berharga.

Dalam penderitaan terkandung harapan. Friedrich Nietzsche berkata, “To live is to suffer; to survive is to find some meaning in the suffering.” Artinya: Hidup itu menderita; bertahan untuk menemukan makna dalam penderitaan.

Ini lebih pandangan filosofis dari pada konsep teologis.

Yesus Kristus mengajar dan memberi contoh bahwa hidup itu untuk melayani serta memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Matius 20: 28). Jalan itu bertentangan dengan kehendak manusia duniawi.

Karena itu, orang Samaria menolak Yesus yang berjalan menuju Yerusalem lewat di daerah mereka (Lukas 9: 53). Bukankah Dia pergi ke Yerusalem untuk menderita sengsara dan wafat?

Kedua murid-Nya, Yakobus dan Yohanes marah kepada mereka dan meminta ijin kepada Yesus untuk menurunkan api atas mereka (Lukas 9: 54).

Jawaban Yesus menegaskan bahwa Dia datang bukan untuk membinasakan, tetapi menyelamatkan (Lukas 9: 55). Jadi, Yesus menderita agar manusia selamat. Apakah makna penderitaan para pengikut Yesus harus berbeda dari itu?

Selasa, 27 September 2022
PW Santo Vinsensius a Paulo, imam

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here