In Memoriam Mart:inus Surawan Memori Para Seminaris, Langgam untuk Siswa (4)

0
174 views
RIP Dr. Martinus Surawan, guru pensiunan Seminari Mertoyudan.

SAAT camping di Pantai Glagah diajak Pak Raden –paraban atau julukan Pak Rawan- saya dan beliau mancing di sebuah kali; dekat perkemahan.

Hari sudah malam, sekitar jam sebelas. Beliau cerita tentang usahanya membuat bumerang. Tiba-tiba senar pancing saya ditarik keras sekali.

Joran lepas dari tangan. Saya berusaha meraihnya kembali. Kali ini saya berhasil, tetapi ikan lepas.

Di tengah percakapan itu, beliau melantunkan langgam untuk siswa. Walau tidak kenal seni tarik suara, terasa suara beliau yg serak-serak basah menembus tulang-tulangku.

Tembus sampai ke sumsum. Kesadaran saya hanyut dalam airmata kegembiraan tiada tara.

Sayang sekali, angin mulai semakin kuat dan tidak sadar saya melepaskan pertanyaan tentang buaya. Beliau katakan sering ada buaya juga di sana. Saya mulai keder dan mengajak pulang.

Begitu sampai di kemah, beberapa teman mengajak cari jingking di pantai bersama beliau.

Sial, cuma menemukan jejak binatang kaki empat.

Tangan kiri masuk saku belakang

“Ndesa kluthuk boleh prejengane,” tulis guru dari Dukun di sebelah utara Muntilan. 

Gaya tulisan tangannya mengingatkan guratan bekas magma Merapi.

Meliuk-liuk tebal tipis direngga dengan ukiran. Citra indah tebal-tipis sedikian rupa sehingga menampilkan santapan mata yang sungguh eye-catching.

Yang boleh dilewatkan adalah gaya Om Raden memasukkan tangan kiri ke saku belakang sambil menulis. Gaya yang mirip dengan gaya anjing kencing itu ternyata mampu menyihirku untuk mulai senang dengan bahasa Inggris.

Gerund. Gerund,” kata beliau.

Gerund kepang,” kami jawab dengan teriakan keras.

Grammar focus itu ternyata mampu membangkitkan l.a.d. –language acquisition device saya. Inspiring style.

Astanto, KPP 1981, mantan novis Yesuit

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here