In Memoriam Pastor S. Petrus Rostandy OFMCap: Definitor General Ordo Kapusin Asia Pasifik Antar ke Peristirahatan Terakhir (2)

0
2,489 views
Pemberkatan jenazah Pastor Simon Petrus Rostandy OFMCap. (Sr. Maria Seba SFIC/Adiwardi)

GEREJA Paroki St. Agustinus Sei Raya tampak penuh sesak dipadati oleh ribuan umat yang hadir pada misa requiem untuk mendoakan arwah Pastor Simon Petrus Rostandy OFMCap, Selasa, 2 Januari 2018 pukul 09.00 WIB.

Rasa sayang dan kehilangan atas berpulangnya alm Pastor Petrus -begitu sapaan akrabnya- menjadi momentum yang sungguh berarti bagi seluruh umat yang mengenal almarhum  selama hidupnya. Inilah kesempatan baik  untuk mengungkapkan segala doa dan permohonan maaf untuk yang terakhir kalinya.

 Hadir pada misa requiem itu para sanak keluarga almarhum, sahabat, kenalan, saudara-saudari para imam, suster, bruder dan frater. Mereka datang dari berbagai paroki, pelosok dan daerah untuk menghantar jenazah almarhum ke tempat peristirahatan terakhir di pemakaman Katolik St. Yusuf Sei Raya Pontianak. 

Dari Roma

Misa requiem ini dipimpin oleh Definitor General Ordo Kapusin Asia Pasifik yang berdomisili di Roma: Pastor Victorius Dwiardy OFMCap bersama P. Amandus Ambot OFMCap (Minister Provinsial Kapusin), P. William Chang OFMCap (Vikjen Keuskupan Agung Pontianak), P. Pius Barces CP (Sekretaris Keuskupan Agung Pontianak) dan P. Joanes Yandhie Buntoro CDD (Pastor Kepala Paroki St. Agustinus) serta sejumlah Imam Kapusin Pontianak lainnya.   

Definitor General Ordo Kapusin Asia PasifiK Pastor Victorius Dwiardy OFM Cap (kiri) dan Minister Provinsial Kapusin Pontianak Pastor Amandus Ambot OFMCap. (Sr. Maria Seba SFIC)

Kepada seluruh umat yang hadir, Pastor Victorius Dwiardy OFM Cap memberikan permenungan  bahwa hidup kita di dunia ini adalah sementara; tidak ada yang abadi, seperti pemazmur mengatakan perjalanan hidup kita paling lama 70-80 tahun jika kuat. Hal ini mengajak kita untuk berefleksi bahwa kita tidak bisa menentukan hidup kita sendiri. Sebesar apa pun, sehebat apa pun kita tetap terbatas, kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri. 

Meski pada kenyataannya kita mau tidak mau harus melanjutkan perjalanan dengan melepaskan semua yang kita miliki di dunia ini atau lebih tepatnya melepaskan apa yang sudah dititipkan oleh Tuhan di dunia ini. Segala niat baik, segala usaha yang telah kita perjuangkan di dunia ini merupakan kesia-siaan.

Namun kita percaya bahwa Allah yang kita imani, Allah yang kita sembah, Allah yang bangkit, Dialah yang menjamin kebahagiaan dan keselamatan dan jaminan itu kekal. “Orang yang beriman itu memiliki tujuan dan arah yang jelas menuju kehidupan kekal menuju langit dan bumi yang baru – Yerusalem surgawi”, ujar alumnus SMA Seminari St Paulus Nyarumkop di Singkawang yang bisa berbahasa Belanda ini.

In Memoriam Pastor Simon Petrus Rostandy OFMCap, Mantan Minister Provinsial 0FMCap dan Tonggak Yayasan Widya Dharma Pontianak (1)

Para Imam dan Frater Ordo Fransikan Kapusin menyanyikan “Gita Sang Surya”. (Sr. Maria Seba SFIC/Adiwardi)

Imam Ordo Kapusin yang lahir di Kampung Sebalos, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang 14 Desember 1968 juga mengajak seluruh umat untuk bercermin pada Injil Yesus yang mengatakan bahwa setiap orang yang terpanggil, yang melayani, yang sudah mengikuti Dia kelak akan dipanggil oleh Bapa untuk ikut berpartisipasi masuk perjamuan nikah bersama Dia.

“Hendaknya arah hidup kita selalu bercermin, terarah kesana ketika kita menghayati betapa singkatnya hidup kita, terbatasnya kita,” kata alumnus Sarjana Hukum Sipil Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta ini.

Dalam bacaan Injil yesus memberikan penjelasan apa makna kematiaan bagi kita yang tidak sia-sia. Seperti biji gandum yang harus  mati menghasilkan banyak buah (Yohanes 12;24-26) begitu pula hidup kita.

Keluarga besar almarhum Pastor Petrus Rostandy OFMCap. (Sr. Maria Seba SFIC/Adiwardi)

Memaknai kematian

Imam Kapusin yang pernah juga menjadi Minister Provinsial Kapusin Pontianak mengajak para Fransiskan-Fransiskanes yang hadir untuk bercermin dari St. Fransiskus dalam memaknai dan menghayati kematian. Kematian itu dihayati St. Fransiskus sebagai tanda, tanda untuk sampai kepada dunia yang baru.

Oleh karena itu untuk menghadapi kematian ia tidak takut, ia tidak sedih, sebaliknya ia tahu bahwa melalui kematian ia masuk ke perjamuan nikah surgawi, mengalami kesempurnaan hidup bersama Allah yang ia sembah, Allah yang ia cintai. Karena itu ia memuji Tuhan, terpujilah Tuhan karna saudara maut yang memungkinkan manusia untuk beralih dari kesementaraannya, dari ketaksempurnaannya untuk memasuki kehidupan yang baru.

Requiescat in pace et vivat ad aeternam Pastor Petrus Rostandy OFMCap. (Sr. Maria Seba SFIC)

“Saudara kita, P. Simon Petrus Rostandy,  mengimani Dia dengan mempersembahkan seluruh hidupnya kepada sesama supaya semua orang juga boleh mengalami keselamatan. Barang siapa melayani Aku akan berada dimana Aku tinggal,” ungkap Pastor Victorius Dwiardy OFMCap dalam akhir homili misa requiem untuk alm. Pastor Simon Petrus Rostandy OFMCap. 

Ungkapan senada juga disampaikan oleh P. Amandus Ambot OFMCap,  Minister Provinsial Kapusin Pontianak dalam sambutannya.

“Para saudara Kapusin yang terkasih, saudara kita P. Simon Petrus Rostandy OFMCap hari ini telah membuktikan kesetiaannya sampai akhir. Mari kiranya kita juga meneladani jejaknya untuk tetap setia pula sampai akhir dalam menghayati janji Imamat kita, pelayanan kita dan sebagainya,” ujarnya.  (Berlanjut)

Prosesi pemakaman di Kerkop St. Yusuf di Sei Raya. (Sr. Maria Seba SFIC/Adiwardi)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here