In Memoriam Pastor Yoppy Sumakud MSC: Korban Selamat Kapalnya Tenggelam, 49 Orang Hilang (5)

0
586 views
Almarhum Pastor Yoppy Sumakud MSC bersama kolega imam MSC. (Dok Provinsialat MSC)

INI homili saya, saat berlangsung misa requiem Pastor Yoppy Sumakud MSC yang hari Kamis (15/10/2020) dimakamkan.

II Korintus 5:1 – “Jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”

Semasa hidup ragawinya di dunia Pastor Yoppy mulai membangun tempat kediamannya di Parepare, saat ia lahir pada 23 September 1954 atau 66 tahun lalu.

Mengapa Parepare?

Karena ayahnya adalah seorang tentara, Soleman Sumakud, orang asal Airmadidi yang didampingi oleh isterinya bernama Maxima Pelealu, orang Woloan.

Dari Parepare. Pastor Yoppy lanjut membangun rumah kediamannya di Woloan, di Kakaskasen, Pineleng, Karanganyar di Kebumen, Poso di Sulawesi Tengah, Kepulauan Kei Kecil, Kepulauan Aru, Kota Ambon dan berakhir di Jakarta.

Kemarin malam, dengan kematiannya, ia telah membongkar rumah kediamannya di dunia.

Dalam perspektif dari Rasul Paulus, saat kematian sebagai seorang beriman adalah saat dia membongkar tempat kediamannya di dunia ini dibongkar.

Tetapi, “Allah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga, suatu tempat kediaman yang kekal, yang bukan buatan tangan manusia”.

Inilah tempat kediaman yang pasti bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan, suatu tempat kediaman bersama Allah yang kita idam-idamkan.

Ketika beberapa malam sebelum meninggal, Pastor Yoppy menelpon seorang saudaranya di Bekasi, yang sekitar dua bulan lalu juga kehilangan suaminya, terujar kata-kata dari Pastor Yoppy: “Siapa yang tidak mau berada di rumah Bapa?”

Dalam menempati rumah kediaman di bumi kita ini, Pastor Yoppy telah mengatur, menata, mengisi dan menghiasi hidupnya dengan sebagus-bagus dan seindah-indahnya. Yakni, dengan keutamaan-keutamaan hidupnya. Terutama sebagai seorang biarawan MSC dan imam Gereja.

Sosok pastor pejuang

Untuk itu, dia menjadi seorang pejuang. Dan itu dimulainya dari memperjuangkan panggilan sebagai biarawan dan imam. Perjuangannya semasa pembinaan dan pendidikan ditandai dengan discernment atau memilah-milah kehendak Roh baginya.

Tidak heran ketika kami sudah berada pada tahap-tahap akhir masa pembinaan menjelang kaul kekal, beberapa teman direkomendasikan oleh staf untuk berkaul kekal, termasuk Pastor Yoppy.

Tetapi ia meminta waktu lebih banyak untuk membuat discernment guna mematangkan dan memantapkan keputusannya untuk menjadi imam biarawan MSC.

Untuk Keuskupan Amboina

Curriculum vitae-nya, khususnya karya-karya pelayanannya di tengah-tengah umat Keuskupan Amboina, bisa menunjukkan kepada kita tipe imam apakah almarhum Pastor Yoppy MSC ini.

Ia adalah seorang pejuang untuk kebaikan dan keselamatan umat. Ia dikenal sebagai pribadi yang baik, sederhana, tegas (kadang-kadang bisa dikesankan pemarah), rajin dan setia melayani umat di tempat-tempat sulit yang dipercayakan kepadanya.

Ia penuh perhatian dan kepedulian pada ekonomi umat, misalnya melalui Credit Union Mario di Ambon. Ia juga memperjuangkan nasib dan masa depan umatnya, khususnya anak-anak muda melalui pendidikan.

Tidak sedikit anak-anak asuh didik, yang dibantunya untuk bisa mengejam pendidikan yang baik demi masa depan mereka. Mereka semua yang mengalami kebaikan hati setuju bahwa ia punya hati seorang bapak untuk mereka. Maka mereka suka panggil dia Bapa Yoppy.

Membawa sukacita

Ia selalu diterima dengan baik. Tidak hanya di kalangan umat, tetapi juga di antara para konfrater MSC dan segenap imam diosesan.

Kehadirannya selalu membawa suasana gembira dengan humor dan senda guraunya. Ia juga bisa menegur imam yang tidak taat kepada Uskup. Ia menjadi teladan pelayanan dan pengorbanan bagi umat.

Hidup, pelayanan dan pengorbanannya sebagai imam, selama 37 tahun lebih, dilewatkan di Maluku, di Keuskupan Amboina.

Keengganannya untuk pindah ke daerah lain mempunyai alasan ialah peristiwa tragis yang dia ceriterakan melalui surat tulisan tangan dan dikirim kepada saya di Chicago, USA.

Korban selamat dan 49 orang hilang ditelan laut

Ketika itu tahun 1985. Pastor Yoppy Sumakud MSC sedang dalam perjalanan dengan kapal kayu dari Desa Somlain, Kei Kecil menuju Pulau Tanimbar-Kei.

Tiba-tiba kapalnya mengalami bocor dan pelan-pelan mulai tenggelam.

Dari 60 orang di kapal itu hanya 11 yang selamat. Termasuk Pastor Yoppy. Sementara 49 penumpang lainnya langsung hilang tanpa jejak.

Peristiwa itu menyebabkan ia berkomitmen untuk menghabiskan hidup dan pelayanannya di Maluku.

Dan di Maluku ini pula, dia mulai berubah.

Dari orang gunung di sisi Gunung Lokon menjadi orang laut. Dari biasanya pegang pacul di kebun, lalu berubah menjadi juru mudi kapal.

Tanimbar-Kei adalah dua buah pulau kecil yang terletak di antara Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Kei.

Gua Maria Air Lou di Ambon

Umat dan kita akan mengenang juga Pastor Yoppy sebagai pejuang dalam membangun sarana-sarana penunjang karya pastoral seperti gereja-gereja.

Di mana pun ia ditugaskan, apalagi ada kekurangan sarana penunjang seperti gereja, ia tidak hanya membangun landasan iman. Tetapi ia akan memikirkan cara untuk membangun sarana-sarana fisik, seperti gereja-gereja.

Ia juga membangun Gua Maria yang indah di Desa Air Lou, Ambon, sepanjang dinding batu karang putih di tepi laut. Suatu lokasi yang secara kasat mata mustahil dikelola.

Karya maha besar yang ditinggalkannya adalah Gereja Paroki Maria Bintang Laut (MBL) Ambon di mana ia terakhir kali bertugas sebagai Pastor Paroki.

Demikian, Pastor Yoppy telah mengisi, menata dan menghiasi hidupnya dengan pelayanan dan karya bakti pastoral, perjuangan dan pengorbanan, yang semuanya merefleksikan keutamaan-keutamaan hidupnya berdasarkan iman, cinta dan pengharapan.

Itulah sebagian yang saya kenal dari Pastor Yoppy. Masing-masing kita punya pengalaman dan cerita tentang beliau.

Saya mengenal dia semenjak kami bertemu di kelas I SMP Seminari Kakaskasen pada tahun 1966. Kami siswa SMP kelas I berjumlah 40 orang.

Pertemanan kami dalam menapaki panggilan menjadi biarawan dan imam berlanjut sampai kami berdelapan orang sampai mengikarkan kaul-kaul pertama sebagai biarawan MSC pada tanggal 3 Desember 1976 di Novisiat MSC Karanganyar, Kebumen, Jateng.

Secara khusus, kami yang tamat di Seminari Kakaskasen enam orang dan ditahbiskan imam tetap enam orang yang sama. Walaupun pada waktu yang berbeda:

  • Alm. Edi Wolff dan Pastor Kardo Renwarin Pr (Des 1980).
  • Alm. Pastor Frans Rares MSC.
  • Alm. Pastor Lowi Roong MSC dan penulis (29 Juni 1981).
  • Sedangkan Pastor Yoppy Sumakud (25 Januari 1983).

Kini kami tinggal berdua, saya dan Pastor Cardo Renwarin Pr.

Tidak semua sukacita

Kalau kita menengok ke belakang kehidupannya tidak semua diwarnai dengan pengalaman suka dan gembira. Ada banyak pengurbanan yang juga harus beliau pikul sebagai seorang Yoppy Sumakud, khususnya masa sakitnya yang cukup lama.

Sebelum dioperasi lutut kaki lalu menderita stroke, ia perlu mengontrol kesehatannya secara rutin.

Almarhum Pastor Yoseph Linus “Yoppy” Sumakud MSC saat mengalami sakit stroke. (Dok. MSC)

Hari Rabu (14/10/2020) malam, sekitar pukul 22.00, akhirnya dalam diam dan ketenangan, ia mengulangi kata-kata Yesus yang diimani dan telah diabdinya: “Sudah selesai.” (Yoh 19:30).

Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Lukas 23:46). Dan seperti rasul Paulus: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Tim 4:7): iman dan imamat.

Pastor Yoppy perjuanganmu di dunia sudah selesai. Jadilah pejuang kami di hadirat Allah Bapa agar kelak kita akan bersatu kembali dalam Kerajaan-Nya yang abadi.

Terima kasih Pastor Yoppy, sahabat mulai dari kelas I SMP Seminari Kakaskasen, karena telah menjalani kehidupan di dunia ini dalam suka, gembira dan dalam perjuangan-perjuangan yang tidak ringan.

Keluarga dan umat di Woloan dan di mana saja menyayangimu dan engkau akan tetap di hati mereka.

Umat, khususnya di Kepulauan Kei, Kepulauan Aru dan Ambon, sangat bersyukur atas kehadiran, pelayanan, pengorbanan dan kebaikanmu yang tidak terkira.

Pasti mereka bersedih, menangis dan merasa kehilangan. Ada orang yang menulis setelah mendengar berita kematiannya: “Pastor Yoppy Sumakud MSC mencintai Maluku hingga terluka.”

Pastor Yoppy Sumakud MSC merayakan HUT ke-66. (Dok. MSC)

Engkau adalah sejarah bagi mereka.

Sejarah yang akan tertulis dan terpateri selama-lamanya, dari generasi ke generasi berikutnya.

Kalau sekiranya Pastor Yoppy meninggal di Langgur, seperti sebenarnya dirindukannya, pasti kompleks biara MSC yang luas dan Gereja di sana tidak akan sanggup menampung jubelan orang-orang yang datang memberi penghormatan dan rasa terima kasih.

Pastor Yoppy, selamat jalan, selamat memasuki “tempat kediaman yang kekal, yang berasal dari Allah dan bukan buatan tangan manusia.

Amin.

J. Mangkey MSC, rekan sepanggilan dan seperjalananmu

Jakarta, 15 Oktober 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here