
KARYA pelayanan monumental Romo Stanislaus Sutopanitro Pr di kalangan militer tak sepenuhnya membawa pengalaman enak. Pernah ia “disidang” di Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI dan sekarang bernama KWI).
Pasalnya, ia pernah diisukan oleh seorang imam yang bekerja di institusi gereja KWI bahwa ia mau mendirikan semacam Gereja Tandingan di Timor Timur.

Dana Program Sosial Kardinal tertahan
Akibatnya, bantuan dana yang ia peroleh dari Misereor Jerman untuk Program Sosial Kardinal (PSK) tidak pernah lagi sampai di tangannya, melainkan tertahan di tempat imam itu.
Maka Romo Suto pun lalu dipanggil ke Kantor MAWI dan ditanyai oleh Mgr. Hadisumarto O.Carm, Ketua MAWI saat itu. Romo Suto sungguh terkejut dan merasa dirinya difitnah. Ia menyangkal semua tuduhan tersebut, sebab memang tak ada bukti apa pun yang mendukung itu.
Panglima ABRI saat itu -Jenderal Benny Moerdani- waktu itu bahkan sampai membela posisi Romo Suto. Juga ikut menyangkal isu demikian yang datangnya entah dari mana itu.

Malam setelah berbicara dengan Mgr. Hadisumarto O.Carm itu, Romo Suto merasa susah hatinya. Dia merasa sudah menempatkan dirinya secara hati-hati, justru demi kepentingan Gereja Katolik Indonesia.
Ia sendiri merasa bahwa hidup pribadinya sendiri sering dipertaruhkan dalam tugas-tugas berbahaya di dalam kalangan militer. Kini dia kok malah dipertanyakan oleh pihak pimpinan Gereja yang ia bela.
Dalam hatinya muncul hasrat, dendam dan amarah untuk menghancurkan pastor anggota MAWI dan membuka borok-borok institusi ini yang telah memfitnah dan menahan dana dari Misereor itu.
Melempar buku Brevir
Romo Suto jadi tak bisa berdoa. Dalam kekesalan hatinya itu, ia melemparkan buku doa (brevir) yang tengah ia pegang. Namun apa yang terjadi? Ketika dilempar, brevir ternyata malah jatuh mengenai buku Kitab Suci yang jatuh ke bawah meja.
Romo Suto segera mengambil buku Kitab Suci yang halamannya sudah terbuka itu. Namun tiba-tiba ia merasa di sambar petir. Pasalnya, Kitab Suci yang terbuka itu ternyata menunjukkan Mazmur 22: “Allahku, ya Allahku, mengapa Kau tinggalkan daku?”.

Ini adalah mazmur yang didoakan Yesus juga saat Ia mengalami kesendirian di kayu salib. Ini adalah doa orang yang percaya bahwa pada saatnya Allah akan bertindak, meskipun sekarang ia menderita.
Romo Suto merasa sangat bergidik membaca teks itu. Dia menginsafi, bahwa inilah cara Tuhan menguatkan dia. Salib fitnah itu harus ia tanggung dengan sabar, niat menghancurkan teman imamatnya hilang, berganti sukacita dan kemerdekaan hati. Ia berlutut dalam doa.
Juga menangis tersedu-sedu karenanya. (Berlanjut)
Baca juga: In memoriam Romo Stanislaus Sutopanitro Pr, dipanggil menghadap Pangkomkaptib Jenderal Soemitro (6D)