Indahnya Taman di Biara Susteran CB Suryodiningratan, Datang dan Lihatlah

0
416 views
Foto-foto taman di Biara Susteran CB Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta. Foto : Sr. Rachela CB / Sesawi.net

Berkat kemauan para suster untuk datang, melihat dan terlibat, taman di Biara Susteran CB Suryodiningratan, Yogyakarta jadi indah dan menyejukkan

Taman di biara para suster komunitas Suryodiningratan, Mantrijeron, Daerah Istimewa Yogyakarta yang semula biasa saja, lambat laun berubah menjadi taman yang estetik dan sejuk dipenuhi tanaman dan sayuran yang hijau, segar dengan warna-warni bunga. Ini semua berkat olahan tangan-tangan para suster yang tergerak mengisi waktu selama pandemi.

Selain menyalurkan hobi, kegiatan merestorasi dan memperindah taman ini sebagai bentuk kepedulian pada lingkungan tempat tinggal empat suster Kongregasi Carolus Boromeus (CB) ini. Ya, supaya tidak mager (malas gerak) karena harus social distancing, menjaga jarak meski dalam satu komunitas. Sekaligus sebagai sarana menggerakkan tubuh.

Dengan seluruh daya kreatif yang ada, para suster mulai turun ke kebun, bergerak dan mencoba melakukan apa saja yang bisa dilakukan agar taman ini kembali berseri setelah sedikit terbengkalai beberapa lama. Kira-kira mulai Juli 2020, kegiatan ini berlangsung.

Yang bisa menggambar, mencoba menghias pot bunga dari kain bekas dan membuat bambu tiruan dari pralon lalu ditempelkan kain bekas dan dicat. Ada juga yang bisa mengolah sampah-sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos. Bahan-bahannya berasal dari sisa-sisa kulit buah, sampah daun-daun kering yang dibusukkan sampai hancur. Yang lain tidak ketinggalan. Yang senang menanam dan merawat tanaman mengambil bagian juga.

Tak ketinggalan juga ada yang kreatif menata dengan hiasan-hiasan lucu dan indah. Sama seperti yang dilakukan untuk [ dekorasi ] ruang doa dan kapel. Suster yang ahli dekorasi membuat pot dari kain-kain bekas lalu dicat warna-warni. Mereka juga membuat bambu tiruan dari pralon kemudian dicat. Bahan-bahan yang digunakan juga mudah dijangkau dan lebih ramah lingkungan.

Butuh Proses
Tentu saja hingga menghasilkan taman yang indah seperti ini, ada banyak tahap dan proses yang dilalui. Tidak secepat membalik telapak tangan. Dan tentu saja pelan-pelan. Mulai dari membuat konsep sampai upaya untuk mewujudkannya. Itu pun tidak sekali jadi. Karena meskipun sudah punya konsep desain yang bagus, bisa jadi gagal. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali gagal.

Ambil contoh misalnya dalam proses membuat pot tanaman bunga dari kain bekas. Kegiatan ini butuh uji coba terus-menerus. Ini karena tanaman yang akan ditaruh dalam pot bukan hanya yang bisa hidup di tanah tetapi yang membutuhkan air seperti lotus, melati air, dan teratai. Jadi, perlu pot yang bisa menampung air banyak dan tidak bocor.

Konsep pembuatan pot dari kain bekas ini dimulai dari ide pimpinan komunitas, Suster Felisita CB. Meski sudah berusia 64 tahun, suster asal Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta ini masih cekatan bekerja di kebun. Bahkan ia selalu semangat turun ke kebun merawat tanaman. Maka, tentang pot, tanaman dan kebun Suster Feli tahu banyak. Tak heran, dialah yang mengajari para suster membuat pot tanaman dari kain bekas.

Katanya, kain mesti direndam dengan semen. Tidak sembarang kain bisa digunakan karena ada jenis kain yang jika dicampur dengan semen tidak mau menempel. Tapi ada juga kain yang bisa menempel bila dicampur semen. Nah, agar berhasil, para suster harus mencoba berkali-kali. Kalau tidak sabar, pot bisa bocor dan air yang dimasukkan pun akan keruh. Jadi, kesabaran dalam hal ini dituntut sampai pot kain ini bisa benar-benar menampung air dan tidak bocor.

Tak hanya membuat pot, Suster Feli juga mengajari para suster membuat pupuk kompos dari sisa-sisa kulit buah dan potongan sayuran yang sudah tidak terpakai. Ide ini menambah wawasan para suster, karena selama ini tahunya pupuk kompos hanya dari sampah daun yang sudah dihancurkan.

Namun, kali ini para suster dianjurkan tidak membuang sayuran sisa dapur ke sampah melainkan mengumpulkan dan mengolahnya menjadi kompos. Dan tak hanya sisa sayur, sisa-sisa buah beserta kulitnya yang kerap dilempar ke tong sampah bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang sama.

Sisa-sisa sayur dan kulit buah itu dimasukkan ke dalam ember besar dan ditutup, kemudian didiamkan sampai hancur membusuk. Dalam proses pembusukan ini, para suster yang biasanya hanya memegang laptop dan kerja di belakang meja mesti rela mengotori diri dengan sampah dan mencium bau-bauan tak sedap akibat proses fermentasi kompos. Hal yang sama juga berlaku dalam proses membuat kompos dari sampah daun. Para suster mesti rela mengotori diri karena harus mengayak kompos dan menyentuh cacing-cacing.

Sentuhan Kasih
Cerita tidak selesai sampai di situ. Persiapan tanah dan kompos memang sangat penting. Namun lebih penting lagi menanam dan merawat tanaman-tanaman. Kata banyak ahli biologi, tanaman juga butuh sentuhan kasih. Karena itu, sapaan, sentuhan serta perawatan dengan pemberian air dan penataan yang tepat mesti dilakukan. Para suster dengan rela hati melakukannya.

Dan ketika bunga bermekaran dari tanaman-tanaman bunga dan buah cabai tumbuh dari batangnya, hati para suster dipenuhi kegembiraan dan suka cita. Kelelahan dan susah payah pun terbayar sudah. Bunga-bunga ini pun dimanfaatkan untuk mendekorasi ruang-ruang yang ada di komunitas, baik itu ruang makan, kapel, ruang doa maupun kerja.

Berkat sentuhan tangan para suster yang tekun, sabar dan penuh cinta, taman indah ini menjadi spot menarik untuk disinggahi setiap kali melewatinya. Tidak sedikit pula Orang Muda Katolik yang mampir untuk sekadar nunut [Jawa : numpang] belajar di komunitas ini menjadi krasan dan nyaman. Mereka bahkan memanfaatkannya untuk menjadi latar belakang dalam pembuatan video clip atau latihan koor.

Mungkin kalau para suster tidak tergerak untuk datang, melihat, turun tangan, dan terlibat, taman biara ini tidak seperti yang sekarang ini. Kerelaan untuk terlibat di dalamnya dengan semangat belajar yang tinggi serta kemauan untuk berkotor-kotor ria, membuahkan sesuatu yang mengagumkan.

Banyak anak muda yang menggunakan taman ini foto-foto atau selfie.
Demi hasil yang bagus, para suster rela kotor akibat semen

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here