Indonesia Kaya akan Budaya Lokal

0
249 views
Ilustrasi: Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi disambut dengan tarian adat Dayak di Paroki Air Upas --sekitar 7-8 jam perjalanan darat dari Ketapang. (Mathias Hariyadi)

BAPERAN. BAcaan PERmenungan hariAN.

 Selasa, 8 Februari 2022.

Tema: Budaya kasih

Bacaan

  • 1 Raj. 8: 22-23, 27-30.
  • Mrk. 7: 1-13.

APAKAH adat istiadat manusia bertentangan dengan Injil?

Kalau ada benturan nilai manakah yang ditaati?

Manusia lahir di tengah-tengah budaya. Serangkai adat kebiasaan di mana ia tinggal.

Ia sudah ada, sebelum kita lahir sebagai cara hidup yang menghimpun kebersamaan dalam kerukunan, kedamaian dan saling menolong. Bahkan setelah lahir pun, kita berkecimpung juga di dalam gerak dinamis budaya setempat.

Tak jarang pula adat-istiadat menampilkan hal-hal yang baik dan suci; menunjukkan segi tertentu sebagai ciptaan. Ada banyak petunjuk, nasehat dan karya seni jiwa.

Semua berbaur menjadi satu kata, yakni budaya.

Bukankah Gereja sendiri juga berkembang dalam budaya, hasil perjumpaan budaya Eropa dan Injil. Kristianitas.

Ada banyak unsur-unsur di dalam Gereja, bahkan tata ibadat merupakan ungkapan syukur dan kegembiraan atas perjumpaan budaya lokal, Eropa, dengan Injil.

Bagi kita, kristianitas turut membentuk, mewarnai, mempengaruhi cara pandang cara dan tindakan.

Budaya setempat dapat terikut-sertakan. “Di mana bumi terinjak, di situ langit dijunjung.”

Budaya setempat dapat ikut serta memperkaya segi-segi tertentu dalam penghayatan iman dan  perilaku.

“Mo mohon doa dan kehadirannya dalam acara siraman puteri kami,” pinta seorang bapak.

“Acara apa itu kok saya baru dengar?”

Acara adat kami, Jawa. Sebelum anak kami resmi berkeluarga, diadakan upacara adat, “Siraman, Mo.”

“Artinya?”

Anak puteri kami “disiram” oleh sesepuh-sesepuh dalam keluarga dengan air kembang.

Air dari tujuh sumber berbeda

Air berasal dari tujuh sumber yang berbeda. Dicampur dan disatukan padukan dengan beberapa bunga mawar, kembang melati dan irisan daun pandan.

“Nanti Romo mendoakan air itu supaya menjadi sarana pembersihan badan, dan penyucian tubuhnya sebagai pribadi baru.

Setelah itu, beberapa sesepuh menyiramkan kepada puteri kami. Umat yang diundang menyaksikan dan mendoakan Rosario,” jelasnya.

“Oh begitu.”

Sebagai seorang romo yang berasal dari suku berbeda, tentu acara ini unik dan istimewa. Tidak hanya sebagai sarana penerusan iman dan adat kebiasaan yang baik, para sesepuh membantu dalam doa. Secara fisik turut menyucikan calon mempelai.

Kehadiran mereka turut memberkati, menyetujui rencana suci. Kehadiran mereka menjadi saksi, keluarga yang baru merupakan penerus kebaikan dan perbuatan-perbuatan baik para leluhur.

Kehadiran mereka menjadi tanda bahwa mereka menjadi berkat bagi yang lain; menyucikan dan merestui apa yang baik. Tentunya turut mendoakan dan larut dalam kegembiraan.

Minimal, dengan “siraman” berkumpulah keluarga dalam sukacita; merencanakan dengan penuh penharapan. Ada kepastian anak mereka membangun rumah tangga.

Di mana ada kegembiraan dan persaudaraan di situ iman dapat dinyatakan.

Bukankah, di mana dua atau tiga orang berkumpul, d isitu Tuhan pun hadir dan memberkati.

Dan akhirnya, upacara dilengkapi dengan makan bersama. Sebuah sarana nyata berbagi makanan dengan yang lain. Simbol tindakan iman.

Makan bersama menunjukkan kesediaan berbagi, kegembiraan, persaudaraan, kehangatan dan ikatan relasi yang lebih erat satu sama lain.

Tuhan Yesus pun mengadakan perjamuan bagi para murid-Nya dan kita; menyatu dalam kasih; terhimpun dalam satu kawanan pengembalaan-Nya; dan diutus untuk berbagi dengan yang lain sebagai saudara.

Dalam terang Injil dan ajaran Tuhan Yesus, adat-istiadat manusia dapat menjadi sarana pewartaan Injil pula.

Injil menerangi dan mengangkat nilai-nilai Luhur dari adat istiadat manusia.

Bukankah kita adalah makhluk yang berbudaya?

Sebagai imam yang berasal dari budaya yang berbeda, semakin memahami, betapa luhurnya manusia dan budaya di mana ia hidup.

Ia teringat akan falsafah luhur bangsa, “Bhinneka Tunggal Ika”.

Tuhan, aku bersyukur atas nilai-nilai kehidupan Ilahi-Mu, dalam adat-istiadat hidup kami. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here