Indonesia Rumah Kita

0
165 views
Indonesia adalah Anugerah-Mu dengan Berkah Merdeka


Lebih baik di sini
Rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa
Semuanya ada di sini
Rumah kita
Rumah kita

(Lagu Rumah Kita – God Bless)

Tak banyak milenial yang tahu penggalan lagu di atas. Maklum, Rumah Kita ngetop sekitar 30 tahun lampau.

Lagu yang digubah oleh gitaris ternama, Ian Antono, dan musikus andal, Theodore KS, dirilis di album God Bless yang meledak Semut Hitam.

Nadanya manis, liriknya romantis. Di hari-hari menjelang ulang tahun Kemerdekaan RI, Rumah Kita mengingatkan akan kebanggaan terhadap alam dan negara Indonesia.

Sekaligus menumbuhkan cinta Indonesia, secara sederhana dan apa adanya.

Itulah mengapa saya berhutang budi kepada God Bless. Entah mengapa, setiap menjelang 17 Agustus, ingatan saya lari ke Rumah Kita.

Saya mendendangkan lirih lagunya, membayangkan pesannya.

Rumah Kita mengisyaratkan bahwa Indonesia memang belum sempurna. Masyarakatnya ada yang belum sejahtera. Belum pas disebut civil society.

Bukan juga tempat bak swarga loka, yang adil makmur, tata tentrem, kerta raharja. Biar bagaimana pun, biar apa pun, tapi memang semua itu milik kita.

Hanya alang-alang pagar rumah kita
Tanpa anyelir tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun semua itu punya kita
Memang semua itu milik kita

Sambil merenungkan makna syairnya, meski masih jauh dari yang kita cita-citakan, saya semakin mencintai Indonesia, karena itu Rumah Kita, milik kita.

Sekali lagi, senandung God Bless membuat saya semakin mencintai Indonesia. Demikian juga kisah lain tentang patriotisme yang diukir Dokter Tigor Silaban (meningggal Jumat, 6 Agustus 2021, dalam usia 68 tahun)

Saya merinding membaca obituarinya. Dokter legandaris yang menjadi mosaik dari semangat bangsa menyadarkan bahwa Indonesia belum menjadi surga dunia dan masih perlu tetesan karya dan airmata bersama untuk mewujudkan kejayaannya.

Sekian puluh tahun lampau, sesaat sebelum Tigor Silaban lulus dari Fakultas Kedokteran UI, dia berjanji di pinggir Pantai Ancol Jakarta.

“Saya berjanji kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh akan bekerja di tempat yang jauh sekali, apabila lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.” (15 Januari 1978).

Tak hanya itu, dia tidak akan membuka tempat praktik sendiri. Tigor bernazar hanya akan bekerja di institusi pemerintahan atau swasta. (Kompas, https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/08/07/janji-dokter-legendaris-untuk-masyarakat-papua-yang-telah-ditepati).

Janji Tigor sederhana namun mulia. Tekadnya untuk menyulam kejayaan Ibu Pertiwi, yang masih jauh dari mumpuni, tak mudah diikuti banyak orang.

Terus terang, saya juga tak sanggup.

Sampai akhir hayatnya, Tigor tetap setia dengan janjinya.

Ia mengabdi Papua, mengabdi Indonesia, selama 40 tahun, sampai meninggal di Jayapura.

Selain Dokter Tigor Silaban, ada tokoh lain yang pantas disebut di sini. Torehannya ikut menyusun kehebatan Indonesia di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke 76.

Dia adalah Greysia Polii, pemain ganda puteri Bulutangkis yang merebut satu-satunya medali emas untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo.

Izinkanlah saya tak banyak menyebut Apriyani Rahayu, pasangan Greys, yang juga luar biasa.

Untuk kali ini, ketokohan Greys ingin lebih saya tonjolkan.

Mengapa?.

Greys adalah simbol dari daya juang, kerja keras, ketangguhan, dan pantang menyerah. Greys sabar menunggu selama 18 tahun menjadi anggota Pelatnas, sebelum kemudian menyabet medali emas Olimpiade.

Tak juga gugup saat “dinobatkan” menjadi peraih medali emas puteri tertua sepanjang sejarah Olimpiade, dengan usia 33 tahun plus 356 hari.

Masih belum cukup.

Tahun 2012, Greys mendapat pukulan berat saat didiskualifikasi di Olimpiade London, karena tuduhan pengaturan skor.

Semuanya tak membuat Greys beringsut mundur. Langkah demi langkah ditapaknya, sampai kemudian mendapat pasangan muda yang pas, Apriyani Rahayu, di pertengahan 2017.

Juara Olimpiade digenggamnya 4 tahun kemudian.

Mudah mengamati track record Greys dan menggolongkannya sebagai tokoh panutan dengan predikat perseverance. Itulah yang dibutuhkan untuk membuat: “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”.

God Bless, Dokter Tigor Silaban dan Greysia Polii mungkin tak pernah sepakat bagaimana cara mengisi kemerdekaan Indonesia. Tapi langkah mereka mirip.

Rumah kita yang belum sempurna harus terus diisi dengan tetesan keringat dan airmata. Seberapa pun sederhananya, akan membuat Indonesia menjadi kuat dan sejahtera.

Jangan pergi, jangan lari.

Inilah rumah kita, Indonesia.

“The Country is our home to be decorated with bits of accomplishments to commemorate its independence”. (AVM)

Dirgahayu Republik Indonesia.

@pmsusbandono
8 Agustus 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here