Ingat Sejarah HB IX dengan KAS, Gusti Prabukusumo Serahkan Kitab Suci Antik kepada Kevikepan DIY

0
611 views
Gusti Prabukusumo dan Romo Vikep DIY dan Romo Vikep Kategorial KAS serta lainnya sedang mengamati buku Kitab Suci antik. (Dok. Gusti Prabukusumo)

NIATAN baik itu terjadi pada hari Sabtu tanggal 3 September 2020 pekan lalu. Disertai sejumlah aktivis Gereja dan tokoh Nahdlatul Ulama di Yogyakarta, Gusti Prabukusumo menghadiahkan koleksi sebuah buku Kitab Suci antik kepada Gereja Katolik. Dalam hal ini adalah Kevikepan DIY.

Dalam acara seserahan sederhana yang berlangsung di Gereja Kidul Loji ini, pihak penerima diwakili langsung oleh Romo Andrianus Maradiyo dalam kapasitasnya sebagai Romo Vikep DIY.

Ikut hadir pula Vikep Kategorial Keuskupan Agung Semarang Romo Yohanes Dwi Harsanto.

Seserahan buku Kitab Suci antik dari Gusti Prabukusumo kepada Romo Vikep DIY. (Dok. Gusti Prabukusumo)
Seserahan disaksikan oleh sejumlah kerabat dekat baik dari pihak donatur dan Gereja. ((Dok. Gusti Prabukusumo)

Sementara dari pihak donatur, selain Gusti Prabukusumo sendiri yang berkepentingan ingin mendonasikan buku Kitab Suci antik ini, ikut hadir pula sejumlah kerabat dekat trah dekat Keraton Yogyakarta.

Kepada Sesawi.Net, H. Pristiyanto menyebutkan, kisah “penemuan” buku Kitab Suci antik ini menarik. Sekali waktu, ungkapnya, Gusti Prabu tengah jalan-jalan bersama seorang teman. Lalu, keduanya berjalan menuju ke sebuah gang di mana ada sebuah “toko” koleksi barang-barang antik.

“Dari sebuah lemari kaca terlihat ‘wajah’ sebuah buku antik. Ternyata setelah dikeluarkan, buku itu adalah Kitab Suci. Produksi Amerika tahun 1877. Karena antik dan berharga, buku itu lalu beliau beli dan kemudian ada niatan untuk bisa disumbangkan kepada Gereja,” ungkap H. Pristiyanto.

Sejumlah Muslimah dari Nahdlatul Yogyakarta ikut menghadiri seserahan ini. (Dok. Gusti Prabukusumo)

Hubungan erat antara Keraton Yogyakarta dan Gereja Katolik

Menurut Gusti Prabu sebagaimana juga ditegaskan kembali oleh H. Pristiyanto, niatan baik itu termotivasi oleh catatan sejarah di Yogyakarta.

Saat ayahanda Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Menteri Pertahanan RI di tahun 1949, maka terjalinlah hubungan erat antara Gereja Katolik dengan Pemerintah RI.

Hal itu antara lain ditandai dengan kesediaan Vikariat Apostolik Semarang –nama KAS waktu itu— mau memindahkan “pusat pemerintahannya” dari Semarang ke Yogyakarta. Tindakan ini sebagai wujud dukungan politis Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang kepada Pemerintah RI.

Keputusan strategis itu telah berani diambil oleh Uskup KAS waktu itu: “Romo Kandjeng” Mgr. Albertus Soegijapranata SJ.

“Saya menyerahkan koleksi buku Kitab Suci antik ini sebagai ungkapan persaudaraan ayah saya –Sri Sultan Hamengku Buwono IX—dengan Gereja Katolik di DIY,” ungkap Gusti Prabukusumo sebagaimana dilansir oleh Kedaulatan Rakyat –koran lokal terbitan Yogyakarta edisi terbit pekan lalu.

Tautan videonya bisa diakses di sini:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here