Ingin Suci

0
296 views
Ilustrasi - Menyiksa diri untuk sebuah alasan mau hidup suci. (Litverse)

Renungan Harian
Minggu, 13 Juni 2021
Hari Minggu Biasa XI
Bacaan I: Yeh. 17: 22-24
Bacaan II: 2Kor. 5: 6-10
Injil: Mrk. 4: 26-34
 
BEBERAPA waktu yang lalu, saya menerima tamu sepasang suami-isteri. Bapak ibu itu meminta saya untuk menasehati puterinya yang paling besar.

Bapak ibu itu merasa khawatir dengan perilaku puterinya itu. Menurut mereka, puterinya sering kali menyiksa diri. Dengan memukul badannya dan sering kali puasa tidak makan.

Sekarang ini puterinya sedang sakit. Tetapi tetap berpuasa dan menyiksa diri.
 
Malam harinya, saya mengunjungi rumah keluarga itu dan mencoba bertemu dengan puterinya. Saat diberitahu bahwa romo ingin bertemu, dia bersedia untuk bertemu.

Saya diantar ke kamar anak itu. Anak itu terlihat pucat dan lemas, sehingga ketika berusaha untuk duduk saya meminta agar tetap berbaring saja.

Ketika saya tanya apakah dia sakit, dia menjawab bahwa dirinya tidak sakit, memang badannya lemas, tetapi ini semua untuk menaklukan badan.

Ketika saya tanya mengapa dia berbuat seperti itu, dia menjawab:

“Romo, menurut bapak (dia menyebut sebuah nama) bahwa kita sulit untuk menjadi suci dan dekat dengan Tuhan, karena roh kita terbelenggu oleh badan ini.

Maka, badan harus dikalahkan.

Romo, kalau saya melakukan ini semua adalah cara saya mengalahkan badan saya.

Saya ingin menjadi orang suci dan caranya dengan menyiksa badan agar dengan demikian saya bisa menguasai badan saya dan roh saya menuju pada Tuhan.”
 
Saya amat prihatin dengan pemahaman anak ini.

Saya tidak tahu apa yang diajarkan kepadanya sehingga dia melakukan praktik seperti ini.

Saya cukup lama mendengarkan dia menceritakan usahanya untuk menjadi orang suci sesuai dengan ajaran yang dia terima.

Kemudian saya mengajak dia melihat bahwa tubuh adalah anugerah Tuhan, supaya jangan dirusak.

Kedua yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan mengalahkan tubuh, bukan dengan menyiksa diri seperti itu.

Dengan berbagai cara, saya menjelaskan agar dia paham.

Akhirnya saat saya menawari makan bubur, dia mau makan dan berjanji tidak akan menyiksa tubuhnya lagi.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Surat Santo Paulus kepada jemaat di Korintus:

“Sebab itu, kami berusaha, entah di dalam tubuh entah di luarnya, supaya kami berkenan kepadanya.”
 
Bagaimana dengan aku?

Dengan cara apa aku berjuang untuk semakin dekat dengan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here