BARANG paling berharga di masa depan mungkin bukan lagi uang, emas atau mutiara. Yang bakal menjadi sangat langka adalah istirahat.
Sebagian orang modern yang hidup di perkotaan sudah lama meninggalkan ritme alam yang mengenal siklus hidup yang tepat. Ada waktu bekerja, ada saat beristirahat. Mereka lupa beristirahat.
Orang yang menghargai istirahat biasanya hidup lebih sehat. Bangsa Yahudi, misalnya, memegang tradisi kuat hari Sabath. Hari istirahat. Bukan hanya manusia dan hewan yang mesti beristirahat, tanah pun tidak boleh ditanami setelah tujuh tahun digarap. Setahun diberi waktu istirahat.
Buah dari istirahat adalah hidup yang awet dan sehat. Bukankah salah satu kunci usia panjang antara lain istirahat siang? Sebaliknya, mereka yang mengabaikan istirahat hidupnya sering lebih singkat. Bukankah pekerja keras yang mengabaikan tubuhnya yang perlu beristirahat malah pada mangkat lebih cepat?
Allah mengatur semua indah pada waktunya. Mereka yang dapat menyesuaikan dengan irama itu memanfaatkan daya pribadi dan mengisi waktu secara bijak. Sang Guru Kehidupan mengajak murid-murid-Nya yang baru saja pulang dari menjalankan tugas perutusan untuk pergi ke tempat sunyi. Beristirahat.
Bekerja memang panggilan dan tanggungjawab manusia. Namun manusia bukan budak pekerjaan yang boleh dikorbankan untuk mencapai target dan prestasi. Manusia dipanggil untuk bahagia. Kebahagiaan itu dapat dinikmati antara lain dalam beristirahat.
Malang, 9 Februari 2019