Jadi Pemulung, Romo Agus Suyadi Kumpulkan Dana Bangun Gereja MBK Kasongan, Kalteng

23
13,840 views
Ilustrasi: Ist

PASTOR anggota Ordo Karmelit (O.Carm) ini benar-benar menjadi pemulung sungguhan. Ia merelakan diri copot jubah dan berganti dengan kaos oblong memakai caping dan kesana-sini terjun mengais sampah demi mengumpulkan dana pembangunan gedung gereja Maria Bunda Karmel (MBK) di Kasongan, Keuskupan Palangkaraya, Kalteng –tempat di mana dia ditugaskan Ordo dan Keuskupan untuk melakukan karya reksa pastoral.

Kunjungan stasi merupakan salah satu tugas pelayanan dari seorang pastor. Hal itu disadari oleh Romo Agustinus Suyadi OCarm. Maka, sebagai  gembala (imam) di Gereja Maria Bunda Karmel (MBK) Paroki Kasongan, Keuskupan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, ia kerap berkunjung ke stasi-stasi. Bahkan, lebih dari itu, Romo Agus menambah jam perjalanannya.

Ketika melakukan kunjungan stasi-stasi dan sebelum akhirnya sampai  tiba di tempat tujuan, Romo Agus mengenakan kaos dan caping. Lalu, pastor karmelit ini berjalan dari satu  tempat ke tempat lain untuk memulung. Ia mengais-ais  aneka barang bekas seperti misalnya kaleng dan botol plastik.

Kadang, Romo Agus diusir dan dilarang memulung.  Jika demikian, maka ia pun pergi dari tempat itu dan mencari barang bekas di tempat  lain. Warga masyarakat , termasuk umat Katolik yang kebetulan dia jumpai, malah  kerap kali tak  mampu mengenalinya.

Setelah beberapa waktu memulung,  Romo Agus biasanya istirahat  sejenak. Ia melepas lelah dan segera berganti pakaian. Ia  kemudian menuju tempat  di mana pelayanan sakramen akan diadakan. “Kolekte umat di paroki rata- rata 150 ribu. Dengan memulung, saya bisa membawa pulang barang bekas senilai  500 ribu,” ungkapnya.

Sejak tahun 2009, Romo Agustinus Suyadi O.Carm telah  melayani  umat katolik setempat sebagai Pastor Paroki MBK Kasongan yang belum memiliki gereja.  Selain sebagai pastor paroki, ia juga didapuk untuk  mengkoordinir pembangunan gereja dengan  anggaran senilai Rp 2,9 milyar. Sementara uang yang sudah berhasil  dikumpulkan Panitia Pembangunan Gereja baru mencapai angka  Rp 515 juta. Namun dari alur kas, sejak Juni 2009, tak ada pemasukan yang  memadai dan cenderung macet. Sekitar 80 persen umatnya adalah buruh perkebunan yang kondisi perekonomiannya di bawah standar.

“Dengan  kondisi seperti itu, lalu apa yang bisa saya lakukan? Saya bukan orang yang piawai menggalang dana. Relasi saya juga sangat  terbatas. Pada saat bingung dan terjepit, terlintas ide untuk mengumpulkan barang-barang  bekas dan langsung  mencoba melaksanakannya,” tutur imam kelahiran Malang, Jawa Timur, 18 Mei 1971 ini.

Menurut Romo Agus, apa yang dia lakukan ini merupakan bagian dari panggilan yang dia hayati. Ia menjalaninya dengan penuh kesadaran dan kegembiraan.

Tak kenal lelah

Kasongan adalah Ibukota Kabupaten Katingan di Provinsi Kalimantan Tengah. Jarak Kasongan dari Palangkaraya sekitar 90 kilometer. Paroki MBK Kasongan berada di jalan poros Palangkaraya-Pangkalan Bun. Dengan  mengendarai mobil atau sepeda motor, Paroki MBK Kasongan bisa ditempuh selama 1,5 jam  dari Palangkaraya.

Paroki ini diresmikan pada tahun 2006, tanpa sarana dan prasarana permanen. Perayaan ekaristi Mingguan selalu berlansung berpindah-pindah tempat: di ruangan sekolah (selama setahun), di rumah umat (selama setahun), dan di ruang kantor (selama dua tahun).

Pada tahun  2008, Keuskupan Palangkaya sebagai otoritas Gereja Lokal akhirnya berhasil memiliki tanah seluas kurang lebih dua hektar. Dua tahun kemudian,  Uskup Keuskupan Palangkaraya Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF memberkati gedung pastoran.

Wilayah pelayanan paroki ini dibagi menjadi 14 stasi. Stasi terdekat  berjarak 25 kilometer dari gedung pastoran. Stasi terjauh berjarak 180 kilometer. Bersama seorang imam, satu bruder, empat suster, dan beberapa sukarelawan awam, Romo Agustins Suyadi O.Carm melayani umat.

‘Keputusan’ Romo Agus sesekali ganti peran sebagai pemulung sungguh  tak membuatnya jadi lupa atau melalaikan tugasnya sebagai  imam. “Sebagai pastor, tugas utama adalah melayani umat. Itu pasti. Saya tidak  mengurangi waktu perjumpaan dengan  umat dalam pelayanan sakramen,” tegas imam karmelit yang pernah melayani di Zumalai, Timor Leste di tahun 2007.

Romo Agus melontarkan ide memulung sampah dan barang-barang  bekas demi pembangunan gereja kepada Dewan Paroki  dan umat. Sebagian besar umat setuju dan mendukung ‘jalan tidak biasa’ in. Mereka pun juga ikut bergerak. Barang-barang bekas  bekas dan rusak di rumah, lalu mereka bawa ke pastoran. Mereka  juga mencari dan mengumpulkan barang-barang bekas.

Romo Agus rupanya konsekuen dengan ucapannya  menjadi pemulung. “Pada hari-hari biasa yang kosong, maka saya  pergi ke kampong-kampung untuk  membeli barang-barang bekas, semisal kardus, botol, besi, kaleng, dan sejenisnya. Sesampai di  rumah, maka barang-barang itu akan kami pisah-pisahkan untuk kemudian bisa dijual kembali,”  katanya.

Awalnya, di setiap stasi, dibuat pos-pos pengumpulan sampah. Namun, antusiasme umat tidak berlangsung lama. Dalam kurun waktu satu tahun, hingga September 2011, peminat dan pengumpul barang bekas susut. Romo Agus menyadari, cara seperti itu memang tidak bisa   menghasilkan sesuatu dengan cepat. Pembangunan gereja pun berjalan pelan seiring kondisi keuangan. Sehingga, wajar jika semangat umat pun mulai meredup.

Di tengah situasi seperti itu, masih ada beberapa orang yang setia tekun  barang bekas. “Bahkan, ada seorang nenek tua yang menantang  dengan mengatakan: ‘Saya siap  jadi anggota pasukan pemulung Romo sampai kapan pun’. Maka orang  itu pun lalu  pergi ke mana-mana sembari selalu membawa  pisau kecil. Dengan  alat itu, ia membuka penutup gelas air mineral dan menyusunnya dgn rapi,” ujar imam yang pernah menjalani cara hidup eremit di Pertapaan Karmel Sedaeng, Bromo, dan di Lembah Karmel Cikanyere, Jawa Barat di tahun 2008 ini.

Rasa memiliki

Pembangunan gedung Gereja MBK Kasongan hingga kini masih terus  diupayakan dan sejak lima tahun lalu sampai kini pun  Romo Agus tetap bersemangat menjadi seorang pemulung. Ia memeluk keyakinan bahwa suatu mimpi akan terealisasi manakala ada gerakan untuk memulai.

Tantangan selalu ada, tetapi bagaimana pun harus tetap  sabar, tekun, dan tahan uji menghadapi semua demi tercapainya mimpi itu. Ia juga sangat percaya, kemuliaan hanya mungkin dicapai melalui salib. Hasil yang bagus selalu berjalan  seiring dengan kerja keras.

Baginya, memulung sampah hanyalah salah satu cara untuk menumbuhkan sikap peduli dan rasa memiliki. “Dengan sampah, semua orang bisa menyumbang Gereja. Ketika semua orang ikut andil di situ, meski hanya memberikan sepotong kardus, tumbuhlah rasa di hati:  Ini gerejaku,” tandas romo yang pernah bertugas  di Percetakan dan Penerbitan Karmelindo di Malang di tahun 2006 ini.

Romo Agus memaknai panggilan gembala seperti seorang bapak yang  menjamin kehidupan rohani dan jasmani anak-anaknya. “Ia harus  berani merentangkan tangan untuk memberkati, melindungi, dan menerima anak-anaknya dengan  belas kasih dan murah hati.

Romo Agus tidak  tahu apakah pilihannya menjadi  pemulung itu  akan menjamin masuk surga atau tidak. “Pada penghakiman terakhir, Tuhan memberi tempat kepada mereka yang  melihat Yesus dlm diri orang yang telanjang, lapar, di penjara, sakit, dan seterusnya. Padahal, sekarang saya baru melihat Yesus dalam kardus, botol, gelas kemasan air mineral, besi, omplong, plastik, dan barang bekas lainnya. Semoga Tuhan mengampuni saya.”

23 COMMENTS

    • Saya bisa membantu untuk menyebarkan informasi & mengumpulkan uang kecil dari orang2 yang peduli untuk pembangunan gereja MBK.

  1. Sekarang, 30 Nov 2016 Sudah sampai mana pembangunannya…?
    Kalau ingin membantu ra ketang 1 zak semen kirim ke No Rekening Berapa dan atas nama siapa…?
    Terima kasih.
    Ttd Candra

    • Ad Maiorem Dei Gloriam,
      Kemarin saya sudah call dengan Romo Agus, di bawah adalah no rek beliau.
      Semoga informasi ini membantu.

  2. Apakah dana kolekte kita di seluruh Indonesa nggak bisa dialokasikan untuk pembamgunan gereja2 yg umatnya kurang mampu? Betapa miris melihat fakta seperti ini..
    Mgkn saatnya keuangan gereja diaudit secara independent..

  3. Ad Maiorem Dei Gloriam,
    Kemarin saya sudah call dengan Romo Agus, di bawah adalah no rek beliau.
    Semoga informasi ini membantu.

  4. maaf Romo, bisa minta nomor rekening kah? saya mungkin ga bisa bantu banyak, tapi semoga bisa membantu meski sedikit…

    • Ad Maiorem Dei Gloriam,
      Kemarin saya sudah call dengan Romo Agus, di bawah adalah no rek beliau.
      Semoga informasi ini membantu.

  5. Semoga pembangunan gereja ini cepat selesai berkat jerih payah Romo…….
    Romo jawab dong romo…..apa boleh disebarluaskan?
    Karena kalo tidak dijinkan kami juga tidak berani Romo……
    Terima kasih Romo…..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here