Home BERITA Jangan Abaikan Undangan Allah

Jangan Abaikan Undangan Allah

0
87 views
Ilustrasi: Panggilan Samuel yang datang ke Eli.

Kamis, 21 Agustus 2025
Hak. 11:29-39a
Mzm. 40:5,7-8a,8b-9,10
Mat. 22:1-14

SERING kali kita lupa betapa besar kasih dan anugerah Allah yang telah dicurahkan kepada kita.
Napas kehidupan yang masih kita miliki, kesehatan yang menopang kita, keluarga yang menguatkan, rezeki yang cukup, hingga keselamatan yang diberikan melalui Kristus, semuanya adalah bukti nyata bahwa Allah begitu murah hati.

Tetapi alih-alih bersyukur dan hidup taat, kita sering kali terperangkap dalam kedegilan hati. Dosa membuat hati kita seperti tanah yang kering dan retak, sulit menyerap hujan berkat yang Allah curahkan. Kita menjadi keras, sulit dibentuk, bahkan menolak untuk merendahkan diri di hadapan-Nya.

Padahal, Allah tidak pernah berhenti mengetuk hati kita dengan kasih yang sabar dan setia. Kedegilan hati membuat kita lebih mudah mengeluh daripada bersyukur, lebih cepat menuntut daripada taat, lebih suka mengandalkan diri sendiri daripada berserah kepada Allah.

Inilah yang menjauhkan kita dari sukacita sejati yang seharusnya kita alami dalam pelukan kasih-Nya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.”

Yesus menggambarkan Kerajaan Allah seperti perjamuan kawin yang penuh sukacita, melimpah dengan berkat, dan terbuka bagi semua yang diundang.

Dalam perumpamaan ini, banyak orang yang justru menolak undangan itu. Mereka sibuk dengan urusan sendiri, ada yang ke ladangnya, ada yang ke perdagangannya, bahkan ada yang menolak dengan kasar.

Menolak undangan Allah berarti kehilangan kesempatan untuk duduk di meja perjamuan kasih-Nya. Undangan itu bukan sekadar formalitas, tetapi jalan menuju sukacita sejati dan kehidupan kekal. Allah terus mengundang, sebab kasih-Nya tidak berhenti. Pertanyaannya: apakah kita mau datang?

Perjamuan Allah selalu terbuka, tetapi hanya mereka yang merendahkan diri, meninggalkan kesibukan dunia, dan membuka hati, yang dapat benar-benar menikmatinya.

Kiranya kita tidak termasuk orang yang menolak undangan itu, melainkan yang dengan rendah hati menjawab: “Ya, Tuhan, aku datang.”

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sungguh menyadari bahwa Allah setiap hari mengundangku masuk dalam perjamuan kasih-Nya melalui doa, firman, dan sakramen?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here