Jumat, 30 April 2021
Bacaan I: Kis 13:26-33
Injil: Yoh 14:1-6
TUBUH yang gagah dulu, kini lunglai tak berdaya. Penyakit telah menyerangnya dan menggerus kekuatan fisik yang dulu begitu prima.
“Saya ingin menyerah saja,” kata seorang teman yang sakit dengan penuh gelisah.
“Jangan gelisah. Kamu harus berjuang dan semuanya akan menjadi baik,” kata temanku yang cukup dekat dengannya.
“Penyakit ini, telah menghancurkan semua mimpiku. Semuanya gelap; bahkan semuanya menjadi sia-sia,” kata teman yang sakit.
“Justru kamu diundang untuk memaknai panggilanmu dalam situasi dan kondisi seperti ini,” sahut kami.
“Rasanya berat sekali menjalani hari-hari dengan ketergantungan seperti ini,” katanya pelan.
“Kami semua ihklas membantumu. Ssal kamu juga bisa memaklumi, jika kadang kami tidak bisa memenuhi semua keinginanmu,” kata temanku.
“Saya tidak marah dengan kalian. Aku marah dengan tubuhku, marah dengan hidupku ini,” kata teman yang sakit.
“Semua perlu proses untuk menerima kondisi seperti ini,” sahut temanku.
Hidup bersama dalam komunitas akan teruji kebersamaan dan pelayanan kita. Pada saat salah satu anggota sakit dan memerlukan kehadiran dan perawatan serta perhatian penuh kasih dari semua anggota komunitas.
Ketika penderitaan yang ditanggung oleh saudara kita menjadi salib yang begitu berat baginya hingga kita pun ditarik untuk ikut memikulnya. Dengan memberi perhatian dan ruang pergulatan batin baginya.
Kita dipanggil untuk menjadi sahabat bagi yang sakit dan menderita untuk bisa melihat kehendak dan rancangan Tuhan dalam sitausi dan kondisi yang berat tersebut.
Supaya bersama-sama bisa melihat dan semakin percaya kepada Tuhan yang adalah jalan kebenaran dan kehidupan kita.
Apakah kita sabar mendampingi teman yang sakit hingga dia menemukan Tuhan sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan?