
TAHUN 2023 silam, Pater Robert Francis Prevost OSA masih menjabat Prior General (Pemimpin Umum) Ordo Imam-imam Santo Agustinus (OSA). Jauh-jauh hari sebelum dia diangkat menjadi Uskup di sebuah wilayah Keuskupan kecil di Peru, Amerika Latin.
Mulai hari Kamis tanggal 8 Mei 2025 pekan ini, Kardinal Robert F. Prevost OSA resmi menjadi Paus Leo XIV.
Datang ke Indonesia tahun 2003, blusukan wilayah pedalaman Papua: Sorong dan Manokwari
Sekali waktu di tahun 2003 silam itu, Pater Prevost OSA dari Generalat OSA di Roma mengajak datang sejumlah kolega imam dan suster OSA dari luar negeri dan dalam negeri Indonesia untuk berkunjung ke Papua.
Tepatnya mereka datang di Sorong dan kemudian juga menyempatkan diri pergi ke Manokwari di wilayah Provinsi Papua Barat sekarang. Kedatangan para OSA dari luar negeri itu terjadi, ketika Vikariat OSA Papua-Indonesia tengah merayakan pesta 50 tahun para misionaris OSA berkarya di Indonesia – tepatnya di Papua.

Suster Agustinessen dari Ketapang, Kalbar
Itulah sebabnya dari Ketapang, Kalbar, ikut datang Sr. Dionne Appelman OSA – suster misionaris Belanda terakhir yang meninggalkan Indonesia untuk kembali ke tanahairnya di Nederland. Ikut pula dalam rombongan ini adalah Sr. Maria Goretti OSA.
Kedua Suster Agustinian atau Agustinessen (OSA) ini masih hidup. Sr. Dionne Appelman sudah menetap tinggal di Belanda.
Awal Desember 2024 lalu, ia berkesempatan datang ke Ketapang, Kalbar, dalam rangka memperingati 75 tahun karya misi Suster-suster Augustinessen dari Heemstede, Belanda, datang berkarya pastoral di “pedalaman” dan kawasan hutan di wilayah Ketapang, Kalbar. Dan itu dimulai saat enam suster Belanda datang tiba di Ketapang tanggal 6 Desember 1949 silam.
Sr. Dionne Appelman OSA tidak masuk dalam rombongan para suster misionaris OSA gelombang pertama yang tiba tahun 1949. Sementara itu, Sr. Goretti OSA saat ini sudah masuk dalam usia pensiun. Ia tinggal di Rumah Kasepuhan OSA di Ketapang, Kalbar.


Dua suster OSF Semarang
Dalam foto bersejarah ini juga tampak setidaknya dua orang biarawati dari Kongregasi Suster-suster Santo Fransiskus dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani atau OSF Semarang. Mereka adalah Sr. Irmine OSF (alm) dan Sr. Hildegris OSF – keduanya saat itu berkarya di Ayawasi -pusat base camp para OSA.
Identitas nama kedua suster biarawati OSF Semarang ini sudah dikonfirmasi kebenarannya oleh Sr. Rosali OSF – Provinsial Kongregasi Suster-suster Santo Fransiskus dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani saat ini. “Benar, itu ada foto kedua suster kami yakni alm. Sr. Irmine OSF dan Sr. Hildegardis OSF,” ungkap suster asal Paroki Gondangwinangun, Kecamatan Kebonarum, Klaten.
Ayawasi saat di tahun 2003 silam itu, demikian keterangan Sr. Theresio OSF, lokasinya masih terbilang sangat-sangat jauh dari pusat kota Sorong. “Butuh waktu perjalanan setidaknya selama hampir 9-10 jam dari Sorong ke Ayawasi,” tutur Sr. Theresio OSF, mantan Provinsial Kongregasi Suster OSF Semarang.
Tim kecil dari Roma dan Cebu Filipina
Saat di tahun 2003 itu, pemimpin Ordo Imam-imam Santo Agustinus (OSA) adalah Pater Tromp OSA (alm.). Beberapa tahun lalu, ia membukukan karya pelayanannya selama lebih 50 tahun berkarya di Indonesia (baca: Papua). Ia sudah meninggal dunia dan jenazahnya juga dimakamkan di Papua.
Bersama tim kecil dari OSA Provinsi Cebu Filipina, Prior General OSA Pater Robert Francis Prevost OSA datang ke Tanah Papua, Indonesia. Ia mengunjungi kolega para imam dan bruder Ordo OSA Vikariat Papua-Indonesia. Ia juga menyempatkan bertemu dengan kaum muda lokal Papua -para mahasiswa binaan Ordo OSA- dan para imam lokal baik di Sorong, Awayasi, Manokwari, dan sejumlah tempat lainnya yang sekarang masuk wilayah Provinsi Papua Barat.
Pater Prevost juga menyempatkan diri bertemu dengan Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong Papua waktu itu: alm. Mgr. FX Hadisumarto O.Carm seperti tampak dalam foto utama laporan berita ini. (Berlanjut)
Kredit foto: Arsip Dokumentasi Vikariat OSA Papua-Indonesia.