“John Doe: Vigilante” Ketika Keadilan Membisu

1
2,485 views

Film John Doe: Vigilante sebenarnya sudah lama diproduksi (Maret 2014).  Namun menonton film ini dapat mengubah perspektif penonton tentang figur seorang pembunuh berantai.  Ternyata seorang pembunuh bisa digelari sebagai pahlawan oleh sebagian orang sedangkan bagi yang lain adalah kriminal.  Namun bagaimanapun yang namanya membunuh, secara universal, diterima sebagai tindakan salah.  Hukum-hukum yang ada di negara-negara belahan bumi ini pun jelas-jelas mengecam dan melarang orang untuk membunuh.

Mencari keadilan

Kunci dari seluruh pembunuhan atas 33 orang dalam film ini terdapat pada bagian belakang dari film ini.  John Doe (Jamie Bamber) yang senantiasa memakai topeng dalam aksinya sedang menginterogasi Adam (Brendan Cleirkin) pembunuh anak dan istrinya.  John mencecar Adam dengan banyak pertanyaan atas perilakunya yang telah membunuh 5 gadis cilik untuk memuaskan kelaki-lakiannya.

Pada scene ini, John membeberkan motif pembunuhan yang selama ini ia buat.  John Doe mengakui bahwa hidupnya telah dihancurkan semenjak anak dan istrinya di bunuh oleh Adam.  Ia dipenuhi rasa bersalah karena tidak bisa melindungi keluarganya.  Oleh karenanya, sebagai pertobatan, ia berdiri bersama orang-orang yang dianiaya, atau mereka yang tidak mendapat hak hukum dan dilecehkan.  Ia hanya membunuh orang-orang yang umumnya semena-mena kepada keluarga atau lelaki yang pedofilia, atau mereka yang sok berkuasa.  Orang-orang ini dilihatnya kebal hukum dan berkeliaran bebas untuk menyebarkan penderitaan.

John Doe akhirnya muncul sebagai pahlawan guna melawan para penjahat tersebut.  Akibatnya memang sosok John Doe yang sadis dan tanpa ampun kepada orang jahat, menjadi pribadi yang kontroversial.

Selain itu, kisah John Doe mendunia tidak bisa dilepaskan dari peran televisi.  Televisi berhasil menempatkan John Doe sebagai tokoh papan atas dalam layar kaca.  Semua gerakannya mengisi pikiran para penonton.   Peran media ini pulalah yang mendorong Murray Wills (Sam Parsonson) untuk mendirikan grup Speak for the Dead yang berdiri dibelakang John Doe.  Namun grup ini menjadi anarkis dan ekstrem dalam memberantas kejahatan.  Grup yang semula mensupport agar John tidak dijatuhi hukuman beralih menjadi gerombolan liar yang menteror dan brutal.  Grup ini malah menjauh dari harapan akan cita-cita keadilan.

Pentingnya hero

Cerita film mengalir dipandu oleh tokoh Ken Rutherford (Lachy Hulme), journalis ternama yang diundang untuk mewawancarai John di penjara.  Ken mengajak penonton untuk melihat latar belakang si pembunuh berwajah tampan ini.  Ia juga lah yang membangun opini tentang identitas John lewat investigasi ke pihak kepolisian, orang yang dibantu, media massa dan masyarakat.  Ken seperti dalang yang memaparkan kehadiran John.

Kemudian dari film ini bisa direfleksikan bahwa John Doe sebenarnya merupakan sebutan umum untuk mereka yang tidak beridentitas jelas.  Kehadiran John Doe itu merupakan kemutlakan ketika sistem keadilan mandul dan kejahatan merajalela.  Masyarakat memerlukan hero, siapapun ia yang menyuarakan keadilan.

“Dunia menjadi lebih baik sekarang,” kata John untuk menanggapi Ken yang mengkritik tindakannya.  “Setidaknya para penjahat tahu bahwa mereka selalu diawasi dan tidak bisa bertindak sewenang-wenang,” lanjut John Doe.

Maka sebagai konklusi, film John Doe tak ubahnya sebuah kritik sosial terhadapnya mandulnya sistem peradilan.  Masyarakat perlu seorang hero untuk menyuarakan keadaan tersebut. Walaupun mesti terus dikritisi bahwa dalam kenyataannya seorang hero bisa saja lahir dari pengalaman pribadi yang pedih.  Seperti sangat terlihat dalam film sepanjang 1 jam 33 menit, kemarahan lebih berbicara keras dalam diri John Doe.

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here