Jumpai Kaum Marjinal di Gang-gang Sempit Kotor hanya untuk Berbagi Kasih

0
148 views
Ilustrasi - Berbagi kasih dengan sesama di masa pandemi Covid-19. (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Sabtu, 5 Februari 2022.

Tema: Gerak kebaikan.

Bacaan

  • 1 Raj. 3: 4-13.
  • Mrk. 6: 30-34.

KADANG penampilan tidaklah cukup mewakili hati seseorang. Bahkan hanya lewat penampilan, kita tidak dapat menilai seseorang.

Begitu banyak motivasi. Ada bias dalam penampilan.

Gerak hati kiranya dapat menggambarkan corak pribadi. Tak jarang, gerak hati merupakan wujud sentuhan Allah.

Sebagai pribadi yang menjadi, ia mengalami jamahan Allah untuk menjadi pribadi yang tidak hanya dekat ,tapi berkenan, bertumbuh dalam firman Allah.

Roh Kudus itulah yang menggerakkannya. Bahkan ia sendiri kadang tidak tahu mengapa ia melakukan sesuatu.

Hatinya selalu saja tersentuh dan mudah tergerak iba.

Gerak hati dalam wujud tindakan juga dapat menjadi ungkapan syukur atas kehidupan yang dialami. Sentuhan Allah menggerakkan hati seseorang tertuju kepada sesamanya.

Ia digerakkan untuk menjumpai dan berbagi.

Dalam sebuah pertemuan iman ada pertanyaan, “Apakah pernah mengalami sentuhan dari Allah untuk melakukan kebaikan?”

Seorang bapak mensyeringkan pengalaman imannya. Sentuhan kasih Tuhan.

“Saya bersyukur kepada Tuhan. Karena Tuhan memberkati keluarga kami. Dengan kerja keras dan tekun, Tuhan juga memberkati usaha kami. Kami diberkati, dicukupi bahkan tidak khawatir.

Kami ingin membalas kebaikan Tuhan dengan meneruskan kemurahan hati-Nya pada sesama.

Yang kami lakukan adalah hal yang kecil. Kami mempraktikkan orang yang tersingkirkan. Bukan saja orang miskin, tapi orang yang tidak dianggap, yang tidak diperhatikan, yang disingkirkan,” ungkapnya.

“Siapakah gerangan orang-orang itu?”

“Orang-orang yang dipandang gila oleh orang-orang lain. Mereka yang mengais makanan di tumpukan sampah,” jawabnya.

“Kenapa gerak hati kepada mereka?”

“Mereka adalah orang-orang yang membutuhkan. Sangat membutuhkan.”

“Kebaikan apa yang terpikirkan?”

“Kecil-kecilan saja Romo. Kami sebulan sekali memberi 25 bungkus nasi bungkus kepada mereka. Kami menjumpai mereka di tempat yang berbeda. Hanya itu yang bisa kami lakukan,”jelasnya.

Mendengar kesaksian itu saya terharu. Pilihannya jelas. Tepat sasaran. Bukan hanya orang yang dianggap miskin. Tetapi lebih konkrit lagi. Orang yang tak punya apa-apa; bahkan tidak punya siapa-siapa.

Sungguh orang-orang yang disingkirkan, yang dianggap gila. Orang yang menyendiri dan sendiri.

Kejelian memilih sesama itulah mengagumkan. Dan itu dilakukan bukan berhenti di suatu tempat lalu dibagi.

Tetapi mereka dijumpai di tempat mereka berada.  Bukan di depan gereja, tetapi di tempat orang itu ada. Bukan pula di pasar tetapi di tempat orang itu mengais rezeki. Mereka  yang berpindah-pindah.

Mencari, menemukan, menjumpai dan berbagi adalah  gerak hati yang menghargai. Mau repot demi yang lain. Merekalah orang-orang yang dipercayakan Tuhan kepada keluarga ini, “Berilah mereka makan.”

“Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka,  karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” ay 34.

Tuhan, Engkau selalu berkenan bila kami menjumpai saudara-saudari-Mu, mereka yang menderita dan tidak diperhatikan. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here