Kajian Antropolinguistik: Sebait Doa Ritual “Hakasuk”, Representasi Religius Suku Lokes Mauhalek (2)

0
736 views
Ritual Hakasuk Tali Malahe. (Kornelis Mauk)

METODE

Penulisan artikel ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Objek penelitian ini adalah makna sebait doa “Hakasuk” sebagai representasi religius suku Lokes Mauhalek.

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara terhadap dua kepala suku dan sekitar lima tokoh masyarakat di Kabupaten Belu. Selain beberapa subjek penelitian itu, peneliti juga berpartisipasi dalam tiga jenis “Hakasuk” yang dikenal di Suku Lokes Mauhalek itu.

Ketika mengikuti “Hakasuk Todan”, peneliti berperan sebagai peserta. Peserta berarti hanya mengikuti semua urutan ritual “Hakasuk Todan”. Sementara itu, ketika mengikuti “Hakasuk Tali Malae”, peneliti berperan sebagai Malun.

Malun berarti menjadi bagian penting dalam “Hakasuk Tali Malae” yaitu meniupkan nafas kekuatan, peneguhan, dan pemulihan melalui Murak Tomak (mata uang Negeri Belanda) kepada si penerima ritual “Hakasuk”.

“Hakasuk Ailimahoras” dilakukan kepada si penerima yang membutuhkan penyembuhan. Peneliti mengikuti jenis “Hakasuk” ini sebagai si penerima.

Sederhananya, peneliti sungguh terlibat aktif dalam ritual “Hakasuk Ailimahoras”.

Selain mengumpulkan data, peneliti melakukan konfirmasi sebagai wujud konfirmatoris terhadap data yang diperoleh. Teknik ini sekaligus sebagai bentuk analisis data, terlepas dari studi kepustakaan untuk melinearkan teori dan bahkan menemukan paradigma baru bahwa rumusan doa dalam ritual “Hakasuk” adalah representasi religusitas Suku Lokes Mauhalek terkait pemahaman tentang adanya kekuatan Maha.

Pengertian Hakasuk

Hakasuk adalah sebuah ritual tradisional di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ritual ini bertujuan untuk melepaskan atau meringankan beban (sebagai bentuk redempcao/penebusan atas darah orang-orang terluka dan terbunuh), memulihkan tubuh (ketika disiksa di penjara), dan menyembuhkan ailimahoras (sakit yang disebut sebagai Maromak Niakan Oe Dikit; Rotan Tuhan dan leluhur).

Secara etimologi, hakasuk berasal dari kata dasar “kasuk” (dalam Bahasa Tetun) yang berarti ‘lepas’. Jika kata hakasuk dipahami dari sudut pandang morfologi kata, maka dapat bermakna “melepaskan” karena telah dibubuhi imbuhan prefiks (ha-). Hal ini berarti kata hakasuk dapat dikategorikan sebagai ‘kata kerja’ pada klasifikasi ragam kata.

 Jenis-jenis Hakasuk

Hakasuk sebagai sebuah ritual yang terkenal di Kabupaten Belu ini memiliki beberapa jenis. Sedikitnya ada tiga jenis hakasuk, yakni: 

  • Hakasuk Ailimahoras

Ailimahoras merupakan akronim yang terdiri dari kata Ain (kaki) Liman (tangan), dan Moras (sakit). Salah satu jenis hakasuk ini bertujuan untuk meringankan dan menyembuhkan sakit yang dianggap sebagai Maromak Niakan Oe Dikin (Ujung Rotan Tuhan dan leluhur) atau Ema Niakan Ai Tahan (santet).

Hakasuk Ailimahoras ini biasanya dilakukan ketika ada seseorang yang mengalami sakit berangsur-angsur dalam waktu yang lama. Sakit yang diderita seseorang itu diyakini sebagai sebuah teguran dari Sang Pencipta dan para leluhur (melalui) karena adanya kesalahan atau pelanggaran tertentu.

Hakasuk Aili Mahoras.

Misalnya, seseorang tidak mengindahkan lian fuan manas (sumpah) Malun Hun (titisan leluhur). Selain itu, sakit juga dapat disebabkan oleh kedengkian kesuksesan seseorang yang dilancarkan dengan menggunakan Ai Tahan (santet).

Hakasuk Ailimahoras ini biasanya dilakukan di seberang jalan. Sebagaimana tertuang dalam tuturan “dalan sorun bodik hasori moras niabe labele kona ita ona” (seberang jalan adalah pemisah antara seseorang dengan sakit). Filosofi pemilihan tempat ini bertujuan untuk memisahkan seseorang itu dengan sakit yang dideritanya.

  • Hakasuk Todan

Hakasuk Todan adalah salah satu jenis hakasuk yang dilakukan karena seseorang telah membunuh banyak orang. Biasanya hakasuk todan ini diakukan kepada seseorang militer, pembunuh, dan pencuri. 

Hakasuk Todan bertujuan untuk meringankan atau melepaskan beban karena adanya Ema Ran Nakerek atau Ema Ran Manas (darah orang-orang terbunuh yang bergelora). Hakasuk Todan ini biasanya dilakukan di sebuah muara.

Tujuan pemilihan tempat ini sesuai dengan tuturan “lelen ba mota” yang artinya semua beban sakit akan dibawa ke lautan luas. 

  • Hakasuk Tali Malae

Hakasuk Tali Malae adalah salah satu jenis hakasuk yang dilakukan kepada seseorang yang baru keluar dari penjara. 

Tali Malae merujuk pada rantai atau borgol yang digunakan pihak kepolisian pada saat penangkapan. Jenis hakasuk ini bertujuan untuk memulihkan jiwa-raga setelah dipukuli saat penangkapan dan masa tahanan di penjara.

Proses Hakasuk Ailimahoras

Tahap Persiapan

Mencari Malun Hun (Titisan Leluhur)

Malun Hun adalah orang-orang dari suku asal yang berperan sebagai penjaga gerbang sekaligus pengutus ketika sekelompok orang dari suku tertentu. Malun Hun memiliki kekuasaan sebagai pemegang sejarah dan asal-usul sekelompok orang yang keluar dari suku tertentu.

Malun Hun terkenal dengan ungkapan “O ne hau mak kaer o kan ulun sorun bas dikin.”

Menyiapkan Bibi Aman (Kambing Jantan)

Persiapan bibi aman ini sebagai salah satu syarat pelaksanaan hakasuk. Filosofi penggunaan bibi aman ini adalah darah kambing jantan ini sebagai “ran malatin (darah hangat). Filosofi ini seperti penggunaan domba dalam kisah-kisah perjanjian lama tentang penyembelihan kurban yang ada di kitab suci agama Katolik.

Menyiapkan Murak Tomak (Uang Perak/Mata Uang Belanda/peser/sen)

Murak Tomak adalah salah satu syarat pelaksanaan hakasuk ailimahoras karena akan digunakan sebagai salah satu alat untuk laliun (salah satu bagian sakral dari ritual).

Tahap Inti (Mama Kakaluk)

Kakaluk adalah obat tradisional yang terdiri dari akar-akaran (banyak jenis) dan memiliki kekuatan magis (tergantung tujuan penggunaan). Pada tahap ini malun hun akan mengucapkan doa terlebih dahulu. Doa ini dipercaya sebagai kekuatan yang dapat menyembuhkan, melepaskan beban sakit, dan memulihkan jiwa dan raga seseorang.

Setelah itu, Malun Hun akan menyunyah kakaluk dan mengoleskan kakaluk itu bersama dengan darah kambing jantan pada dada dan testa penderita sakit. Kemudian Malun Hun akan menggunakan murak tomak untuk diputar di atas kepala penderita sakit sebanyak tiga kali sebelum akhirnya Malun Hun meniupkan nafas penyembuhan dan penambahan kekuatan.

Tahap Akhir

Pada tahap ini semua peserta hakasuk akan diajak oleh pelaksana hakasuk untuk makan bersama. Semua peserta bebas menikmati semua menu makanan yang disajikan pelaksana ritual hakasuk. Acara makan bersama ini sebagai wujud syukur sekaligus harapan untuk kesembuhan, pelepasan beban sakit, dan pemulihan jiwa-raga demi masa depan yang lebih cerah.

Sebait Doa Ritual Hakasuk

Ama No Bei Sia Iha Kukun No Kalan
Hotu Ami Husu Tebe-Tebes Atu Tulun Ami Iha Raik Laran Ne’e
No Ita Atu Daka Ami Tebe-Tebes
Niabe Ami Keta Kona Ailimahoras No Susar Ida

Terjemahan:

Bapa Kami dan Para Leluhur Kami yang Ada di Alam Sana (Alam yang Gelap dan Tak Terjangkau)
Saat ini, kami sungguh-Sungguh memohon untuk membantu Kami di dunia ini
dan akan sungguh-sungguh menjaga kami agar terhindar dari segala macam sakit dan kesusahan

Menurut masyarakat Belu sebait doa ritual hakasuk ini dipercaya sebagai kekuatan. Rumusan bait doa dalam ritual hakasuk ini sebenarnya telah  merepresentasikan penyebaran ajaran agama Katolik di Pulau Timor.

Kajian Antropolinguistik: Sebait Doa Ritual “Hakasuk”, Representasi Religius Suku Lokes Mauhalek (1)

Sebelum penyebaran agama Katolik di Pulau Timor, masyarakat Belu percaya akan adanya sesuatu kekuatan Maha yang menguasai alam semesta ini. Hal ini tertuang dalam satu setiap baris doa Ritual Hakasuk yang mirip dengan doa Bapa Kami dalam ajaran Kristen Katolik.

Misalnya dalam Doa Bapa Kami: “Bapa kami yang ada di Sorga…….. Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.”

Sebait Doa Ritual Hakasuk: “Bapa Kami dan Para Leluhur Kami yang Ada di Alam Sana        Saat Ini Kami Sungguh-Sungguh Memohon  untuk Membantu Kami di Dunia Ini                Agar Terhindar dari Segala Macam Sakit dan Kesusahan.”

Inilah yang menjadi wujud pengungkapan bahasa sebagai bentuk  pemahaman masyarakat Belu tentang adanya kekuatan Maha. Kekuatan inilah yang mengatur hidup umat manusia.

Penutup

Di Kabupaten Belu terdapat terdapat tiga jenis ritual hakasuk,  yakni hakasuk ailimhoras, hakasuk todan, dan hakasuk tali malae.

 Ritual hakasuk ailimhoras ini bertujuan untuk menyembuhkan ailimahoras (sakit yang disebut sebagai maromak niakan oe dikit atau rotan Tuhan dan leluhur).

Ritual hakasuk todan bertujuan untuk melepaskan atau meringankan beban (sebagai bentuk penebusan atas darah orang-orang terluka dan terbunuh), dan hakasuk tali malae bertujuan untuk memulihkan tubuh (ketika keluar dari penjara).

Ritual hakasuk ini memiliki sebait doa yang dipercaya sebagai kekuatan. Rumusan bait doa dalam ritual hakasuk ini sebenarnya dapat merepresentasikan penyebaran ajaran agama Katolik di Pulau Timor.

Hal ini sebagai wujud pengungkapan bahasa sebagai bentuk pemahaman masyarakat Belu tentang adanya kekuatan Maha. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here