Kardinal Tagle: Evangelisasi Itu tak Rumit, Hanya “Ngobrol tentang Yesus”

0
295 views
Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-bangsa: Kardinal Tagle. (Ist)

KARDINAL Luis Antonio Tagle mendorong umat Katolik untuk tidak terintimidasi oleh konsep “penginjilan”.

Tapi sebaiknya selalu sadar, evangelisasi itu merupakan sebuah interaksi atau percakapan sederhana kita layaknya ngobrol rileks antar teman, anggota keluarga, rekan kerja, atau pelaku media sosial.

“Terkadang, kita membuat segalanya -termasuk evangelisasi- itu jadi sangat rumit. Padahal, evangelisasi ini adalah percakapan. Ini adalah percakapan tentang Yesus,” kata Tagle, hari Sabtu (19/2/2022) malam.

Dikatakan dalam pidato sambutan penutupnya mengakhiri Konferensi Imamat Vatikan.

“Interaksi atau percakapan manusia sederhana yang berpusat pada Sabda Kehidupan yang memupuk persatuan, menurut saya perlu digalakkan di zaman kita ini, terutama di lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, pusat rekreasi, rumah sakit, media sosial, pada saat rehat kopi, dan pertemuan-pertemuan sederhana dengan teman-teman,” katanya.

Kardinal Tagle asal Filipina sekarang ini menjabat Prefek Kongregasi Vatikan untuk Evangelisasi Bangsa-bangsa. Ia secara khusus diminta memberi pidato penutupnya tanggal 19 Februari. Guna menutup konferensi tiga hari Vatikan tentang teologi imamat.

Paus Fransiskus telah membuka konferensi hari Kamis lalu dengan paparan atas refleksinya tentang  52 tahun lebih imamatnya.

Dalam pidatonya yang disampaikan dengan semangat, Kardinal Tagle mengatakan bahwa “karya misi mampu membentuk komunitas. Pada gilirannya nanti, komunitas ini akan menjadi kobaran api yang menyalakan misionaris lainnya.”

Kardinal Luis Antonio Tagle. (Ist)

Pengalaman tak baik bergaul dengan para imam

Kardinal asal Filipina lalu menceritakan bahwa salah satu delegasi pemuda di Sinode Uskup 2018 tentang Kaum Muda telah memberitahu dia akan pengalaman tak baiknya sejumlah temannya saat mereka berkomunikasi dengan pastor.

Sejumlah teman itu mengungkapkan tentang konduite  para imam yang suka “marah, tidak sabar, tidak dapat didekati”.

Juga sosok imam yang suka dan yang “mengkritik umat dari atas mimbar kotbah dan suka menceramahi orang tentang banyak aturan.”

Kardinal Tagle menambahi, begitu mendengar curhatan seperti ini, maka hal itu langsung memotivasi dia untuk merenungkan sukacita di dalam hidup mereka yang sudah dibaptis.

“Ada banyak alasan mengapa kita merasa lelah, kosong, dan tidak bahagia. Tetapi saya bertanya pada diri sendiri: Mungkinkah salah satu alasan hilangnya sukacita dalam diri orang yang dibaptis atau pelayan Gereja adalah kurangnya atau melemahnya semangat misioner?” katanya.

“Tanpa komitmen pada misi, imamat dari hidup yang dibaptis atau disucikan dan imamat pelayanan kehilangan sukacita. Mengapa? Karena imamat Kristus secara intrinsik terkait dengan misi-Nya.”

Pidato Kardinal Tagle menandai akhir pertemuan puncak “Untuk Teologi Dasar Imamat” tanggal 17-19 Februari di Aula Paulus VI Vatikan yang acaranya disiarkan langsung.

Simposium ini pertama kali diumumkan pada April 2021.

Kardinal Marc Ouellet dari Kanada yang kini menjabat Prefek Kongregasi untuk Uskup

Imamat misioner

Kardinal Marc Ouellet dari Kanada sekarang ini menjadbat Prefek Kongregasi Vatikan untuk Uskup. Ia diberi mandat untuk mengorganisir pertemuan itu bersama dengan Pusat Panggilan Penelitian dan Antropologi yang berbasis di Perancis.

Hari ketiga dan terakhir konferensi didedikasikan untuk forum pembicaraan bertemakan “selibat, kharisma, dan spiritualitas.”

“Imamat Yesus sepenuhnya misioner dan terus demikian karena Dia berjanji untuk selamanya bagi saudara-saudaranya di hadapan Bapa di tempat kudus surgawi,” kata Kardinal Tagle.

“Imamat Yesus adalah kehidupan misioner sepenuhnya. Singkirkan misi, tidak akan ada sukacita dalam diri mereka yang ambil bagian dalam imamat Kristus dalam pembaptisan, dalam keadaan kehidupan lain, dan dalam imamat pelayanan.”

Kardinal Tagle merenungkan kata-kata Yesus dalam Injil Yohanes: “Seperti Bapa telah mengutus Aku, demikianlah Aku mengutus kamu.”

“Orang-orang yang Yesus kasihi adalah orang-orang yang Dia utus,” kata Tagle.

“Relasi cinta yang ‘bahaya’. Semakin Ia mencintaimu, semakin Dia mengirimmu.”

Kardinal berusia 64 tahun itu mengatakan bahwa dipanggil untuk “menjadi milik Yesus dan berbagi dalam misi-Nya” bukanlah masalah “menciptakan atau mempromosikan proyeknya sendiri, tetapi berpartisipasi dalam rencana penyelamatan Allah dalam misi Yesus dan Roh Kudus.”

“Ini adalah sukacita. Bukan karena menemukan pesan seseorang, tetapi karena menyatakan apa yang telah didengar, dilihat, dan disentuh dari sabda kehidupan.

Kardinal Tagle dalam sebuah acara di KWI dan mengupas “Ensiklik Laudato Si'” di Kantor KWI Jl. Cikini II/10. (Mathias Hariyadi)

Ini adalah sukacita, bukan karena membanggakan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi karena dengan rendah hati dipimpin oleh kesaksian Roh Kudus tentang Yesus,” tandas mantan Uskup Keuskupan Manila ini.

“Ini adalah kegembiraan, bukan karena terobsesi dengan pencapaian, gelar – ‘Oh, saya memiliki gelar doktor, Anda hanya gelar master. Saya layak mendapatkan katedral. Anda layak mendapatkan paroki desa.’ – Itu bukan sukacita. Itu obsesi dengan prestasi.”

“Ini adalah sukacita syukur kepada Dia yang membuat murid-murid yang lemah dan berdosa menjadi kuat oleh kasih karunia-Nya.

Kami berharap setiap orang Kristiani yang dibaptis akan mengalami sukacita menjadi misionaris Kristus,” katanya.

PS: Diolah dari tulisan Courtney Mares (Catholic News Agency)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here