Kardinal Terpilih Ignatius Suharyo: Bunda Maria untuk Tanah dan Rakyat Papua

3
1,149 views
Gomas Harun menyerahkan patung Bunda Maria kepada Kardinal Terpilih Ignatius Suharyo dan selanjutnya akan dibawa ke Keuskupan Jayapura sebagai bentuk cinta dan perhatian kepada Tanah dan Rakyat Papua. (Ist)

KARDINAL Terpilih Ignatius Suharyo yang juga Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) menera sebuah patung Bunda Maria yang sedang menggendong bayi Yesus. Namun patung pemberian ini nantinya akan beliau berikan kepada Tanah dan Rakyat Papua sebagai tanda cintanya yang mendalam kepada pulau terbesar di Indonesia itu.

Beliau berharap patung yang terbuat dari kayu gaharu itu akan membawa kedamaian dan perdamaian di Tanah Papua yang hari-hari terakhir ini bergejolak.

Maksud dari rencana pemberian itu diungkapkan sendiri oleh Kardinal Terpilih Ignatius Suharyo. Itu dikatakan kepada penggiat kebangsaan AM Putut Prabantoro dan penggiat devosi Bunda Maria bernama Georgius Gomas Harun, saat mereka memberi Patung Maria Bunda Segala Suku itu kepada Mgr. Suharyo di Wisma Residensial Uskup di Jakarta, Rabu sore (04/09/2019).

Namun, Kardinal Suharyo menghendaki agar patung tersebut sebaiknya diberikan ke Tanah dan Rakyat Papua melalui Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar OFM.

Secara khusus, Kardinal Suharyo kemudian menitipkan kembali patung Bunda Maria tersebut kepada Georgius Gomas Harun untuk kemudian nanti bisa membawanya ke Tanah Papua.

Berbahan kayu gaharu

Menurut Gomas Harun, patung dengan berat empat kg dan tinggi 60 cm ini terbuat dari kayu gaharu yang sudah sangat langka dijumpai.

Bahan dasar patung yakni kayu gaharu itu merupakan persembahan dari Antoni Ong yang tinggal di Jayapura, Papua, dan kemudian dibuat menjadi patung oleh salah satu maestro patung di Bali.

“Saya tidak tahu berapa tahun usia kayu gaharu tersebut, namun saya kira sudah tua sekali jika dilihat dari urat-urat yang ada pada patung tersebut. Ketika beliau menghendaki patung tersebut dihadiahkan kepada Tanah dan Rakyat Papua, saya dapat merasakan cinta beliau yang sangat mendalam kepada Tanah dan Rakyat Papua. Beliau ingin patung Bunda Maria itu dapat menghadirkan kedamaian dan perdamaian di Tanah Papua. Beliau sangat prihatin atas apa yang baru saja terjadi di Tanah Papua saat ini,” ujar Gomas Harun.

Namun Gomas Harun menyatakan belum tahu kapan waktu tepat ia bisa membawa patung tersebut ke Papua.

Ia harus berkordinasi dengan Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar OFM terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan apa saja yang harus dipersiapkan.

Bagi Gomas, tugas khusus dari Kardinal Ignatius menjadi tanggungjawab yang berat dan besar.

AM Putut Prabantoro secara simbolis ikut menyerahkan patung kategori Bunda Maria Segala Suku kepada Mgr. Suharyo.

Sementara, AM Putut Prabantoro menegaskan bahwa patung dari Kardinal Suharyo ini adalah momentum sejarah bagi Gereja Katolik di Indonesia dan Tanah Papua khususnya terkait dengan pengangkatan Mgr. Ignatius Suharyo menjadi Kardinal oleh Paus Fransiskus akhir pekan lalu.

Dalam konteks ini, Putut Prabantoro yakin bahwa Tanah dan Rakyat Papua menjadi perhatian Kardinal Suharyo, yang karena gelar tersebut memiliki hak memilih dan dipilih menjadi Paus.

“Patung Maria Bunda Segala Suku menjadi salah satu ikon Keuskupan Agung Jakarta yang diawali dengan perlombaan seni patung, lukis dan fotografi yang diadakan pada tahun 2015. Pada bulan Mei 2017 diumumkan pemenang dari lomba tersebut adalah Robert Gunawan, seorang guru lukis anak-anak yang berasal dari Matraman, Jakarta. Dari lukisan tesebut kemudian dijadikan patung yang dikerjakan oleh maestro patung di Bali,” ujar Putut Prabantoro.

“Maria – Bunda Segala Suku” adalah sebutan istimewa untuk Bunda Maria dan disebut fenomenal karena terkait dengan merebaknya ancaman terhadap keutuhan kebangsaan dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ki-ka: AM Putut Prabantoro, Kardinal Terpilih Ignatius Suharyo, dan Gomas Harun.

Tidak ada yang kebetulan

Dalam malam penghargaan pada Mei 2017, Mgr. Ignatius Suharyo mengatakan, di dunia ini tidak ada yang kebetulan.

Pernyataan Mgr Ignatius Suharyo “tidak ada yang kebetulan” merujuk pada waktu pengumuman pemenang sayembara lomba lukis, patung dan fotografi yang mundur satu tahun dari seharusnya, yakni Mei 2016 atau setahun setelah pembukaan resminya pada 30 Mei 2015.

Namun, dengan berbagai alasannya, pengumuman itu baru terjadi pada 22 Mei 2017, ketika Indonesia terpolarisasi berlatar belakang agama ketika Pilkada DKI Jakarta berlangsung.

Ref: A museum dedicated to Mary ‘Mother of all ethnic groups’ inaugurated

3 COMMENTS

  1. Tepat sekali, aksi Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo menyerahkan patung Bunda Maria Bunda Segala Suku untuk Tanah Papua, sebagai komitmen gereja terhadap KLMTD khususnya untuk Papua yang sedang menderita. Aksi aksi serupa tentu akan beliau tunjukkan sebagai tanggungjawab beliau utamanya sebagai Kardinal untuk menunjukkan Wajah Kristus/Gereja Katolik dengan keberpihakan kepada KLMTD dikala riak gelombang melanda bumi Indonesia.

  2. Bingung bacanya.

    Jadi siapa yg menyerahkan patung itu? Kardinal ke umat Papua atau 2 pegiat itu ke Kardinal lalu diserahkan ke Papua?

    Caption foto dan narasi tidak sejalan.

    Berapa patung yang diserahkan? 2 patung? Krena Ada 2 gambar dg patung yg berbeda tapi di narasi hanya menyampaikan ada 1 patung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here