Kartunis Sudi “Non-o” Purwono, Energi Semangat Berkarya yang tak Pernah Padam

0
251 views
Kartunis Sudi "Non-o" Purwono. (Gatot Eko Cahyo)

PRIA kelahiran Kota Gudeg yang selalu tampil kalem dan terlihat muda ini sudah sangat lama menekuni bidang gambar-menggambar. Juga membuat kartun, bahkan ilustrasi di media cetak maupun online.

Dimulai dari zaman jaya-jayanya media cetak era tahun 1980-an. Saat itu pula, karya Non-o sudah meramaikan banyak majalah terbitan Jakarta.

Kartunis lepas

Sudi “Non-o” Purwono adalah alumnus STSRI ASRI Yogya. Jurusan Reklame saat itu, nanun yang sekarang telah berubah menjadi Jurusan Disain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta.

Selama ini, Nan-o dikenal sebagai kartunis lepas (freelance). Meski demikian, ia tetap sangat produktif.

Dunia kartun dan animasi digeluti sejak bergabung dengan PT Anima Indah, perusahaan animasi pertama kali di Indonesia.

Banyak karyanya pernah diterbitkan di berbagai grup media. Di antaranya muncul di jaringan penerbitan Tempo Group, Selecta Group, Kartini Group, Kompas Gramedia Group, koran Sinar Harapan dan berlanjut koran Suara Pembaruan.

Non-o pernah mewakili sebagai kartunis Indonesia dalam ajang 5th Asean Cartoonist Exhibition bersama kartunis Asia lainnya. Pergelaran ini bekerja sama antara PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia)  dengan Pusat Kebudayaan Jepang di Jakarta.

Sering menang penghargaan karikatur MH Thamrin dari PWI Jakarta secara berturut -turut: 1992, 1994, 1995, 2002, dan 2004). Hingga kini, Non-o masih tetap aktif di organisasi PAKARTI.

Sebagai kartunis lepas, Non-o sangat gigih dan rajin ke sana kemari ke kantor media cetak saat itu. Untuk membuat atau pun menyerahkan karyanya agar di muat dan mendapat honorarium.

Tahun 1980 adalh era jaya-jayanya media cetak di Indonesia. Saat itu, kadang media kekurangan tenaga artistik. Terutama yang mampu membuat karya kartun maupun ilustrasi. Dari kegigihannya dan energi semangat yang selalu menyala tak pernah padam itu, sampai dia mengaku kisah berikut ini.

Dari honorarium karyanya yang dimuat, sebagian  bisa ditabung untuk membeli sebuah mobil VW Kodok, walau seken. Sehingga mobil itu sangat membantu Non-o untuk mobilitas aktivasi ke kantor-kantor media, karena saat itu karya harus disetor aslinya atau fotokopiannya. Belum ada internet. Kadang kalau sungguh terpaksa, karya bisa dikirim via faksimili.

Sekali merdeka, tetap merdeka, tapi korupsi bisa jalan terus ya? (Nan-o)

Profesi menyenangkan

Menurut Non-o, membuat karya kartun sudah menjadi sebuah profesi yang dia yakini tetap eksis hingga sekarang. Bahkan tidak hanya membuat kartun, editorial cartoon saja, tetapi juga ilustrasi.

Salah satu contohnya adalah ilustrasi rubrik psikologi Leila Ch. Budiman di harian Kompas Minggu atau ilustrasi cerbung si Cemplon karya Umar Nurzain – cerbung yang kemudian dibuat sinetronnya di RCTI.

Pentingnya humor

Dengan membuat kartun, Non-o merasa bisa berbagi pesan, kritik dan humor kepada orang lain, syukur -syukur bisa menghibur dan menginspirasi.

Menurut Non-o, humor adalah sarana paling baik untuk memelihara pikiran dan tetap waras. Humor diperlukan sebagai katup pelepas stres dari tekanan-tekanan masalah sehari-hari sehingga beban hidup yang tak tertanggungkan menjadi tertanggungkan.

Humor bisa memupuk dan mengembangkan energi positif. Dalam kartun, seni dan humor adalah dua hal yang dekat dengan kegembiraan.

Garis-garis indah membawa pesan

Melihat karya kartun Non-o, kita digiring bisa menikmati alunan garis-garis lembut yang digulirkan oleh rasa estetika yang sangat tinggi dan terlatih. Lembut mengalir melahirkan bentuk-bentuk sosok yang dideformasi secara apik dan terkontrol dengan baik.

Garis Non-o lahir dari olah rasa yang penuh dengan keindahan. Garis yang membawa pesan kritik yang dibalut dengan pesan humor, kelucuan. Kadang diberi warna secara digital; khususnya karya-karya baru sekarang.

Kalau pun ada yang berpendapat style gambar kartun Non-o terimbas style gambar kartunnya GM Sudarta dan Pramono. Katakanlah setengah nge-GM dan setengahnya nge-Pramono, maka itu tidak menjadi masalah.

Batu-batu berubah tampil menawan dan cantik karena goresan seni. (Nan-o)

Sangat wajar, dalam berkesenian itu saling pengaruh mempengaruhi. Sesuatu yang sah-sah saja.

Bahkan lukisan kubisme karya George Braque dan karya kubisme Picasso hampirlah sangat mirip banget.

Namun Non-o ya tetap Non-o.

Karyanya sudah mempunyai branding dan style personal yang sangat khas, meskipun Non-o tidak ragu untuk mengakui bahwa sosok GM Sudarta dan Pramono, adalah merupakan guru-gurunya dalam ilmu seni kartun.

Kritik berimbang

Dalam karya kartun opini, pesan kritik dan humornya selalu berimbang.

Non-o cukup “titis” dalam membidik dan memvusualkan tema-tema apa pun.

Salah satu contohnya adalah isu SARA. Ini selalu saja muncul tiap saat, bahkan digoreng, dimainkan oleh kelompok tertentu untuk membuat kisruh bangsa ini.

Kartun karya Non-o tentang semangat cinta NKRI melawan bibit-bibit radikalisme berbau SARA. (Nan-o)

Digambarkan kemunculan sosok ular berbisa yang besar sebagai metafora SARA,  sementara yang cinta NKRI melawannya membawa senjata dan tameng bergambar sila-sila Pancasila.

Sungguh suatu ungkapan metafora yang sederhana, namun sangat komunikatif. Sehingga pesan itu tersampaikan ke audiens dengan baik, tidak membingungkan.

Non-o juga aktif membuat karya gag cartoon yang cukup menggelitik lucunya.

  • Digambarkan seseorang sedang duduk santai menunggu terbitnya Sang Surya.
  • Alangkah kagetnya seseorang itu hingga kemudian ngacir ketakutan lari terbirit-birit, lantaran kemunculan Sang Surya itu mirip virus covid 19.
Menanti terbitnya Sang Surya, eh jebulane yang muncul virus corona. (Nan-o)

Kelucuan murni pada kartun ini menandakan sense of humor seorang Non-o sudah terlatih sejak dulu kekreatifannya. Kalau tidak terlatih dengan baik, maka akan sulit melahirkan karya-karya yang cerdas dan lucu.

Tampil di FB

Selain itu, Non-o akhir-akhir ini sangat rajin membuat ilustrasi cerita lucu seri Nasrudin Hoja dengan keledainya yang hampir tiap hari di-posting di FB.

Joke-joke Nasrudin divisualkan oleh Non-o dengan sangat pas. Mampu menggiring penonton yang merasa terjembatani dalam membaca cerita lucu Nasrudin Hoja.

Penggambaran sosok Nasrudin yang sangat kartunal benar-benar telah dia kuasainya dengan baik. Berkat seni kartun yang sudah digelutinya selama puluhan tahun secara profesional.

Nasrudin bercermin diri. (Nan-o)

Misalnya salah satu karyanya berikut ini.

Digambarkan sosok Nasrudin Hoja tengah berdiri di depan cermin. Ternyata bayangan di cermin itu tidak sama persis dengan wajah aslinya. Tetapi muncul bayangan di cermin wajah Nasrudin yang berubah menjadi kepala keledai.

Sungguh sangat kocak.

Tak hanya itu, sosok Non-o juga selalu tergoda untuk membuat karya-karya dalam bentuk lain. Misalnya menggambar di atas batu-batu hias. Atau membuat vinyet dengan gaya dan nuansa yang kebaruan.

Digambarkan sosok wanita yang selalu cantik. Kemudian dihiasi dengan aksesori ornamen-ornamen. Diwarnai secara digital sehingga karya vinyet ini menjadi artistik, serasi, dan indah dipandang,

Dua gadis cantik di mata Nan-o.

Kepekaan sosok Non-o dalam proses kreatif mengolah membuat kartun dilakukan dengan tajam mengamati fenomena zaman. Ia cukup jeli dan selalu meng-update tema-tema yang baru, aktual yang sedang menjadi berita utama atau viral di media massa.

Misalnya yang dia buat untuk menggambarkan kemacetan dan kesemrawutan lalulintas di Jakarta. Tampil dengan selalu jeli, menggelitik, dan menarik ungkapan visualnya.

Kartunis asli Yogya ini sudah punya cucu. Tetapi tetap tampil enerjik. Maka tidak heran, kalau selalu kelihatan muda, sehat, dan bernas.

Potret kemacetan lalu lintas di Jakarta. (Nan-o)

Selain menjadi kartunis, ternyata Non-o ini adalah sosok seorang pendekar Aikido yang andal. Sehingga olah pikir, olah rasa, dan olahraga sangat terjaga perimbangannya.

Sempat melatih Aikido di berbagai institusi. Salah satunya menjadi pelatih di institusi Polri: Mako Brimob di Kelapa Dua, Depok.

Rabu, 4 Agustus 2021

Kasongan, Bantul, DI Yogyakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here