Kasih Ibu

0
213 views
Ilustrasi - Lihat, inilah ibumu by Vatican News

Puncta 15.09.21
PW St. Maria Berdukacita
Yohanes 19: 25-27 atau Lukas 2: 33-35

Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

LAGU karya SM Mochtar ini pendek, namun sarat makna. Ia bercerita tentang kasih seorang ibu yang tak pernah putus.

Kasih ibu hanya memberi. Tidak mengharapkan balasan apa-apa. Kasih itu tanpa pamrih. Seperti matahari yang terus bersinar tiada henti dan tidak mengharapkan apa pun dari yang disinari.

Cinta tanpa henti dan tiada pamrih itu dilakukan dengan tulus. Walau harus sakit dan pilu.

Sakit, karena kasihnya dilakukan dengan penuh pengorbanan. Pilu karena yang dikasihi tidak tahu berterimakasih.

Seorang ibu tak meminta balasan. Ia tidak minta dihargai. Ia tidak minta diberi fasilitas mewah. Ia hanya ingin anaknya berbakti pada orangtua.

Kasih seorang ibu tak pernah berhenti. Kisah Malin Kundang, misalnya, dapat menjadi contoh bagaimana kita mesti menghargai kasih ibu yang tulus tanpa pamrih.

Ia telah berjasa pada kita. Ia mengandung, melahirkan, menyusui, memelihara dan mengantar kita menjadi manusia. Ia menanggung beban penderitaan demi kebahagiaan anaknya.

Hari ini, kita memperingati Bunda Maria yang berdukacita. Maria menjadi teladan seorang ibu yang mau menderita demi kebaikan anaknya.

Sebelum Yesus memanggul salib, Maria sudah mengalami penderitaan salib. Sejak ia mengandung dan melahirkan sampai Yesus tergantung di kayu salib, Maria setia menerima salibnya.

Maria berdiri dekat salib Yesus. Ramalan Simeon di Bait Suci dulu menjadi nyata, “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.”

Maria menjadi teladan kesetiaan dan kasih yang tulus penuh pengorbanan. Cinta yang tulus nampak dari semangat pengorbanan. Cinta tanpa berkorban tiada nilainya.

Kalau kita ingin menjadi anak-anak Maria, kita bisa meneladani cinta dan kesetiaannya.

Seperti Maria yang setia menemani Yesus yang menderita, memanggul salib, kita diundang berpihak pada mereka yang memanggul salib, menjadi korban.

Bersediakah kita?

Bulan merah di langit biru.
Langit cerah mendung berlalu.
Mengasih Maria kerinduanku.
Menjadi abdinya cita hidupku.

Cawas, doakan kami Maria.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here