Kasih Ibu pada Puterinya yang Sakit

2
376 views
Ilustrasi: Ibu dan Anak by Romo Suhud SX.

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Jumat, 6 Juli 2021.

Tema: Indahnya sentuhan.

  • Bacaan Dan. 7: 9-10, 13-14.
  • 2 Ptr. 1: 16-19.
  • Mrk. 9: 2-10.

ADA suatu pemandangan yang indah. Sederhana menggugah iman.

Suatu saat, dalam berkunjung dan makan bersama, seorang anak remaja puteri sedang sakit panas.

Mungkin kebanyakan main HP. Memanglah dia itu senang main HP, selain harus ikuti program sekolah online.

Keluarga ini taat protokol kesehatan. Tidak kemana-mana. Kesehatan, kebersihan rumah. Keteraturan makan diperhatikan.

Sang remaja puteri ini duduk di samping ibunya.

“Berapa suhu badan?” tanya ibunya.

“Tadi 37,5 Celcius, Mi.”

“Nggak boleh main HP lama-lama. HP untuk belajar. Nanti kamu sakit. Betul kan. Sekarang sakit,” gugat sang ibu.

“Ya Mi,” jawabnya sembari menyandarkan pipi kirinya ke lengan kanan ibunya.

“Nanti kalau kamu tetap panas dan tidak turun-turun akan di-swab loh. Kita lihat perkembangan sakitmu di hari kelima,” tutur sang ibu.

“Nanti dede juga akan bisa sembuh sendiri,” katanya yakin, setelah mendengar akan di-swab.

“Bagaimana sembuh? Makan aja males. Kemarin sebelum sakit, disuruh makan enggak mau. Terus aja main HP. Janji ya, nggak main HP lagi. HP hanya untuk belajar dan boleh main sebentar,” tangkas ibunya.

“Ya Mi,” jawabnya sembari kembali menyenderkan kepalanya di lengan maminya.

Makan bersama pun berlanjut.

Tiba-tiba si remaja puteri itu berkata, “Mi, nanti kalau sembuh, boleh ya minum Coca Cola di kulkas?”

“Oke. Mami yang nentuin kapannya. Jangan bandel lagi ya. HP itu untuk belajar. Boleh main sebentar. Inget, HP dipakai untuk belajar. Selesaikan pekerjaan sekolah.

Kalau kamu rajin, pasti kamu dapat nilai yang baik. Dan itu meringankan Mami. Apalagi kalau kamu dapat ranking. Kamu akan mendapat beasiswa. Meringankan beban mami. Janji ya?” tantang maminya.

“Iya mi.”

Sekali lagi dan agak lama ia menyenderkan kepalanya di lengan maminya.

Saya melihat dengan senyum.

Sebuah percakapan sederhana antara orangtua dan anak. Sebuah sentuhan kasih dan kemuliaan yang sangat sederhana dan manusiawi.

Sebuah percakapan sederhana penuh makna dan  menyentuh. Sang ibu berbicara dengan hati.

Hati yang mencintai. Kendati dapat dibayangkan kadang anak menjengkelkan,  membuat onar, teriak-teriak, dan berkelahi dengan saudara-saudarinya.

Namun tetaplah hati seorang ibu adalah hati yang mencintai. Hati yang memahami. Hati yang menerima anak apa adanya. Juga berusaha memajukan anak semaksimal mungkin demi masa depan mereka.

Sebuah hati yang penuh kasih, rela berkurban. “Hidupku hanya untukmu.”

Kemanjaan anak pada orangtua juga sungguh sangat luar biasa. Seperti pohon yang merambat, ia memeluk, bersandar pada orangtua; berjalan dalam bimbingan orangtua.

Kemanjaan yang manusiawi membuat ia belajar tumbuh, mengakui kelemahan, keterbatasan.

Sebuah keyakinan bahwa ia akan berdiri di samping orangtuanya. Bahkan mungkin nanti, ia akan berperan sebagai orangtua menemani orangtuanya saat lanjut usia.

Bersandar, duduk di samping, sebuah pembelajaran yang sangat menyentuh. Sebuah hubungan yang sangat manusiawi.

Bukankah kemuliaan Tuhan menjadi nyata dan kita alami ketika kita lebih menjadi manusia yang manusiawi.

Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagaimana kemuliaan Tuhan itu dialami

Kapan terakhir pasangan duduk berdampingan; menyandarkan kepalanya di bahu pasangannya.

Katakanlah, “Aku kuat karenamu.”

Kapan terakhir Aku mau memeluk pasanganku dan anakku. Bisikkanlah, “I love you.”

Hari ini, kita merayakan Pesta Yesus menampakan kemuliaan-Nya

Saking gembiranya, Petrus berkata, “Rabi betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah’ satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia.” ay 5

Di manakah Petrus, Yohanes dan Yakobus tinggal? Tidak memikirkan dirinya sendiri. Ia rela berkurban.

Cinta seorang murid.

Dalam kegembiraan iman, terdengar berita dari surga, “Inilah anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” ay 7.

Mendengar berarti berani belajar percaya dan berserah dalam kuasa Sabda-Nya. 

Mengimani pribadi-Nya sebagai wujud belas kasih Allah. Itulah kemuliaan  iman kita.

Itu juga kemuliaan dan pengorbanan cinta dalam keluarga kita juga.

Tuhan, aku gembira karena keluargaku.

Pasanganku. anak-mantuku, cucu-cucuku. Juga orangtua dan mertuaku.

Aku mengasihi mereka. Amin.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here