PITIK atau ayam itu bisa jadi punya derajad kegunaannya dibanding manusia.
Kalau ayam itu sudah disembelih, maka karena dagingnya yang enak ayam itu bisa berubah nama menjadi ayam goreng, opor ayam, sate ayem, dan sebagainya.
Manusia justru tidak “sekaya” ayam. Tentu saja kalau manusia itu sudah mati. Yang namanya mayat manusia itu tidak membawa manfaat apa pun. Harus cepat-cepat dikubur. Kalau pun ada kenangan baik, maka obituari itu yang kemudian disampaikan sebagai eulogy saat hendak dilangsungkan pemakaman.
Eulogy disampaikan kepada para pelayat. Semacam “hiburan” bagi keluarga atau kenangan indah tentang sosok almarhum yang layak diingat oleh segenap khalayak ramai.
Saat hidup, saat mati
Saat masih hidup, masing-masing diri kita membawa nama dan prestise diri, serta aneka macam kebanggaan pribadi. Apakah itu sematan gelar akademik di belakang nama kita, kekayaan material, kehormatan karena menjadi pejabat pemerintah atau lembaga swasta.
Namun, ketika kita mati, semua nama diri dan segala macam atribut itu hilang. Diri kita ya hanya jenazah itu. Atau dengan kasar orang bisa mengatakannya mayat manusia.
Nah, agar hidup kita berkualitas dan berguna bagi banyak orang –seperti ayam yang sudah mati malah berguna itu– ada baiknya kita masing-masing “mengisi” perjalanan hidup kita dengan hal-hal baik.
Begitu kita menjadi jenazah, maka kenangan orang akan kita adalah baik.
Jadi, jangan sampai kita kalah dengan ayam ya.
Teks narasi asli video Romo Wihong Pr ini kiranya berbunyi sebagai berikut:
Ketika ayam masih hidup, namanya hanya satu yaitu ayam.
Tapi kalau sudah mati disembelih, namanya bisa macam-macam seperti opor ayam, gulai ayam, ayam goreng, ayam rica-rica dll. Kalau sudah mati, ayam namanya bisa macam-macam.
Jadi, ayam bermanfaat, ketika sudah mati.
Berbeda dengan manusia. Kalau manusia sudah meninggal, nanti namanya hanya satu yaitu jenazah. Tapi ketika manusia masih hidup, namanya macam-macam. Ada Budi, Yogo, Haryo, Edi, dan lain-lainnya.
Maka dari itu, kalau manusia masih hidup dan tidak bermanfaat, maka hal itu berarti kalah dengan ayam.
Karena manusia itu kalau sudah meninggal tidak ada manfaatnya sama sekali. Hanya menjadi jenazah.
Untuk itu, marilah ketika kita yang masih hidup, kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Tuhan memberkati.
- Kredit video: Romo Antonius Budi “Wihong” Wihandono Pr
- Teks narasi terjemahannya: Bpk Henry.