Keheningan dan Kata: Jalan Evangelisasi

0
2,525 views

DUNIA  jaman ini ada dalam abad komunikasi. Ada kemudahan dengan adanya alat komunikasi untuk melihat apa yang terjadi di dunia diluar lingkup hidup kita. Ada kemudahan untuk berkontak dan berhubungan dengan orang-orang yang jauh dari tempat kita tinggal. Ada banyak manfaat yang didapat dari kemudahan komunikasi pada jaman ini. Bisnis jadi lancar; sekarang dibicarakan, kesepakatan disetujui; dikirim dengan fax/email, segera bisnis jadi dan jalan. Kita dapat berkontak dengan siapa saja, bahkan dengan orang-orang yang sudah lama tidak bertemu. Apa yang terjadi di dunia ini dengan cepat kita ketahui melalui berita di multi media. Tetapi sayang, dunia ini tidak pernah hanya satu sisi, baik saja. Selalu ada sisi buruk, ada penyalahgunaan. Informasi yang berguna bercampur dengan informasi yang salah. Orang-orang serakah, dengan kemajuan komunikasi, dapat menguasai pasar dan memonopolinya. Gossip, issue, terror dengan mudah tersebar tanpa dapat dilacak. Kita diseragamkan oleh iklan yang menawarkan gaya hidup modern. Manusia menjadi dangkal dan sekedar ikut arus konsumerisme yang menekankan pada pemilikan materi; bahkan lebih jelek lagi, sekedar ikut arus seolah-olah dengan status simbol yang palsu.

Di tengah dunia seperti ini kita mendengar lagi doa Yesus bagi murid-muridNya. Kita didoakan Yesus agar bersatu seperti Yesus bersatu dengan Bapa dan agar kita dikuduskan dari dunia. Persatuan gaya dunia diwarnai oleh keseragaman (yang tidak sama jadi ‘tungpai); kepentingan (kami beda dengan kalian) dan keuntungan (atas-bawah). Persatuan gaya dunia malah membuat kotak-kotak pemisah antar manusia. Persatuan Bapa dan Putera adalah persatuan kasih yang saling perduli dan melayani demi kebaikan semua. Bapa mengutus Putera, mempercayai, memelihara dan menjaga. Putera menaati Bapa, mendekat dan menggali kekuatan dari Bapa. Akibatnya: dunia mendapat terang dan diselamatkan.

Wujud nyata persatuan adalah komunikasi. Ciri khas komunikasi jaman modern adalah banjir informasi dan kebebasan berekspressi. 24 jam sehari kita dapat dengan pasip, tanpa berbuat apa-apa mendapat segala info lewat televisi, iklan lewat sms, berita di facebook dan milis. Karena ada berbagai informasi yang disodorkan, entah demi kepentingan pihak tertentu dan dari ungkapan orang yang mengupdate status. Apakah kita membutuhkan semua info itu? Pasti tidak. Tetapi kita kebanjiran informasi. Jika kita tidak sadar, kita akan hanyut oleh segala informasi itu. Gaya hidup, cara pandang, nilai-nilai kebenaran dan kebaikan dsb. Sehingga kita dalam komunikasi nyata dengan sesama manusia, kita juga ikut dalam arus pandangan dan gaya hidup itu juga. Kita diam dan menyerap semua atau kita cerewet tanpa perduli apa yang menjadi kebutuhan orang lain dan sesama.

Karena itu Yesus juga mendoakan agar kita dikuduskan dalam kebenaran. Dikuduskan berarti: dipisahkan untuk sesuatu yang khusus dan suci. Kebenaran adalah kita dikasihi Allah Jadi dikuduskan dalam kebenaran artinya kita dimasukkan dalam terang dan membuat kita dapat melihat kegelapan dan kejahatan yang memisahkan kita dari kasih, kebaikan, keperdulian dan pelayanan.

 Socrates hidup di jaman Yunani kuno yang terkenal sebagai seorang yang intelektual dan reputasinya dibidang pengetahuan serta kebijaksanaannya. Suatu hari datang seorang pria dan berkata kepada Socrates: ” Tahukah Anda apa yang baru saya dengar mengenai salah seorang teman Anda?”. “Tunggu sebentar,” Jawab Socrates. “Sebelum memberitahukan saya sesuatu tentang teman saya, mungkin merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang anda katakan.

Yang pertama “KEBENARAN” Sudah pastikah anda bahwa apa yang anda katakan kepada saya adalah benar?”. “Tidak” kata pria tadi,” Saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukan kepada anda”. “Baiklah” kata Socrates. Jadi anda tidak tahu apakah hal tersebut benar atau tidak.

Yang kedua “KEBAIKAN” . Apakah yang akan anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?” “Tidak , sebaliknya mengenai hal yang buruk”. “Jadi, anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak yakin kalau itu benar”. 

“Kemudian, yang ketiga “KEGUNAAN,” lanjut Socrates. “Apakah yang anda ingin  beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut  akan berguna buat saya?” “Tidak, sungguh tidak”. Jawab pria itu. “Kalau begitu , jika apa yang anda ingin beritahukan kepada saya … tidak benar, tidak juga baik bahkan tidak berguna bagi saya, mengapa anda ingin menceritakan kepada saya ?”[1]

Sebuah pesan yang berusia lebih dari 2000 tahun dan masih cocok bagi situasi jaman ini. Kita perlu menyaring informasi yang kita terima. Untuk itu dibutuhkan kebiasaan refleksi. Untuk refleksi dibutuhkan waktu hening sejenak untuk mencerna apa yang kita terima, yang sudah kita katakan dan lakukan. Sesudah itu baru kita tentukan apa yang akan kita lakukan atau sikapi terhadap yang sudah kita terima atau lakukan itu. Nampaknya rumit, ya. Tetapi sebenarnya sudah kita perbuat selama ini. Jika ada orang yang berbicara dengan kita, apa yang pertama-tama kita lakukan? Mendengarkan dan merenungkan secara kilat, supaya kita dapat menjawab dan menanggapi. Kalau orang bicara dan kita tidak mendengarkan, pasti komunikasinya tidak sambung, karena kedua pihak bicara tentang apa yang ingin dikatakannya dan tidak perduli apa yang dikatakan pihak lain. Dari pengalaman komunikasi dengan orang-orang terdekat, kita dapat refleksi: apakah komunikasi kita berjalan baik atau tidak? lalu perlu kita sikapi, ada yang perlu diubah atau diperbaiki atau tidak perlu?

Jadi dalam komunikasi perlu 2 hal: bicara dan mendengarkan. Demikian juga dalam komunikasi dengan Tuhan. Seringkali dalam doa, yang terjadi kita bicara dan tidak mencoba mendengarkan Tuhan bicara atau menjawab. Kita biasa berdoa dimana kita bicara. Doa harian singkat: makan, tidur, bangun. Ada yang rajin doa devosi: Rosario, kerahiman. Banyak orang tidak tahu bagaimana mendengarkan Tuhan bicara. Kita perlu menyediakan waktu hening untuk Tuhan. Nampaknya di tengah kesibukan kita, sulit mendapat waktu hening untuk Tuhan. Tetapi sebenarnya kita punya banyak waktu yang dapat dipakai untuk hening. Berapa banyak waktu yang kita sediakan untuk nonton televisi, meski acara tidak menarik? Mendengarkan musik? Ngobrol, melamun, bengong dan nongkrong tanpa berbuat apa-apa? Jadi secara teoritis kita punya waktu untuk merenung dan hening, untuk mendengar Tuhan bicara; sebelum/sesudah kita bicara. Waktu doa malam, kita dapat menyempatkan beberapa menit untuk mensyukuri berkat sehari atau mohon ampun untuk kesalahan hari itu. Dalam doa Rosario: sebelum 10 Salam Maria, ada kesempatan doa spontan. Kita merenung sejenak, siapa atau apa yang ingin kita doakan, mengapa kita mendoakan orang/hal itu. Sebelum/sesudah doa Kerahiman, kita baca Kitab Suci sejenak.

Jadi, ada banyak kesempatan dan kemungkinan kita mengambil saat hening dan memakainya untuk sejenak menatap dan merenung di hadapan Tuhan. Kita menyediakan waktu untuk Tuhan menyapa kita. Dengan menyediakan waktu untuk Tuhan, kita juga dapat meninjau kembali semua kejadian dan informasi yang masuk dalam hidup kita dan menghadapkannya kepada Tuhan; sehingga hidup kita diterangi oleh SabdaNya dan diarahkan oleh kehendakNya. Dan jika itu kita lakukan bersama sebagai sesama saudara dalam Tuhan, maka hidup kita bersama menjadi perwujudan doa Kristus bagi kita hari ini: menjadi satu seperti Bapa dan Putera, dikuduskan dan diutus oleh Kristus menjadi saksiNya di dunia ini. Sehingga pada Minggu terakhir masa Paskah ini, kita menempatkan diri sebagai pengikut Kristus yang bangkit. Memberi kesaksian bahwa kasih Kristus telah menyelamatkan dunia dan mengajak kita semua berjalan menuju surga. Amin.

Photo Credit: Blue Eyed Ennis


[1] Unknown: 3x Saringan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here