Kembali Marak: Modus Penipuan oleh Pastor Gadungan di Semarang

0
17,433 views

INI sebuah kisah curahan hati di sebuah medsos. Intinya mengatakan,  harap berhati-hati kalau tiba-tiba di sebuah keramaian umum lalu muncul orang tak dikenal di dekat Anda dan kemudian mengaku diri sebagai pastor (romo).

Yang segera harus Anda waspadai adalah kalau sang ‘romo’ ini kemudian mengaku diri pandai melakukan penyembuhan dengan doa dan meminta Anda menyebutkan sejumlah benda berharga di rumah untuk dia ‘sucikan’ sebagai silih atas ‘keberdosaan’ Anda. Bila demikian, Anda sudah harus waspada bahwa jangan-jangan Anda tengah diperdaya jadi korban aksi penipuan dengan modus operandi berlagak bisa menyembuhkan dengan kekuatan ‘ilahi’ dan itu hanya terjadi karena dia adalah seorang ‘pastor’.

Nyatanya, dia adalah seorang pastor gadungan.

Pengalaman saudara dekat

Kira-kira lima tahun silam, saudara dekat saya mengalami  hal ini di sebuah paroki di Jakarta Timur.  Ia menjadi sasaran empuk sang pastor palsu, karena  penjahat ini boleh dibilang pintar ‘membaca’ wajah orang. Maka didekatilah mereka –termasuk saudara saya—yang waktu itu tengah berdoa khusuk di depan pelataran devosi Bunda Maria.

Siapa tidak terkesima dan senang hati, kalau tiba-tiba ada ‘pastor’ ganteng nan ramah menyapa hangat: “Tampaknya, Ibu sedang mengalami kegundahan ya?”

Begitu awalnya ‘perkenalan’ kilat yang akhirnya membuahkan kebangkrutan dalam tempo sangat singkat: harta perhiasan dan sejumlah uang puluhan juta hilang ludes hanya dalam satu-dua hari saja. Kepada korban yang masih boleh dibilang saudara dekat, sang ‘pastor’ berkehendak ingin mendoakan dia, sembari mengatakan bahwa korban perlu membuang benda-benda ‘berhala’ yang dikatakan sang ‘pastor’ gadungan itu sebagai penghalang untuk hidup bahagia.

Singkat cerita, esok harinya bertemu lagi, namun kali ini di tempat lain: sebuah resto di bilangan Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat. Sebelum bertemu muka untuk kedua kalinya, sang ‘romo’ dengan sangat santun  berpesan agar membawa serta benda-benda ‘berhala’ itu untuk ‘disucikan’ agar saudara saya bisa bebas dari kemalangan, penyakit, dan semua hal yang membuat hidupnya gelisah.

Alhasil, maka dibawanya serta semua perhiasan, rekening, dan segepok uang untuk kemudian diserahkan kepada sang ‘romo’ untuk didoakan dan ‘disucikan’. Selepas pertemuan tersebut, sang ‘romo’ minta kepada korban untuk pulang, setelah sebelumnya minta kode pin ATM dan minta barang-barang ‘berhala’ itu diserahkan untuk didoakan.

Kepada saudara dekat saya ini, sang pastor menghadiahi uang tanda kasih sebanyak 100 dolar Amerika.

Nah, begitu sampai di rumahnya, barulah korban sadar bahwa ia telah menyerahkan semua perhiasan dan uang miliknya kepada sang ‘pastor’ anonim yang namanya pun dia tak tahu dan apalagi  dari paroki mana dia berasal. Barulah setelah beberapa hari linglung ‘menangisi’ dirinya yang telanjur diperdaya orang secara konyol, ia dengan tangisan  sesenggukan berkisah baru saja kena tipu dengan modus dihipnotis. Tabungan simpanannya sebesar tidak kurang  Rp 40 juta berikut semua perhiasannya telah digondol pergi oleh pastor gadungan. Kepada dia diberikan iming-iming hadiah hiburan dari sang penipu: uang tunai 100 dolar Amerika.

Terjadi di keramaian

Kali ini, lewat sebuah medsos di jaringan pertemanan, seorang kawan mengisahkan hal sama namun dengan  sedikit modus operandi yang berbeda.

Tiga pekan lalu, demikian penuturan seorang penulis perempuan anonim,  ia tengah berobat di sebuah rumah sakit di Semarang. Di tengah menunggu panggilan periksa medik di kamar dokter, seorang perempuan paruh baya lalu duduk mendekatinya. Perempuan ini pun berkisah, ibu kandungnya baru saja disembuhkan dari sakitnya yang serius berkat doa-doa penyembuhan oleh seorang pastor.

Ketika ditanyai dari mana parokinya,  ibu pasien ini secara asal saja menyebut salah satu paroki yang tidak sesuai dengan lokasi wilayah domisilinya. Pikir penulis perempuan anonim ini, itu merupakan hal biasa karena umat boleh bebas pergi ke gereja dimana pun dia suka datang berdoa dan ikut misa.

Menyembuhkan melalui doa-doa

Usai periksa, penulis perempuan ini tiba-tiba disapa oleh lelaki paruh baya dan langsung menyebut dirinya seorang pastor dari Jakarta yang tengah punya acara di Semarang.

Nah, perempuan paruh baya yang mengaku ibunya baru saja disembukan lewat doa-doa pastor ini pun langsung menyela: “Romo Martinus tadi bilang apa? Nah, itu dia Pastor yang telah menyembuhkan ibu saya.”

Ilustrasi (Ist)

Sang penulis perempuan itu tentu saja terkesima karena tanpa diduga ada seorang pastor yang namanya baru saja disebut-sebut dalam pembicaraan awal sudah nongol di depan mata. Maka terjadilah percakapan singkat, ketika sang penulis kisah anonim itu lalu berbasa-basi bertanya kepada ‘pastor dia datang dari paroki mana dan ada keperluan apa di Semarang, dst.

Ada kejanggalan di penggalan kisah sang ‘romo’ palsu ini.

Ia menyebut diri berasal dari Katedral Batu di Malang yang membuat penulis itu terbengong-bengong: “Katedral Malang kok ada di Batu?”.

Lalu tanpa banyak ba-bi-bu, sang penulis itu diajak berdoa sembari memegang nadi di tangan kirinya sembari berpesan bahwa proses penyembuhan melalui doa-doa juga bisa dilakukan jarak jauh melalui kontak telepon.

Hanya saja, sang pastor itu buru-buru menambahi kalimat ini: Anda dilarang memberitahukan pesan ini kepada orang lain selama 30 hari ke depan. Lalu, sang ‘pastor’ itu meninggalkan nomor HP dan buru-buru meninggalkan tempat. Kata ibu sang penulis cerita mengutip omongan sang ‘pastor’ ini sebelum meninggalkan lokasi:,“Pastor masih ada tugas mendoakan pasien lain di sebuah rumah sakit, setelah sebelumnya juga mendoakan pasien di rumah sakit satunya lagi.”

Setelah sang ‘pastor itu pergi, perempuan yang tadi menyapa ibu penulis anonim ini mengaku diri bernama Anita. Ia pun juga ikut memberikan nomor HP-nya.

Nah, malam hari sesampai di rumah, ibu penulis cerita ini iseng menelpon sang ‘romo’. Tapi jawaban di sebelah sana menimbulkan syak wasangka karena isi pembicaraannya ngalor-ngidul gak karuan. “Dia tanyai saya punya tanah berapa, mata uang asing berapa dan semua harta itu harus segera disucikan dari hal-hal negatif melalui doa-doa.”

Merasa tidak nyaman dengan isi pembicaraan tersebut, maka  ibu sang penulis kisah ini lalu memutuskan kontak sambungan telepon.

Sudah makan korban orang lain

Ketika beberapa hari lalu, sang ibu penulis kisah ini mengisahkan pengalamannya kepada beberapa teman umat katolik, maka gegerlah komunitas tersebut. Ternyata sudah dua orang kena tipu dan diperdaya menjadi korban penipuan dengan modus operandi seperti ini.

Satu korban diploroti harta perhiasannya ketika dijumpai di sebuah RS di Semarang dan satu korban lagi juga dilumat harta bendanya ketika ditemui di sebuah rumah sakit lain, juga masih di Semarang.

Menurut ibu sang penulis kisah ini, umat katolik di Semarang diminta berhati-hati dan waspada diri kalau-kalau menemui modus operandi penipuan dengan gaya seperti ini:

  • Seseorang tiba-tiba mendekati Anda dan mengaku diri sebagai pastor.
  • Mengarah pada mereka yang tengah sakit dan berobat sebagai target sasaran penipuan.
  • Menyapa dan mendekati korban dengan alasan ingin menyembuhkan melalui doa-doa.
  • Ingin melanjutkan proses penyembuhan melalui pembicaraan telepon.
  • Ada upaya penarikan dana atau harta dengan berbagai alasan antara lain derma untuk kepentinan Gereja atau alasan suci lainnya.
  • Begitu harta korban berhasil diplorotin, maka pelaku akan kabur dan HP-nya sudah tidak bisa dhubungi lagi
  • Dalam menjalankan aksinya, sang ‘pastor’ biasanya ditemani pelaku lain yakni perempuan berparas menarik untuk menarik simpati korban, terutama kaum pria yang mudah terkecoh oleh tampilan fisik dan wajah cantik perempuan yang ternyata menjadi bagian dari komplotan jahat ini.
  • Tugas yang dimainkan asisten ini adalah mendekati Anda, mengajak ngobrol dan kemudian ‘menjerumuskan’ Anda masuk dalam perangkap sang pastor untuk kemudian diperdaya.

Kisah yang terjadi di Semarang sebagaimana dituturkan oleh penulis perempuan anonim itu setidaknya nyaris sama dengan apa yang dialami saudara lima tahun lalu. Kala itu, sang pastor bertindak sendirian, namun menjerat korban utamanya orang-orang yang tengah gelisah karena persoalan pribadi.

Kredit: Ilustrasi (Ist)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here