Kemenangan

0
302 views
Menang tanding sepakbola.

Renungan Harian

27 November 2021

Bacaan I: Dan. 7: 15-27

Injil: Luk. 21: 34-36

“ROMO, saya punya pengalaman pahit yang memalukan dan tidak akan pernah lupa seumur hidup saya. Namun pengalaman itu memberi pelajaran penting yang amat berguna sepanjang hidup saya.

Saat itu, saya masih SMA. Saya menjadi kapten tim sepakbola di sekolah. Tim sepakbola sekolah kami juara di tingkat kecamatan, maka kami berhak mewakili kecamatan untuk bertanding di tingkat kabupaten. Pada saat itu, kami semua begitu bangga. Terlebih diri saya, karena saya sebagai kapten tim, apalagi sekolah kami untuk pertama kalinya ikut pertandingan di kabupaten.

Romo, semangat kami yang luar biasa dan kekompakan tim kami yang hebat menjadikan tim kami tim yang solid.

Pertandingan demi pertandingan dapat kami lewati dengan baik. Kami banyak meraih kemenangan hanya sekali kalah dan sekali seri. Dari hasil itu membawa kami ke final.

Romo, kami bisa maju ke final rasanya seperti sudah menjadi juara. Kebahagiaan dan kebanggaan memenuhi dada kami.

Kami sekolah di kecamatan kecil jauh dari kota kabupaten bisa masuk final, bisa mengalahkan sekolah-sekolah favorit di kota-kota kecamatan lain yang lebih terkenal.

Kami anak-anak kampung tiba-tiba bisa masuk final, rasanya luar biasa, dada ini seperti mau  pecah dan mungkin kepala kami menjadi jauh lebih besar.

Sekolah kami menoreh sejarah untuk kampung kami, karena untuk pertama kali ada dari kecamatan kami bisa masuk final dalam pertandingan tingkat kabupaten.

Hari yang kami tunggu untuk pertandingan babak final tiba. Kami dengan semangat yang luar biasa bertanding. Kami bertanding seolah tidak ada rasa takut dan lelah.

Kemana pun bola selalu kami kejar, kemana pun lawan kami selalu mengawal oleh karenanya. Meskipun secara kualitas kami kalah, tetapi kami menang dalam semangat bertanding sehingga kami dapat memenangkan pertandingan.

Kami juara tingkat kabupaten, wow luar biasa, kami berpelukan dan menangis luar biasa. Pelatih, guru-guru dan bahkan bapak camat ikut terharu bersama dengan kami.

Hari itu  juga kami langsung pulang ke kampung dengan penuh kebanggaan bak pahlawan pulang dari medan perang.

Hari itu kami semua menginap di sekolah, tidak boleh langsung pulang ke rumah karena esok hari akan ada upacara penyambutan di kantor kecamatan. Bapak guru meminta kami untuk segera istirahat karena besok pagi akan ada acara besar untuk kami.

Tetapi entah kenapa pada malam itu bapak guru dan pelatih tidak ada yang menginap di sekolah, sehingga hanya kami yang menginap di sekolah.

Kami merayakan kemenangan dengan berpesta sampai pagi. Romo pesta ini bukan hanya makan dan minum biasa. tetapi kami rayakan dengan minum tuak. Akibatnya, kami semua mabuk dan kami tertidur saat matahari mulai terbit.

Romo, akibatnya kami semua tim sepak bola tidak ada yang bisa bangun pada saat acara penyambutan di kantor kecamatan.

Romo, hari yang membahagiakan, di mana diadakan acara khusus untuk kami yang juara menjadi hari yang menyedihkan. Karena kami tidak bisa bangun sehingga tidak bisa ikut acara penyambutan di kantor kecamatan, kami ketahuan bahwa kami semua mabuk minum tuak.

Hari itu kami semua dibangunkan dengan di siram air dan dibawa ke kantor polisi. Kami di sana diberi pelajaran mencabut rumput dan membersihkan selokan di depan kantor kecamatan.

Banyak orang melihat kami dan menertawakan.

Romo pengalaman itu sungguh-sungguh menjadi pengalaman amat pahit bagi kami. Kami yang seharusnya disambut dan dipuji-puji di kantor kecamatan, sekarang harus cabut rumput dan membersihkan selokan di depan kantor kecamatan.

Sejak saat itu saya sudah berjanji tidak akan menyentuh minuman keras lagi. Mabuk karena kemenangan menjadikan kami yang seharusnya pahlawan menjadi tidak berarti,” seorang bapak menceritakan pengalamannya.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus mengingatkan agar selalu waspada, tidak terjerumus dalam kemabukan yang mengakibatkan lupa diri.

“Jagalah dirimu, jangan sampai hatimu sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi, dan jangan sampai hari Tuhan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here