Kemurahan Hati

0
263 views
Ilustrasi: Murah hati (ist)

Kamis, 1 Mei 2025

Kis. 5:27-33.
Mzm. 34:2,9,17-18,19-20.
Yoh. 3:31-36

SALAH satu tanda nyata dari kedalaman iman seseorang adalah kemurahan hatinya.

Kemurahan hati bukanlah hasil dari kelimpahan materi, melainkan buah dari hati yang telah mengalami perjumpaan dengan Allah dan tidak lagi terikat pada dunia ini.

Seorang yang murah hati memberi bukan karena ia punya banyak, tetapi karena ia sadar bahwa hidupnya bukan miliknya sendiri, dan harta dunia bukanlah tujuannya.

Dunia mengajarkan kita untuk menimbun, menyimpan, bahkan mempertahankan milik kita sekuat tenaga. Namun, iman mengajarkan kita untuk percaya dan melepaskan.

Saat kita memberi, kita sedang berkata dalam hati, “Aku tidak takut kekurangan, karena Tuhanku setia.” Inilah spiritualitas kemurahan hati yang sejati: meletakkan kepercayaan bukan pada apa yang ada di tangan kita, melainkan kepada Pribadi yang memelihara hidup kita.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,” Yesus bersabda, “Siapa yang datang dari atas, ada di atas semuanya”

Sebaliknya, “Siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi.”

Ini bukan hanya tentang asal usul, tetapi tentang orientasi hidup. Bila hidup kita masih diwarnai oleh kelekatan pada hal-hal duniawi: uang, status, kenyamanan maka kita masih “berkata-kata dalam bahasa bumi.”

Kita belum sungguh beriman, karena iman sejati mengangkat pandangan kita ke atas, kepada Allah.

Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus yang datang dari atas.

Dialah yang menjadi tolok ukur hidup kita sebagai murid-murid-Nya. Jika Yesus yang kita imani datang dari atas, maka hidup kita pun seharusnya mencerminkan realitas surgawi, salah satunya melalui kemurahan hati.

Kita menjadi murah hati karena kita percaya bahwa Allah mencukupkan, dan bahwa memberi adalah cara kita menunjukkan bahwa kita sudah tidak lagi dikendalikan oleh dunia ini.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sungguh percaya bahwa Allah akan mencukupkan hidupku, sehingga aku bisa menjadi saluran berkat bagi sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here