Kerasulan Pastoral Kunjungi Orang Sakit: Yesus Tabib dan Representasi Kaum Lemah (2)

0
141 views
Ilustrasi: Yesus menyembuhkan orang tuli, by Elizabeth Wang

YESUS itu sekaligus tabib dan representasi orang sakit. Jika kita refleksikan lebih jauh lagi, kita bisa menyimpulkan bahwa Yesus itu adalah orang sakit sekaligus tabib. Secara historis dan selama hidup-Nya, Yesus adalah seorang tabib, dokter atau penyembuh ragam penyakit yang hebat. Ia bisa menyembuhkan semua jenis sakit dan penyakit baik jasmani maupun rohani.

Namun pasca kebangkitan-Nya, Yesus juga selalu tampil sebagai orang sakit, kecil, miskin dan tertindas. Yesus bersolidaritas dengan kaum marginal ini untuk semacam menagih konsistensi iman para murid-Nya atau Gereja yang Dia dirikan, apakah mereka bisa tampil mengikuti teladan solidaritas, simpati dan empati yang Dia tinggalkan atau tidak?

Salah satu ajaran-Nya yang paling jelas terkait ini terlihat dalam  Matius 25:35-40 yang berbicara tentang Penghakiman Terakhir. Dikisahkan tentang akhir zaman di mana manusia akan ditagih, dihakimi atau diadili terkait aksi-aksi kebaikan atau keburukannya selama hidup di dunia. Apakah ia peka untuk membantu sesama dengan cahaya cinta kasih kepada kaum terbuang atau sebaliknya ia hanya melulu mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.

Yesus sendiri menegaskan bahwa Tuhan hadir di dalam diri orang-orang yang sakit, telanjang, lapar, haus, tidak punya rumah, terasing, dan lain sebagainya. Jika mereka ini kita layani dengan baik, penuh cinta dan tulus ikhlas, maka sebagai ganjarannya, kita akan beroleh Kerajaan Surga dan segala kebahagiaannya. Sebaliknya, bila mereka ini kita abaikan, maka pada penghakiman akhir kita akan terlempar ke dalam jurang neraka yang hanya terdapat ratap tangis dan gertak gigi.

Yesus menyembuhkan yang sakit dan mengusir setan by Vatican News

Melayani Tuhan  di dalam diri orang-orang sakit

Sekarang yang menjadi panggilan kita adalah untuk mengikuti jejak Yesus Kristus sebagai tabib sejati bagi orang-orang sakit, bahkan bagi mereka yang tidak punya rumah, lapar, haus, terasing, imigran dan kaum marjinal lainnya.

Dalam konteks masyarakat kita dewasa ini, kaum marjinal atau orang sakit ini memiliki definisi yang jamak. Mereka tidak terbatas hanya orang-orang yang sakit fisik maupun psikis yang bisa kita jumpai di rumah sakit, di pinggir jalan atau di daerah-daerah kumuh. Juga mereka yang tergolong kaum pekerja migran, korban kekerasan atau korban pelanggaran HAM, para pengungsi dan lainnya.

Kita mulai dari diri sendiri, keluarga, biara, kampus, asrama, KGB atau Komunitas Basis, stase, paroki, dekenat, keuskupan, lingkungan masyarakat sekitar, dan lintas komunitas yang lebih besar. Kita mesti berusaha untuk menemukan wajah Yesus Kristus yang malang itu dalam diri kita sendiri, sesama dan alam sekitar.

Ilustrasi: Semangat berbelarasa. (Ist)

Sudah saatnya juga untuk kita keluar dari zona nyaman atau status quo untuk melayani mereka-mereka yang barangkali tak terlayani oleh pihak-pihak berwajib. Selalu realistis orang sakit itu kita maknai dalam terang semangat cinta kasih Yesus Kristus.

Suara hati nurani mesti kita bina dan kembangkan dengan selalu bersolider, berempati dan bersimpati dengan orang-orang terdekat yang sekiranya mungkin membutuhkan kehadiran dan bantuan kita.

Ada banyak teladan dan kesaksian hidup para Santo dan Santa Gereja Katolik yang bisa kita teladani spritualitas hidupnya dalam rangka berpastoral care. Semisal Santo Fransiskus Assisi, St. Clara, St. Bunda Teresa, dan masih banyak lagi. Para santo dan santa ini selama hidupnya mempersembahkan seluruhnya hanya bagi kemuliaan nama Tuhan. Mereka menjangkau jiwa-jiwa yang tak terjangkau, hadir sebagai embun sejuk yang membawa kembali harapan kehidupan.

Penulis mendatangi pasien dan mengiburnya dalam rangka pastoral care di rumah sakit. (Sr. Gratchiella Dogomo OSF)

Kesimpulan

Yesus adalah tabib sekaligus orang sakit. Ia mampu menyembuhkan segala sakit penyakit dan pelbagai bentuk penderitaan lainnya. Ia juga mampu dan senantiasa hadir sebagai objek yang membutuhkan pendekatan Pastoral Care, jadi Yesus itu subjek sekaligus objek pastoral care itu sendiri.

Maka untuk berpastoral care secara baik, benar dan indah, rasanya spritualitas Yesus sebagai tabib dan orang sakit sebagaimana yang sudah kita refleksikan di atas mesti kita pahami, dalami, dan amali dalam kehidupan kita sendiri, mulai dari diri dan keluar menuju sesama yang paling membutuhkan demi terciptanya habitat sosial yang harmonis di mana Allah meraja di dalam segalanya dan segalanya dalam Allah sebagai penyelamat yang mulia. (Selesai)

Baca juga:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here