Home BERITA Kesaksian Hati Maria Magdalena

Kesaksian Hati Maria Magdalena

0
287 views
Maria Magdalena saksi kebangkitan Kristus. (Ist)

Selasa, 22 Juli 2025

Kid. 3:1-4a
Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9.
Yoh. 20:1.11-18

DALAM perjalanan hidup sebagai manusia, kita tidak pernah lepas dari pengalaman kehilangan.

Betapa besar sukacita kita ketika apa yang hilang itu akhirnya dapat ditemukan kembali. Kegembiraan itu tidak hanya karena benda atau orang yang kita cintai kembali kepada kita, tetapi juga karena kita menyadari nilai dan arti sejatinya dalam hidup kita.

Akan tetapi, usaha untuk menemukan kembali apa yang hilang tidak selalu mudah. Kita bisa saja tersesat, mencari ke tempat yang salah, atau bahkan menyerah di tengah jalan.

Pengenalan menjadi kunci: semakin kita mengenal dan memahami dengan hati apa yang sungguh berharga bagi hidup kita, semakin kita tahu ke mana dan bagaimana harus mencarinya.

Sama seperti seorang gembala yang mengenali dombanya, atau seorang ibu yang mengenali suara anaknya, pengenalan lahir dari relasi yang dalam, kasih, dan ketulusan hati.

Kiranya dalam setiap kehilangan yang kita alami, kita pun semakin terdorong untuk memperdalam pengenalan kita: tentang diri sendiri, tentang sesama, dan terutama tentang Tuhan yang selalu rindu menuntun kita menemukan kembali yang hilang.

Karena pada akhirnya, yang hilang itu bukan sekadar hal atau orang, melainkan juga kedamaian dan sukacita sejati yang hanya dapat kita temukan jika hati kita benar-benar terarah kepada Tuhan.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian, “Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: ‘Aku telah melihat Tuhan.’ dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.”

Maria Magdalena adalah saksi pertama kebangkitan. Dialah yang pertama kali melihat Yesus yang bangkit, dan dialah yang pertama diutus untuk membawa kabar sukacita itu kepada murid-murid yang lain. Dengan sederhana namun penuh kuasa, ia berkata: “Aku telah melihat Tuhan.”

Kalimat itu bukan sekadar laporan peristiwa. Kalimat itu lahir dari hati yang penuh kasih, hati yang pernah mengalami kegelapan dan kehilangan, dan kini disentuh terang kebangkitan.

Maria Magdalena pernah menangis di depan kubur yang kosong, putus asa karena merasa kehilangan Guru yang sangat dikasihinya. Tetapi justru di tengah kesedihan itulah Tuhan datang menemuinya, memanggil namanya, dan menyingkapkan diri-Nya.

Yang menarik, Maria tidak hanya berkata bahwa ia telah melihat Tuhan, tetapi juga menceritakan apa yang Tuhan katakan kepadanya.

Ia menjadi perantara kabar ilahi, bukan hanya berdasarkan apa yang ia lihat dengan mata, tetapi juga berdasarkan apa yang ia dengar dan imani.

Itulah inti kesaksian sejati: bukan hanya menceritakan pengalaman pribadi, tetapi juga menyampaikan pesan yang Tuhan sendiri titipkan kepada kita.

Dari Maria Magdalena, kita belajar bahwa:

– Perjumpaan pribadi dengan Tuhan mengubah kesedihan menjadi sukacita.

  • Kesaksian kita menjadi hidup dan berdaya bukan karena kata-kata indah, tetapi karena lahir dari pertemuan nyata dengan Tuhan.
  • Tuhan memanggil kita untuk menjadi pembawa kabar baik kepada orang lain, meski sering kali kita merasa tidak pantas atau lemah.

Bagaimana dengan diriku?
Apakah selama ini kesaksian imanku lahir dari relasi pribadiku dengan Tuhan, atau hanya sekadar pengetahuan dari luar?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here