Kesempurnaan Bapak Ada di dalam Keterpecahan Hidupnya

0
340 views
Ilustrasi - Pekerja harian. (Ist)

Sabtu, 27 Februari 2021

Bacaan I: Ul 26:16-19
Injil: Mat 5:43-48

“PAGI benar datangnya, pak, dari rumah jam berapa?,” tanyaku pada seorang bapak yang setiap hari membantu di paroki.

“Jam empat pagi, Mo,” jawabnya.

Seperti biasanya bapak itu masuk gereja dan berlutut di dekat salah satu pilar dan berdoa. Setelah beberapa saat dia berdoa, lalu akan menyapu gereja, ngepel, setelah itu kerja sekitar gereja dengan membabat rumput, atau pekerjaan lainnya.

Jika ada orang yang membutuhkan tenaganya, dia akan memberitahu saya untuk bekerja di tempat orang itu.

Kebiasaan lainnya adalah sebelum pulang ke rumah, dia akan masuk gereja untuk berdoa, dan ini waktunya lebih lama dibandingkan waktu doa pagi hari.

Saya bersyukur boleh menerima berkat dari kesaksian hidup bapak itu, yang dalam kesederhanaan telah merajut kehidupan berimannya.

“Kesedihan saya yang paling dalam adalah ketika anak saya meninggalkan Gereja Katolik untuk menikah dengan orang yang beragama lain. Tapi, ia lalu meninggal waktu melahirkan. Setelah itu dimakamkan secara agama barunya,” kata bapak itu dengan sedih.

“Saya hanya bisa berdoa dan berdoa di sisa umurku ini; untuk keselamatan anakku,” katanya.

“Jadi setiap pagi dan sore, bapak berdoa di dalam gereja untuk itu?,” tanyaku.

“Bukan,” katanya

“Setiap pagi saya hanya ingin menyapa Tuhan dan mohon rezeki untuk hari ini, karena saya tidak punya pekerjaan,” katanya.

“Kalau sore hari, saya bersyukur dan bicara apa saja yang saya alami sepanjang hari itu,” katanya lagi.

Saya tertunduk, rasanya ingin saya peluk bapak ini. Ia telah mengingatkanku akan nilai kemuridan Kristiani.

Bahwa dalam keterpecahaan hidup ini, dia telah menenunnya menjadi potret utuh sebagai pengikut Kristus.

Memikul salib, memikul beban derita batin kehilangan anaknya, berjuang dalam kehidupan ekonomi yang tidak menentu.

Dalam aneka kesulitan itu, dia berjalan bersama Tuhan. Dia awali dan akhiri perjuangan hidup bersama Tuhan.

Hari ini dalam bacaan Injil kita dengar, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Kesempurnaan bapak itu justru terwujud dalam puing-puing pengalaman hidup sehari-hari yang terungkap dalam suka dan duka.

Kesedihan, kemalangan bahkan keberdosaan kita menjadi pinjakan untuk menenun kehidupan yang sempurna seperti bapa.

Kesempurnaan bapak itu terungkap dalam airmata, keringat dan dalam perjuangan kita untuk mengampuni kesalahan sesama maupun kesalahan yang pernah kita buat.

Kesempurnaan bapak itu ada dalam kegelapan hidup.

Bagaimana kita menenun kehidupan dalam bingkai kasih Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here