Ketika Ditolak

0
275 views
Ilustrasi - Ditolak.

Minggu, 12 Juni 2022

Hari Raya Tritunggal Mahakudus

  • Ams. 8:22-31.
  • Mzm: 8:4:-5.6-7.8-9.
  • Rm. 5:1-5.
  • Mat. 10:7-13

SALAH satu kebutuhan hati manusia paling dalam ialah kebutuhan untuk diterima.

Setiap orang ingin dihargai, diterima seperti apa adanya.

Dalam kehidupan ini, tidak ada seuatu yang membuat kita jatuh dan terluka begitu parah daripada pengalaman tidak diterima sepenuhnya.

Ketika penolakan terjadi dalam hidup ini, seakan ada sesuatu yang dipatahkan dalam diri ini.

“Bagaimana saya bisa bekerja dengan sepenuh hati, jika pimpinan dan teman sejawat tidak menerima kehadiranku,” kata seorang guru muda.

“Karena alasan agama yang berbeda, saya sering diasingkan orang-orang sekitarku,” lanjutnya.

“Saya berusaha melakukan banyak hal supaya ada penerimaan dari mereka, namun rasanya mentok dan tetap ada jarak dengan mereka,” keluhnya.

“Bahkan karena sikap teman-teman sejawat yang tidak menerimaku, aku sering menderita sakit perut. Dokter bilang ada radang usus,” lanjutnya

“Pengalaman tidak diterima ini, membuatku sangat tidak bahagia, hingga saya ingin meninggalkan tempat tugas dan berusaha minta pindah ke tempat lain,” sambungnya.

“Hingga suatu hari saya konsultasi dengan romo paroki. Romo meneguhkan saya untuk hadir dan berani menjadi garam dan terang di tengah-tengah orang yang berbeda dan terang-terangan menolak aku,” kisahnya.

“Sejak saat itu, saya menemukan kekuatan untuk menjalani aktivitas di sekolah. Ada misi baru bagiku. Bukan hanya untuk bekerja baik di sekolah, namun memberi kesaksian bahwa pengikut Yesus itu punya sesuatu yang baik dan tidak gampang menyerah,” ujarnya

“Aku menjadi diriku sendiri, dan mulai berani menampilkan ide dan gagasan dalam bekerja hingga mereka yang tidak menerima aku mulai memperhitungkan pikiran dan gagasan,” lanjutnya.

“Kalau dulu mereka bisa mengambil keputusan tanpa minta pendapat dariku, namun kini mereka tidak berani melakukannya,” tegasnya.

“Situasi ini menumbuhkan harga diri dan kepercayaan diriku. Kini mereka memperhatikan dan memperhitungkan kehadiranku,” katanya dengan gembira.

“Ini sebuah loncatan besar dalam relasi dengan pimpinan dan teman sejawatku,” lanjutnya

“Penolakan mereka justru mengundangku untuk semakin bersaksi akan kehidupanku sebagai pengikut Yesus,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.

Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.

Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.”

Sering kali kita cepat mengeluh dan ingin meninggalkan situasi yang menurut kita tidak nyaman karena tidak ada penerimaan baik dari orang-orang sejawat kita.

Dalam situasi seperti itu kita diminta untuk tidak fokus pada situasi yang mengecewakan dan penolakan yang ada.

Bahwa hidupku dan panggilanku ini jauh melampaui penolakan yang aku alami pada saat itu.

Cinta Tuhan itu selalu ada namun di saat kita tidak diterima atau ditolak sebenarnya cinta Tuhan itu menjadi nyata untuk diri kita sendiri.

Karena Tuhan kita pun yang begitu baik juga tidak diterima dan ditolak oleh orang-orang yang benci akan kebaikan dan Keselamatan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mundur ketika ada penolakan atas pewartaan yang aku bawa?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here