Keuskupan Banjarmasin: Temukan Cinta dalam Cerita Baru di Masa Pandemi

0
357 views
Ilustrasi: Mgr. Petrus Boddeng Timang memimpin misa online bersama Vikjen Keuskupan Banjarmasin, Romo Cosmas B. Tukan MSF

KEUSKUPAN Banjarmasin memperpanjang masa darurat Covid-19 sampai dengan waktu yang tidak ditentukan (menunggu surat edaran berikutnya). Keputusan ini diambil sebagai bentuk respon terhadap situasi dan kondisi wabah Covid-19 yang belum berakhir.

Kondisi di Kalimantan Selatan (wilayah pelayanan Keuskupan Banjarmasin) pun belum menunjukkan grafik penurunan. Jumlah PDP dan yang positif Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari.

Perpanjangan masa darurat tersebut disampaikan melalui SK 27 Mei 2020 tertanda Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang.

Ada beberapa hal pokok yang disampaikan dalam SK ini.

Pertama, semua kegiatan kegerejaan yang mengumpulkan banyak orang ditiadakan. Kegiatan tersebut meliputi: seluruh Misa Mingguan dan Misa harian, dan sebagai gantinya akan disiarkan baik secara live streaming (YouTube), atau melalui media Banjar TV; semua kegiatan kerohanian dan pastoral bersama, yaitu misa lingkungan, misa ujub, dan rapat pertemuan; pelayanan sakramen tobat, masing-masing pribadi dipersilahkan menyediakan waktu tobat pribadi, dan bila masa darurat Covid-19 berakhir umat dapat mengaku dosa di hadapan Pastor.

Hal kedua yang disampaikan dalam SK berkaitan dengan pelaksanaan misa live streaming (online). Misa harian akan disiarkan dari Gereja Katedral Banjarmasin, setiap hari pukul 06.30 Wita, sedangkan misa mingguan akan disiarkan dua kali, setiap hari Minggu pada pukul 08.00 dan 19.00 Wita, juga dari Gereja Katedral Banjarmasin sebagai gereja Uskup. Selain itu, akan ada misa online bagi pembaharuan janji perkawinan setiap minggu terakhir pukul 19.00 Wita, hari pelaksanaannya akan ditentukan kemudian. Semuanya tanpa dihadiri oleh umat.

Ketiga, para pastor tetap wajib merayakan Ekaristi dan ibadat di komunitas, tanpa dihadiri umat. Para pastor paroki diminta untuk berusaha memenuhi kerinduan umat untuk perayaan Ekaristi terutama bagi mereka yang perlu ditolong dengan cara yang memungkinkan sesuai situasi yang ada.

Selanjutnya, juga diberikan petunjuk tentang pelayanan pengurapan orang sakit dan pemberkatan jenazah tetap dapat atau tidak dapat diberikan berdasarkan kondisi kesehatan pasien/jenazah dan ketentuan dari rumah sakit dan Dinas Kesehatan setempat. 

Sedangkan untuk Sakramen Perkawinan, diperbolehkan dengan menetapkan pembatasan umat yang hadir (maksimal 10 orang).

Menanggapi masa darurat Covid-19 yang diperpanjang, beberapa umat menyambut baik dan bersyukur karena merasa lebih aman dalam situasi yang masih tidak menentu. Seperti yang diungkapkan oleh Anastasia Lily Yesiana.

Menurutnya, keputusan keuskupan sudah tepat dan baik adanya untuk keselamatan umat. Ibu tiga anak ini juga bersyukur karena di masa Covid-19 ini dapat lebih dekat dengan keluarga dan bisa mengikuti misa bersama-sama. Sebab kalau misa di gereja, biasanya perempuan yang akrab disapa Yesi ini, bergantian dengan orang tuanya ke gereja.   

“Soalnya saya punya anak balita, jadi kalau misa harus gantian biar bisa jaga si kecil. Dengan misa online di rumah, kami lebih sering misa dengan keluarga lengkap. Keluarga sebagai gereja itu benar-benar terasa. Rasanya, ingin terus menikmati momen ini,” ungkapnya.

Tidak hanya misa mingguan, Yesi pun jadi lebih sering mengikuti misa harian, karena bisa dilakukan langsung dari rumah. Memang dari pantauan di akun YouTube Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin, dari sejak pertama kali Misa Live Streaming disiarkan pada 25 Maret 2020, jumlah penonton misa harian terus meningkat.

Ini dapat disebabkan karena sudah banyak umat yang merindukan ekaristi atau juga kepraktisan mengikuti misa harian dari rumah seperti yang dialami Yesi dan keluarganya.

Hampir senada, Katharina Shayna mengatakan kalau perpanjangan masa darurat adalah hal yang wajar dan bijaksana. Sebab, mengurangi pertemuan dengan orang banyak dapat membantu pencegahan penyebaran Covid-19.

Misdinar Paroki Keluarga Kudus Katedral Banjarmasin ini juga bersyukur dengan masa #dirumahaja selama tiga bulan ini, jadi lebih dekat dengan keluarga. Meski dia juga sedikit bersedih saat tidak bisa bertemu dengan teman-temannya, terutama para misdinar yang lain.

“Rindu banget sama teman-teman (misdinar), pengen pertemuan lagi, kumpul-kumpul, main juga. Seru banget soalnya,” katanya. 

Sementara itu, ditemui usai memimpin Misa Hari Raya Tritunggal Mahakudus pada Minggu pagi, Mgr. Petrus Boddeng Timang mengungkapkan beberapa pertimbangan mengapa masa darurat Covid-19 di Keuskupan Banjarmasin itu diperpanjang.

Pertama, karena tes masif yang dilakukan oleh pemerintah kepada warga masyarakat, ternyata angka penyebaran itu semakin tinggi. Artinya, Keuskupan Banjarmasin harus lebih hati-hati, jangan sampai memberikan pemahaman yang keliru kepada umat, seolah-olah virus corona sudah tidak ada.

Meski banyak orang yang sehat, daya tahan tubuhnya kuat, tapi itu bukan berarti dia tidak bisa menulari orang lain. Seandainya semua orang dites, bisa jadi angka penambahan kasus semakin tinggi.

Kedua, ada beberapa daerah yang mengatakan kalau sudah bebas dari wabah. Mgr. Timang mengatakan, apakah sudah benar-benar bebas atau keterbatasan alat untuk mengetes, sehingga banyak yang tidak dites.

“Jadi ada pertanyaan yang tidak bisa sepenuhnya dijawab dengan data-data yang ada saat ini,” ujarnya.

Ketiga, kalau pun kita masuk ke era new normal. New-nya itu justru harus diwaspadai, kita harus selalu pakai masker, cuci tangan, dan tetap harus menjaga jarak minimal dua meter dengan orang di sekitar kita.

Artinya WHO dan pemerintah di seluruh negara masih tetap menganggap bahaya penyebaran wabah itu masih ada dan bisa kembali. “Data yang sudah ada misalnya Korea Selatan, yang masuk new normal, yang mulai membuka pembatasan dan orang terpapar semakin tinggi seolah ada gelombang kedua yang datang,” tambahnya.

Mgr. Timang mengingatkan dan menghimbau agar jangan sampai nanti kegiatan gereja, baik di paroki, komunitas, stasi atau di lingkungan menjadi sumber penyebaran baru dari wabah Covid-19.

“Kita menunggu keadaan dulu, baik situasi umum, juga saat kita sudah siap menjaga jarak saat beribadat. Sarananya harus siap, bangku dikurangi, ada tanda batas duduk juga. Kita melihat perkembangan yang ada, terutama di kabupaten/kota di Kalsel. Kita pasti akan menuju ke era normal baru itu, tapi jangan tergesa-gesa,” ujar Uskup yang ditahbiskan pada 26 Oktober 2008 ini.

Setiap orang Katolik bersama seluruh warga masyarakat harus sadar dan awas kalau kita belum bebas sepenuhnya dari wabah. Jika mulai tergesa-gesa, dampaknya bisa fatal. Biasanya, penyakit yang datang dalam serangan kedua dampaknya lebih fatal.

Dari pengalaman yang ada ketika ada dalam masa-masa sulit ini, kita semua belum siap menghadapi serangan itu, baik dari segi sarana dan infrastruktur, alat-alat kesehatan, petugas medis yang kurang, apalagi vaksin Covid-19 diklaim beberapa ahli baru ditemukan pertengahan tahun depan baru.

Selama belum ada obatnya berarti virusnya belum bisa dikalahkan.

Mgr. Timang melanjutkan, mungkin Tuhan memperkenankan kita mengalami situasi yang di satu sisi tidak nyaman, tapi di sisi lain memberi kita waktu lebih untuk terus menerus berkumpul dengan keluarga. Ini waktunya untuk menguji cinta sejati dalam keluarga.

Cinta yang seharusnya tanpa perhitungan itu harus dialami dalam proses yakni tinggal bersama-sama berhari-hari, berminggu-minggu  bahkan berbulan-bulan.

Masa pandemi ini sedikit banyaknya akan menunjukkan apakah cinta kita sudah sejati atau belum? Bukan hanya kalau senang-senang lalu kita mengatakan saya mencintai engkau, tapi juga ketika kelihatan sifat-sifat dari anak kita, orangtua kita, pasangan kita yang mungkin tidak menyenangkan dan tidak kadang mungkin tidak semanis yang diucpakan.  

Semuanya itu akan menyadarkan kita kalau cinta itu sesungguhnya berat, harus banyak pengorbanan di dalamnya.

“Kita nanti akan menemukan cinta dalam cerita yang baru. Inilah wujud kasih Allah yang tidak pernah berhenti mencintai umat-Nya,” kata Mgr. Timang.  

Terakhir, Mgr. Timang mengatakan bahwa selama beberapa tahun ini, umat Keuskupan Banjarmasin sudah melakukan gerak bersama untuk paripurna membaca Alkitab, merenungkan pesan-pesan Tuhan dalam hidup sehari-hari.

“Kalau misalnya dulu kita belum paripurna membaca Alkitab, sekarang saatnya untuk memperdalam lagi,” pungkasnya.  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here