Kilas Balik Pekan Komsos Nasional di Keuskupan Purwokerto

0
711 views
Mgr Vincensius Sensi Potokota menutup PKSN dengan memukul gong / Foto : Abdi Susanto

PEKAN Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) memeringati Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-51 telah usai. Selama sepekan sejak 22 hingga 28 Mei Keuskupan Purwokerto didapuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan bertema “Jangan Takut Aku Besertamu Komunikasikan Harapan dan Iman.”

Tim Komsos KWI kali ini tidak perlu menggunakan pesawat untuk menuju lokasi kegiatan, Katedral Purwokerto. Melainkan hanya butuh waktu lima jam menggendarai kereta api dari Stasiun Gambir Jakarta. Demikian juga dengan beberapa tamu undangan delegasi dari komsos berbagai keuskupan di seluruh Indonesia. Tentu saja beberapa yang datang dari Papua (Agats, Merauke), Makassar, Amboina, Ketapang mesti mengendarai pesawat.

Agak berbeda dengan penyelenggaraan PKSN yang sebelumnya sudah tiga kali diadakan (Weetebula, Sorong, Nias). Kali ini para utusan dari komsos keuskupan lain diundang untuk meramaikan acara sekaligus belajar bagaimana menyelenggarakan program yang digagas oleh RD Kamilus Pantus sejak menjabat sebagai Sekretaris Esksekutif Komisi Komsos KWI.

Misa Pembukaan Meriah

Misa Pembukaan pada Senin (22/5) sore yang dipimpin oleh Ketua Komsos KWI Mgr. Hilarion Datus Lega berlangsung meriah. Diiringi gamelan dan keroncong serta alat musik calung perayaan pembukaan PKSN ini berasa agung sekaligus khidmat. Uskup Emeritus Mgr. Julianus Sunarka SJ yang datang terlambat karena perjalanan jauh bermobil dari kota Semarang serta ratusan umat Keuskupan Purwokerto memadati gedung Gereja Katedral.

“Dalam Injil Matius ada kata Imanuel yang artinya Tuhan beserta kita. Dalam Injil Yohanes ada Teologi Sabda yang menyatakan Sabda yang menjelma menjadi manusia. Dan Kitab Wahyu juga menyatakan hal yang sama. Penyertaan Tuhan diungkapkan dengan kata Maranatha yang artinya sama dengan Imanuel,”ujar Mgr. Hilarion.

Karena itu semakin jelas, kata Uskup Manokwari-Sorong ini, Tuhan tidak pernah bisa tinggal diam. Dia selalu bertindak yang oleh gereja dirumuskan menjadi komunikasi sosial dalam wujud relasi antarmanusia, dialog, penghargaan martabat hidup manusia.

“Jadi, hakikat komunikasi sosial adalah penyertaan Tuhan. Oleh sebab itu Paus tahun ini mengangkat gerakan ini dengan karakteristik khusus, yaitu ‘jangan takut’,”ujar Datus. Karena itu Mgr Datus Lega mengajak seluruh umat agar pesan Hari Komunikasi ini bergaung tidak hanya dalam sepekan tapi terus menerus sepanjang tahun.

Gelar Budaya

Sebelum misa pembukaan, Tim Komsos KWI dan delegasi dari berbagai keuskupan mendapat sambutan meriah. Kesenian Kentongan, Dolalak, dan Buncisan membawa rombongan mulai dari Jalan Gatot Subroto hingga Jalan Gereja dan berakhir di depan Paschalis Hall Keuskupan Purwokerto. Administrator Keuskupan Purwokerto RD Tarsisius Puryatno memakaikan blangkon ala Banyumas di kepala Mgr Datus Lega serta mengalungkan kain sampur sebagai tanda persahabatan dan keterbukaan.

Ketua panitia PKSN, RD Casianus Teguh Budiarto mengungkapkan bahwa gelaran budaya ini merupakan bentuk upaya untuk melawan budaya yang cenderung bersifat merusak. Penyebaran ujaran kebencian, fitnah, berita bohong dan palsu, kekerasan dan kejahatan saat ini luntur karena rasa budaya kita sudah luntur, kata Teguh.  “Kearifan lokal dibangkitkan kembali karena kita ingin memberi pengharapan bahwa hidup ini menggembirakan bila kita saling guyub (rukun) dan menolong,”ujarnya.

Tak heran bila Bupati Banyumas yang hadir dan membuka dengan kentongan acara PKSN di Gedung Paschalis mengucapkan terima kasih atas disajikannya kesenian tradisional ala Banyumas ini.  Achmad Husein menghargai upaya dibangkitkannya kembali kearifan lokal ini dan berharap anak-anak muda utamanya orang muda Katolik menjadi agen bagi tersebarnya kebaikan dan kasih sayang yang bisa dilakukan lewat kegiatan budaya.

Gelaran budaya ini dilanjutkan pada malam Sabtu (27/5) di tempat yang sama yang menyajikan Wayang Wahyu dengan lakon Yudas Makabe. Ki Dalang RD Agustinus Handi Setyanto yang juga Pastor Paroki St. Mikael, Gombong, Jawa Tengah menjadi komandan seluruh acara malam itu. Karena selain wayang, disajikan juga tari-tarian tradisional dan modern oleh para penyaji dari orang muda Katolik (OMK), kelompok Choice, Catholic Family Ministry, dan mahasiswa Akademi Maritim Nusantara Cilacap.

Sajian makanan tradisional tempe mendoan dan tempe gembus (dage), kacang dan pisang rebus tak ketinggalan mengenyangkan perut para penikmat wayang dan kesenian hingga jelang tengah malam.

Berbagai  Pelatihan dan Seminar

Beragam kegiatan mengisi acara PKSN. Workshop audio visual yang berlangsung Selasa hingga Kamis (23-25 Mei) dipandu oleh tim dari Studio Audio Visual PUSKAT Yogyakarta. Diikuti oleh puluhan siswa dan siswi dari berbagai sekolah, kegiatan ini  menghasilkan 7 video pendek durasi 2 menit.

Di tempat lain, bekas RS Ibu dan Anak Elizabeth Purwokerto di salah satu ruangannya, FA Margana dan AA Kunto memberikan materi Menulis Kreatif . Kegiatan berlangsung dua hari, mulai Rabu 24 Mei. Budi Sutedjo dari Indonesia Menulis mengisi acara di hari kedua karena FA Margana menjadi juri lomba debat di hari kedua pelatihan.

Kegiatan yang paling jauh berlangsung di Cilacap, di Kampus Akademi Maritim Nusantara pada Rabu (24/5). Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit, Direktur Suara Surabaya Errol Jonathans dan Budi Sutedjo Dharma Oetama mengisi seminar bertema literasi media.

Dan yang kurang menggembirakan terjadi di sesi lomba debat yang hanya diikuti dua sekolah menengah atas, SMA Bruderan Purwokerto dan SMA Bernardus Pekalongan. Dimenangkan oleh SMA Bernardus. Ujian kenaikan kelas untuk anak-anak SMA kelas 1 dan 2 sedang berlangsung minggu itu. Sementara anak-anak SMP dirasa tidak mungkin menjalani lomba ini. “Peserta yang tadinya 16 kelompok makin mendekati hari H malah mengundurkan diri karena tidak berani berisiko,”ujar panitia Robertus Sutriyono.

Namun yang menggembirakan di hari itu dan di lokasi yang sama kegiatan menggambar karikatur dan mewarnai gambar diikuti oleh ratusan anak-anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Rupanya juara pertama, kedua dan ketiga diborong oleh SD Santa Maria Purwokerto untuk lomba mewarnai gambar.

Hari Keempat, Kamis (25/5) Bebet Darmawan yang sering memberi pelatihan bagi prajurit TNI Angkatan Udara menyampaikan banyak hal tentang bagaimana membongkar pikiran dan keyakinan yang menghambat kesuksesan. Breaking The Limits, itulah yang ingin ditunjukkan kepada para peserta Character Building sehingga mereka akhirnya mampu mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi dan mudah mencapai kesuksesan.

Puncak Acara

Puncak kegiatan PKSN berlangsung di Aula Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Yos Sudarso milik Keuskupan Purwokerto. Dirjen Bimas Katolik Eusebius Binsasi, Guru Besar Ilmu Komputer dan Sistem Informasi ABFI Institut Perbanas, Jakarta Prof. Dr. Eko Indrajit, Direktur Suara Surabaya Errol Jonathans, dan Wartawan Senior Harian KOMPAS Trias Kuncahyono menjadi pembicara dalam “Seminar Nasional Hari Komsos”.

Keempatnya bicara sesuai bidangnya masing-masing tentang tantangan dunia digital saat ini serta bagaimana mengatasinya. Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama Eusabius Binsasi mengajak masyarakat untuk menggunakan hati nuraninya masing-masing bila dihadapkan pada berbagai macam berita yang diterimanya utamanya bila itu sifatnya bohong (hoaks) maupun palsu. Baik Errol maupun Trias yang mewakili media menyebutkan bahwa media mainstream memiliki tahapan-tahapan atau prosedur yang ketat untuk menyajikan sebuah berita sehingga layak disampaikan kepada masyarakat.

Eko Indrajit menekankan bahwa kita tidak bisa menyalahkan teknologi. “Teknologi yang digunakan manusia untuk mempermudah. Kalau ada penyalahgunaan, jangan salahkan teknologinya atau media sosialnya, tapi salahkan manusianya,”ujar Eko.

Mengutip kata Paus Fransiskus yang menyampaikan pesannya berjudul “Jangan Takut Aku Bersertamu, Komunikasikan Harapan dan Iman” di Hari Komunikasi Sedunia yang jatuh pada hari Minggu, 28 Mei tahun ini, yang menentukan hitam putih medsos adalah pribadi di belakang teknologi. “Kalau orang itu baik maka kebaikan yang disebarkan saat mereka bermain di media sosial. Kalau orang itu jahat, maka kejahatannya bisa makin canggih dan tersebar.”tegas Eko.

Akhirnya di Minggu, 28 Mei, tepat di hari Komunikasi Sosial sedunia ke-51, PKSN ditutup dengan ekaristi meriah yang diiringi oskestra yang pemainnya adalah para pemusik dari Yogyakarta. Gong yang dipukul Mgr. Sensi Potokota menutup kegiatan sepekan ini.

Dalam homilinya, Uskup Keuskupang Agung Ende ini mengajak seluruh umat untuk selalu menggunakan lensa kacamata Yesus dalam berkomunikasi khususnya di era digital saat ini. Sesuai tema besar yang dicanangkan sendiri oleh Bapa Paus Fransiskus dalam hari komunikasi tahun ini Mgr Sensi mengajak seluruh umat untuk menyampaikan kabar baik di tengah situasi dunia yang penuh dengan kecemasan, ketakukan dan tantangan rapuhnya akhlak, serta nurani manusia.

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here