Kiong Koe Berkicau: Berkat Allah Datangnya Gratis, Namun tidak untuk Dihabisi Sendiri

0
239 views
Ilustrasi: Donasi.

Mat 10:7-15

 DULU, saat saya masih menjadi seorang mahasiswa filsafat dan teologi, kata-kata Tuhan Yesus seperti, “Kalian telah memperolehnya dengan cuma-cuma maka, berilah pula dengan cuma-cuma”, saya menangkapnya seperti demikian.

“Semua Frater yang hidup di Seminari dan kuliah di STFT sebagian besar disponsori oleh Gereja atau umat Allah. Merekalah yang menseponsori pendidikan kami.

Umat Allah menginvestasikan sebagian dananya untuk mesupport  seluruh kebutuhan hidup kami. Bukan bertujuan untuk mendapatkan profit duniawi, tetapi demi menolong jiwa mereka sendiri.

Semua bentuk donasi umat ini memang tidak ada perjanjian tertulis dengan kami. Donasi itu, sifatnya menolong dengan iklhas. Dalam bahasa Tuhan Yesus melalui Injil hari ini, memberi dengan cuma-cuma tanpa imbalan”.

Namun, walaupun tidak ada perjanjian secara tertulis dalam upaya donasi umat Allah tersebut, tidak serta-merta mereka  mendonasikan begitu saja tanpa menitipkan harapan iman.

 Setidaknya, donasi umat Allah itu memiliki imbalan teologis atau iman.

Apa itu? Doa.

Umat meminta doa. Selain itu, di hati para donatur juga tersimpan harapan besar dan doa buat kami.

Dulu salah seorang donatur seminari pernah mengucapkan kata-kata ini dari mulutnya kepada saya, “Semoga bantuan kami ini tidak sia-sia. Dan semoga kelak kamu semua yang ada di sini menjadi imam buat menolong jiwa kami yang rapuh ini.”

Di titik ini, barangkali kita bisa sedikit menangkap kata-kata Tuhan Yesus soal rahmat tadi. Rahmat atau berkat Allah itu datangnya gratis. Kita tidak pernah membeli atau membayarnya. Dia memberi dengan cuma-cuma.

Kalau ada yang bilang begini, “Mana mungkin orang memperoleh penghasilan atau uang kalau dia tidak bekerja?”

Kepada mereka yang bertanya seperti itu, saya juga mau bertanya, “Apakah mungkin juga, seorang pekerja bisa mendapatkan hasil yang begitu banyak kalau Tuhan Allah tidak menjatuhkan  hujan berkat buat dia ?”

Mustahil.

Hasil kerja berupa berkat tidak melulu kerena kemampuan manusia semata. Hasil kerja manusia berupa kelimpahan banyak berkat adalah perolehan dari mitra kerja antara manusia dengan Allah.

Lantas bagaimana berkat yang cuma-cuma ini, bisa diterjemahkan kedalam hidup saya sebagai imam dewasa ini?

Dalam pengalaman saya sebagai imam, kadang tidak mudah melayani umat Allah tanpa menyertakan motivasi manusiawi. Ketika melayani umat dengan turne seharian dan begitu tiba di Stasi tidak ada umat, karena semua pada sibuk berladang. Rasanya, hampa, lapar, haus dan letih.

Pengennya cepat-cepat mau istirahat tetapi, perut keroncongan karena kelaparan.

Ya…sudah…. saya harus masak dululah . Padahal dalam hati kecil saya berharap, begitu tiba di Stasi nanti semua makan dan minum sudah tersedia, dan saya tinggal makan dan minum.

Menurut hemat saya, pembagian berkat melalui pemberian diri untuk melayani umat Allah dengan doktrin cuma-cuma adalah proses belajar yang terus- menerus berlangsung dalam kehidupan seorang imam.

Melayani umat Allah dengan jiwa kemiskinan adalah spritualitas hidup seorang imam yang perlu ditempuh, ditumbuhkan dan  dihidupi  terus-menerus dari hari ke hari.

Kata-kata rasul Paulus, “….bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.” (1Kor 9:18) adalah terjemahan radikal dari doktrin Rahmat Allah yang bersifat cuma-cuma.

Bagaimana St. Paulus sampai bisa memahami hal ini begitu baik?

Mungkin St. Paulus berpikir seperti ini.

“Dia dipilih Allah untuk mewartakan Injil saja sudah menjadi kebanggaan yang luar biasa. Itu Rahmat yang tidak diberikan pada semua orang. Hanya orang terpilih saja yang memperolehnya”.

Kesadaran seperti ini, sangat didukung oleh kata-kata Tuhan Yesus Sendiri, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” (Mat 22:14).

Sepertinya, untuk sampai kepada kesadaran seperti ini, luar biasa sekali. Apalagi kalau bisa mewujudkannya, lebih luar biasa lagi.

Ya, Tuhan Yesus, bantulah aku imam kecil milikMu, yang ringkih dan rapuh ini supaya aku bisa menghidupi semangat itu.

Renungan: “Memberi berkat dengan cuma-cuma berarti kita sedang menolong diri sendiri”

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here