Kiong Koe Berkicau: Berpastoral di Tengah Suku Dayak Kenyah Apau Kayan

0
143 views
Kondisi medan pastoral di wilayah pedalaman Paroki Apau Kayan, Keuskupan Tanjung Selor di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Sungguh butuh mental baja, juga semangat Pptualang untuk mampu dan tahan berkarya di wilayah pedalaman Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara. (Romo Sixtus Pr/Keuskupan Tanjung Selor)

Apau kayan, 18-10-2022

Luk 10:1-9

Wilayah Paroki St. Lukas Apau Kayan terdiri atas empat kecamatan yaitu, Kec. Data Dian, Long Nawang, Kayan Selatan dan Sungai Boh.

Empat Kecamatan ini memiliki wilayah yang sangat luas. Akses jalan antar kecamatan masih melewati jalan tanah tanpa aspal. Jangan heran bila hujan turun kondisi jalan berubah menjadi “adonan kue”, penuh dengan lumpur.

Mobil dan motor yang mau melewati jalan pun mengalami kesulitan untuk jalan.

Wilayah yang sangat luas dengan kondisi medan jalan tanah berlumpur yang berbentuk seperti inilah tempat kami berpastoral. Selain itu, hal lain yang kami hadapi adalah perjuangan mengalami dan menghayati “spiritualitas berladang” yang umat hidupi di pedalaman.

Terkadang mengalami dan melewati semua hal ini, kami merasa jenuh dan lelah tidak hanya secara fisik tetapi juga secara pikiran dan batin. Hidup doa dan semangat kadang datar dan lesu. Tuhan terasa tiada.

Inilah pengalaman “malam gelap” yang kami alami dalam berpastoral di tempat ini.

Pengalaman “malam gelap” yang kami alami ini, seolah-olah untuk mengenapi sabda Tuhan Yesus yang berkata, “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” (Luk 10:3).

Tugas pengutusan untuk mewartakan Injil memang tugas mulia. Namun, tugas mulia ini bila diterjunkan atau di bawa ke tempat yang menantang andernaline dan sangat berisiko malah menjadi menarik. Wilayah yang menatang dan beresiko adalah tempat menggali kisah-kisah menarik dari seorang pewarta Injil.

Di bagian tempat yang mengandung risiko biasanya menjadi wilayah untuk menguji tekanan yang mengaduk-aduk emosi seperti, keberanian, keraguan, kecemasan dan ketakutan.

Di sini pula komitmen, kesetiaan dan kemartiran seorang imam itu diuji. Yang bertahan dan setia sampai akhir akan timbul seperti berlian. Dan yang minggat “angkat kaki” akan dikenang sebagai kacung.

Setelah kami mengalami semua peristiwa sukadukanya menjadi pewarta Injil, kini kami mulai perlahan-lahan memahami bahwa mengikuti jejak Kristus berarti kerelaan dan keikhlasan hati untuk menjadi serupa dengan Dia.

Dan dalam hal itu, kami mesti menerima dengan rela hati untuk mengalami semua hal-hal yang tidak menyenangkan. Termasuk risiko pengurbanan paling akhir yaitu, nyawa mesti beri ke Dia.

Selain itu, nas indah Rasul Paulus mesti menjadi akrab dan “daging” dalam hidup seorang pewarta Injil yaitu:

“Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina. Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini.” (1Kor 4:10-13).

Dan bila melewati itu semua dengan sabar dan ihklas hati, seorang pewarta Injil dengan sendirinya akan menemukan makna spritual di balik semua yang dia alami.

Di ujung dan di akhir hidupnya barulah dia boleh berkata, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (Flp 3:7-8). Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:21).

Refleksi:Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri (1Ptr 5:2).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here