Kiong Koe Berkicau: Ibu Minta Bantuan, Pastor tak Kuasa Tolong

0
224 views
Ilustrasi - Membantu sesama. (ist)

Yoh 4:43-54

SABTU pekan lalu, saat di Stasi Lidung Payau, saya didatangi seorang ibu di pastoran. Dengan wajah yang lelah, ia mengutarakan maksud kedatangannya untuk bertemu dengan saya yaitu, dia mau minta pertolongan.

Ia berkata, “Pastor kedua anak saya ini, pengin sekali mau kuliah. Namun, kondisi ekonomi kami tidak mampu membiayai mereka berdua untuk kuliah. Uang tabungan kami cuma ada Rp. 1.200.000.

Apakah Keuskupan kita, punya program beasiswa untuk anak kuliah dari keluarga yang tidak mampu seperti kami ini?”

Saya pun merespon begini, “Ibu yang baik hati, kondisi ekonomi yang dihadapi orang pasca pandemi Covid-19 saat ini, pada lesu. Saat ini, kebanyakan umat kita cuma berkerja untuk bertahan hidup saja. Semua rada cemas, bingung dan takut.

Akan tetapi, sebagai permohonannya ibu, coba kalau ada waktu longgar nanti saya akan info ke pihak Keuskupan.

Namun, jangan dulu berharap terlalu banyak ke sana. Berdoa saja dulu. Bila nanti tidak ada jawaban dari sana, ya… mungkin sebaiknya mereka cari kerja saja dulu.

Bekerja sambil menabung dan bila dana sudah terkumpul, baru kuliah”.

Ketika ia minta pamit untuk pulang, saya pun diam merenung di pastoran. Ada rasa tidak berdaya, pengin berontak dan berteriak.

Mau membantu, tetapi mau bantu pakai apa? Doa? Nasihat? Ah, semua orang juga bisa jawab begini pikirku.

Saya pun dengan nada latang bilang begini ke Tuhan, “Engkau memanggil aku ke pelosok ini dan mempertemukan saya tidak hanya dengan medan karya, cuaca yang sulit dan serem, tetapi juga saya bertemu dengan umat-umat-Mu dengan kondisi ekonomi yang seperti ini.

Menghadapi cuaca dan medan yang berat, saya bisa belajar bertahan, tetapi mendengar dan berhadapan dengan syering umat yang tidak berdaya secara ekonomi, maaf… saya menyerah dan angkat tangan, Engkau tahu bahwa aku bukan pembuat mukjizat dan bukan pula sebagai pohon duit”.

Terkadang saya iri dengan Tuhan Yesus. Dia mudah sekali menolong orang susah. Kepada orang susah yang mencari kesembuhan, Dia tinggal bilang, Pergilah, anakmu hidup.

Ingin sekali rasanya menolong orang susah dengan mudah. Namun, keterbatasan sering kali menjadi penghalang.

Berharap semua hal berjalan dengan baik tanpa terkendala, tetapi “cuaca” di dunia konkrit tidak selalu bisa diajak berkompromi dengan hidup kita.

Masa Prapaskah terkenal dengan uji hati dan uji nyali. Dan iman kita tidak hanya diasah, tetapi akan terus diuji di segala waktu dan tempat.

Jadi, iman kita tidak sekedar percaya pasif begitu saja.

Iman juga mengajak dan mendorong kita berjalan bersama usaha manusia.

Refleksi: “Apakah imanku masih bernyala saat diuji dalam situasi yang sulit?”

Apau kayan, 28-3-2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here