Kiong Koe Berkicau – Ketika Tuhan Berjalan Terpisah dengan Manusia

2
142 views
Bangunan gereja Paroki Apau Kayan di kawasan pedalaman Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara. (Romo Sixtus Pr)

Apau kayan, 24-9-2022

Luk 9:43b-45

PEMBANGUNAN gereja pusat paroki Apau Kayan sudah berjalan 8 tahun dan kini sudah memasuki tahun yang ke 9. Berbagai cara sudah di tempuh oleh Pastor Paroki bersama sama umat.

Mulai dari berdoa, mengajukan proposal ke donatur hingga keswadaya umat seperti, gotong royong mengambil pasir dan batu di sungai, gotong royong mengambil kayu di hutan, gotong royong mengambil bambu di hutan untuk tiang penyangga saat tukang bekerja, gotong royong mencetak batako, gotong royong mencari dana lewat pengerjaan jalan tani di desa setempat, gotong royong mengambil batu untuk dijual di bandara, menjual hasil padi paroki dan mengumpulkan iuran setiap bulan Rp. 5.000 per-keluarga.

Ketika semua upaya rohani dan fisik berada pada titik kelelahan dan kejenuhan, akhirnya satu persatu umat mulai menyerah dan “angkat tangan”.

Sepertinya, kesabaran dan ketabahan umat dalam membangun gereja tersebut sudah terkuras oleh kelelahan fisik dan kehabisan ide.

Memang bila doa dan harapan tak kunjung mewujud, hidup terasa menjadi beban dan derita. Umat tidak bisa lagi melihat cahaya di siang hari. Karena semua terasa gelap gulita.

Umat sudah kehilangan kekuatan hingga titik terbawah. Hanya mampu melihat bangunan yang masih “gersang” menanti datangnya embun segar.

“Kekuatan mereka kering seperti beling dan lidah-lidah mereka seperti melekat pada langit-langit mulut mereka karena lapar dan haus. Umat berdoa, bekerja dan terus berharap, tetapi realisasinya tertunda-tunda dan terseok seok” (bdk. Mzm 22:16).

Kulit umat menghitam dan mengelupas disengat terik matahari, tulang-tulang mereka yang awalnya penuh dengan roh orang muda untuk membangun dan memiliki gereja baru, pinggang mereka yang kelihatan awal dibalut oleh lemak tetapi, karena keseringan dan kelamaan dipakai untuk kerja gotong royong lambat laun kering dan pupus juga. Mereka menggerutu dan suara merintih mengadu “ke atas sana” lewat lantunan doa, tetapi sepertinya Dia diam menutup mata dan telinga (bdk. Ayb 30:30).

Pengalaman mereka yang melihat siang seperti gelap adalah pengalaman derita dari hati dan jiwa yang tak terlihat.

Inilah kenyataan yang dialami dalam hidup umat itu.

Bangunan gereja Paroki Apau Kayan di kawasan pedalaman Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara. (Romo Sixtus Pr)

Terkadang nampak semangat berapi-api. Terkadang juga lesu tak bertenaga. Ingin semua yang dimintai oleh hati berjalan dengan baik dan segera rampung tetapi “kenyataan” berjalan terpisah dengan keinginan hati.

Di situlah letak misterinya hidup ini. Tidak semua yang kita inginkan dan yang kita harapkan begitu saja terkabul oleh Dia yang mewujudkannya.

Maunya Dia itu seperti apa? Kita sama sekali buta dan benar-benar tidak tahu. Bahkan tak jarang ucapan-Nya saja sulit kita pahami. Itulah misteri Tuhan sulit terungkap oleh pikiran manusia.

Yesus Putra Bin Sirakh berkata, “Pekerjaan Tuhan itu ajaib dan tersembunyi bagi manusia” (bdk. Sir 11:4).

Dan yang “tersembunyi” dan yang tak mudah terjawab biasanya menjadi sumber banyak kekecewaan dan penderitaan banyak orang. Wilayah ini sangat riskan untuk hidup manusia. Banyak orang kehabisan harapan dan kesabaran bahkan sampai ada warga dunia yang sakit, mati bunuh diri dan kehilangan iman karena ujian yang diterapkan di wilayah tadi sangat-sangat “gila” dan berat.

Untukku, bila segala upaya umat sudah “mentok” di situ, ya berhentilah sejenak dan istirahatlah.

Kenapa mesti kita”ngotot” bila tenaga dan materi sudah pada lelah kehabisan roh. Bagian kita sudah kita lakukan.

Biarkan bagian Tuhan yang “tersembunyi” berjalan sendiri tanpa perlu kita tanyai. Terkadang jalan “cuek” terpaksa kita ambil bila kita berhadapan dengan wilayah jalan Tuhan yang “serba tersembunyi” dari jalan kita. “Gitu…aja kok repot.”

Refleksi: “Banyak hal lebih hebat dari pada yang tadi masih tersembunyi, sebab cuma sedikitlah dari pekerjaan-Nya yang telah kami lihat.” (Sir 43:32).

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here