Home BERITA Kiong Koe Berkicau: Marilah Menumpang di Rumahku

Kiong Koe Berkicau: Marilah Menumpang di Rumahku

0
Ilustrasi: (Ist)

Kis 16:11-15

SEBAGAI “misionaris “Kristus, saya kadang lebih sering tergoda untuk membawa banyak makanan dan minuman sebagai bekal dalam perjalanan pelayanan menuju stasi, bila dibandingkan dengan kalau saya bawa pakaian dan liturgi misa. 

Mungkin gaya pastoral saya itu, terpengaruh oleh pepatah yang mengatakan, “sediakan payung sebelum hujan”.

Atau kekhawatiran  akan kekurangan  yang di makan dan di minum. Atau kesengajaan saya melawan larangan bernas dari Tuhan Yesus yang berkata, “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju” (Luk 9:3), malah membuat perjalanan misi Injil bisa tersendat.

Dan setidaknya, pengalaman saya bepergian melayani umat di stasi yang jauh itu, menimbulkan banyak pertimbangan. Kalau tidak membawa bekal atau sedikit bawa bekal, pasti  lapar di tengah jalan.

Perjalanan seorang misionaris memang seringkali melewati lorong-lorong kegelapan atau berjalan dalam ketidakpastian. Dan berjalan dalam ketidakpastian telah berhasil menyeret dan menggoda imanku untuk menoleh pada kemanusiawianku.

Takut kelaparan, apalagi dalam perjalanan dipastikan tidak ada warung makanan.

Perikop bernas Tuhan Yesus, yang mengatakan, “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Mat 6:25-26), belum berhasil dengan baik saya imani.

Pengalaman saya ini, bertolak belakang dengan pengalaman Rasul-rasul Tuhan Yesus.

Paulus dan Silas dalam bacaan harian pertama hari ini, dikisahkan bahwa mereka bermisi tanpa menyertai banyak bekal. Satu-satunya bekal yang mereka bawa adalah Tuhan Yesus saja.

 Iman totalitas mereka kepada Tuhan Yesus telah membuahkan banyak berkat. Mereka tidak kuatir akan kebutuhan soal makanan dan minuman. Tuhan selalu mempertemukan umat-Nya yang memiliki keperdulian seperti Lidia.

Kata-kata Yesus, “Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!” (Luk 12:24), telah menyatu  dengan iman mereka.

Renungan: Kamu bekerja untuk-Ku, Aku bekerja untukmu

Tuhan memberkati .

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version