Apau kayan, 17-10-2022
Luk 12:13-21
SEPEKAN yang lalu, saya dikirimi kata-kata bijak oleh seorang sahabat yang berbunyi demikian, “Perbedaan penting antara uang dan waktu. Anda selalu tahu berapa sisa uang yang anda miliki tetapi, anda tidak pernah tahu berapa sisa waktu yang anda miliki”.
Kita sering kali gagal dan keliru memahami harta dan waktu. Banyak yang beranggapan bahwa dengan memiliki banyak harta, dia akan mendapati semua yang dia inginkan di dunia ini.
Ya…dengan harta mungkin saja dia bisa membeli semua kebahagiaan dan kenikmatan yang diusung oleh dunia ini.
Tetapi, apakah Keabadiaan bisa dia bayar? Tidak. Sebanyak apa pun harta seseorang, dia tidak bisa mengantikan kematian dengan uang.
Harta hanya bisa membayar rumah sakit dan “rumah kematian” tidak bisa dia bayar. Dia bisa menghitung semua jumlah harta kekayaannya, tetapi jumlah waktu untuk dia hidup sehari-hari tidak bisa dia hitung.
Dalam hal kefanaan yang dihadapi oleh manusia ini, Ayub pernah berucap “Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada seorang pelari, lenyap tanpa melihat bahagia, meluncur lewat laksana perahu dari pandan, seperti rajawali yang menyambar mangsanya” (Ayb 9:25-26).
Betapa kecepatan maut yang bisa mencopot hidup manusia tidak bisa sama sekali dia hitung.
Kendati kematian atau maut tidak bisa dihindari oleh siapa pun, tidak berarti manusia kehilangan kesempatan untuk hidup secara bijaksana. Dunia fana adalah fakta yang akan dihadapi oleh semua orang.
Sedangkan hidup bijaksana di dunia fana adalah cara dan pilihan hidup manusia. Orang kaya bodoh yang diumpamakan oleh Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini, sebetulnya kritik bagi kita juga yang d hidup di zaman ini.
Kadang kita dalam menghayati hidup di dunia fana ini, berjalan beiringan dengan gaya dan pilihan hidup orang kaya yang bodoh itu. Kita gelisah tentang kebahagiaan masa depan. Hidup berjuang untuk mendapati kebahagiaan bersama orang lain saat ini, kita abaikan.
Hidup yang cuma memikirkan tentang kebahagiaan seorang diri ini, sungguh-sungguh di tentang oleh Tuhan Yesus. Orang mesti hidup berbagi atau bermurah hati dengan sesama yang susah dalam dunia yang fana ini. Inilah model hidup kaya di hadapan Allah.
Kita tidak boleh terlena hanya pandai menghitung jumlah harta duniawi yang kita miliki. Kita juga perlu bijak untuk menghitung jumlah waktu kita untuk hidup di dunia ini sampai kapan?
Refleksi: “Tuhan, ajarilah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mzm 90:12).