Kiong Koe Berkicau: Pergilah ke Domba-domba yang Hilang

0
205 views
Gembala domba by inspirationalelevation.wordpress.com

Mat 10: 2-7

TERLALU naif kalau dibilang bahwa kita tidak pernah menjadi bagian dari domba yang hilang. Kita pasti pernah mengalami hal itu. Kendati bobot dan porsinya berbeda antar satu dengan yang lain.

Di dunia konkrit, kehilangan seringkali menjadi berita keprihatinan manusia.

Sebagai contoh, “Di Apau Kayan pernah kehilangan beberapa anak di hutan saat berburu babi. Mereka pergi berburu begitu jauh tetapi, tidak bisa kembali pulang ke kampung. Mereka ‘ditelan’ oleh keseraman kegelapan hutan.

Mereka berada empat hari di dalam hutan, membuat warga kampung menjadi bingung, panik dan sedih. Bunyi gong sebagai tanda duka dari ketua adat pun sudah mulai berbunyi.

Mari kita pergi mencari mereka.

Demikian perintah kepala adat kepada warga kampungnya. Setelah warga kampung pergi mencari kesana-kemari, akhirnya mereka ditemukan.

Semua korban dalam kondisi memperhatikan. Untung selamat”

Dalam kisah yang berbeda, kita juga seringkali mendengar bahwa tidak semua yang hilang itu bisa kembali pulang. Ada yang hilang selama-lamanya. Seorang umat di kota metropolitan pernah menyesal dengan kondisi keuangan Gerejanya.

Dia berkata, “Ada imam di tempat kami, main trading, saham, valas dan senang menyimpan uang Gereja di korporasi tertentu dengan iming-iming tergoda memperoleh bunga tinggi. Apa yang terjadi selanjutnya?

Bangkrut dan dana Gereja yang “ber m-m” hilang tidak bisa kembali”. Kalau kisahnya sudah begini, siapa yang bisa kita disalahkan?

Seorang guru spritual mengikuti amanat Tuhan Yesus berkata begini, “Kalau sudah begini ceritanya kehilangan tidak lagi menyangkut soal dana Gereja, tetapi imamnya juga ikut mengalami kehilangan orentasi hidup. Imam tidak dipanggil untuk bermain saham, valas, trading dan bermain bunga tinggi dengan  korporasi tertentu. Dia dia panggil untuk melayani sakramen Gereja.”

Yang lain lagi kita mendengar dari dunia religius seperti ini, “Seorang imam atau biarawati yang menghidupi panggilan imamat dan berkaul bertahun-tahun, kini hilang di dunia antah berantah dan tidak bisa kembali.

Mungkin dia hilang di seret arus “HTW” dan “HTL” (harta, tahta dan wanita dan harta tahta, lelaki) atau mungkin juga dia hilang karena di komunitasnya dia tidak dianggap atau di tolak atau tidak disuport karyanya, “atau-atau” yang lain”.

Di dunia keluarga tak kala ketika anaknya minggat dari keluarganya demi menikah dengan lelaki yang berbeda keyakinan. Hal ini juga menjadi berita kehilangan tidak hanya untuk keluarga tetapi, untuk Gereja secara keseluruhan.

Bahkan untuk Tuhan Yesus Sendiri.

Terkadang kehadiran kita yang tidak ramah dan bersahabat dalam banyak hal bisa membuat  orang lain minggat dan hilang. Selain itu, terkadang pula kita bisa minggat dan hilang karena mengalami disorientasi hidup. Hilang bukan karena faktor kehadiran orang lain tetapi hilang karena faktor kelemahan diri.

Apabila hari ini, Tuhan Yesus memberikan sebuah amanat berupa perintah “Pergilah ke domba-domba-Ku yang hilang” maka, melalui perintah yang sama yang ada di balik itu juga Dia meminta kita untuk berbalik arah kepada-Nya.

“Pergilah ke…” di dalam Tuhan Yesus bukan untuk tinggal, minggat, hilang, diam dan tidur. Dia meminta kita “Pergilah ke….” demi mewartakan Injil dan pertobatan diri dan orang lain.

Singkatnya, kita pergi dari-Nya untuk kembali pulang kepada-Nya.

Renungan: Ketika “kita hilang” orang lain akan mencari kita.

Dan ketika “orang lain hilang”,  kita  yang akan mencari mereka. Dan apabila semuanya tidak ada lagi yang mencari yang hilang maka, Tuhan Allah sendirilah yang akan mencari.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here