Kiong Koe Berkicau: Sia-sia Sudah

0
279 views
Ilustrasi - Siap-siap. (Ist)


Luk 17:26-37

DUA hari yang lalu, Pastoran Gereja Katolik Malinau dilalap si jago merah. Semua tinggal kerangka. Banyak dokumen Gereja ikut terbakar. Untung penghuninya, selamat.

Bila dihitung dengan rupiah, nilai kerugian pastoran tersebut mungkin di kisaran 2,5 miliar rupiah. Sungguh angka yang tidak sedikit mengingat perjuangan penggalangan dana yang menguras energi. Dan kemudian setelah usaha kerja keras tersebut berbuah, namun sungguh tragis bangunan dan isi berikut dokumen Gereja tersebut hilang lenyap begitu saja oleh ganasnya kobaran api.

Dua bulan yang lalu sebuah perusahaan dari Tanjung Selor datang memperbaiki jalan di Apau kayan. Hasil perbaikannya lumayan bagus. Warga masyarakatnya ikut senang. Sedihnya, jalan yang sudah diperbaiki ini, tidak bertahan lama ketika hujan dan banjir datang menerjangnya. Jumlah dana ‘pemda’ untuk memperbaiki jalan ini tidak sedikit.

Mungkin ada 20 miliar. Dana sebesar itu, cuma hilang semalam ditelan hujan dan banjir.

Demikian pula dengan covid-19 yang sudah hampir setahun sudah “menjarah” ekonomi dunia. Tidak sedikit perusahaan yang gulung tikar dan banyak karyawan perusahaan yg di-PHK mendadak. Semua usaha manusia bertahun-tahun itu, nampak sia-sia karena dihantam virus corona.

Saat ini, kata bertuah dari pengkhotbah, “Semua yang dibangun dan yang diusahakan manusia di bawah kolong langit ini hanyalah usaha menjaring angin, sia-sia”. (bdk Pkh 1:14).

Bahkan usaha manusia yang sangat berlebihan dalam mengeluarkan biaya perawatan biar terlihat cakep, cantik dengan segala atributnya di sebut sia-sia, sebab manusia tidak bisa menolak datangnya penyakit, proses penuaan dan akhirnya kematian.

Yang manusia lakukan tersebut cuma membuang uang berlebihan demi kecantikan dan kecakepan sesaat.

Padahal bisa saja bila kita ada kelebihan uang sebetulnya bisa digunakan untuk menyenangkan hati Tuhan…yaitu misalnya mensuport pelayanan Gereja.

Ada benarnya kata orang bijak, “hidup manusia itu simple, tetapi manusia bersikeras membuatnya jadi rumit”.

Dia bersikeras mempertahankan nyawanya karena takut kehilangan nyawa di dunia, eh… malah nyawanya hilang sia-sia. Kata Yesus, “Siapa yang mempertahankan nyawa dan sibuk demi dunia, dia kehilangan nyawa di dalam Yesus”.

Guru di padang Gurun berkata, “Hidup bersama Allah itu, seperti Maria yang duduk di kaki Tuhan Yesus mendengarkan Dia berbicara” (bdk. Luk 10:39).

Dengan kata lain, hidup bersama dengan Yesus itulah hidup yang sejati. Kehilangan nyawa di dalam Yesus itulah kehidupan yang sesungguhnya. Dunia boleh berkiamat kapan pun, tetapi dunia kehidupan Tuhan Yesus tetap ada.

Tuhan Yesus pernah berkata begini, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35).

Oleh karena itu, tidak ada gunanya lagi kita bersusah dan bersedih hati bila semua usaha-usaha yang sudah kita bangun itu hilang lenyap seketika. Itu semua adalah hal-hal sia-sia.

Yang tidak sia-sia cuma satu yaitu, jangan sampai karena kita memikirkan hal-hal yang sia-sia, malah kita kehilangan Dia yang Hidup-Nya tidak sia-sia untuk kita.

Renungan: “Jangan melekat dengan hal-hal yang sia-sia”Tuhan memberkati .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here