TERNYATA aku hanya bertahan sekitar 10 tahun di pesantren made in Holland.
Begitu berada di “dunia ramai,” saya membantu selama kurang lebih selama tiga bulan di Komsos Keuskupan Agung Semarang (KAS) di Bintaran Kidul, Yogyakarta; menjadi asisten Romo Bambang Budyapranata Pr – imam diosesan KAS dari Dusun Garuman, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Tujuannya sekadar untuk mencari ongkos ke Jakarta.
Begitu tiba kembali di Jakarta, saya seperti rusa masuk kampung. Bingung. Untunglah, ada yang menawariku bekerja di sebuah perusahaan yang waktu itu punya banyak proyek di TimTim – kini Timor Leste (TL). Kantor pusatnya di Tanah Abang. Oleh perusahaan itu, saya lalu seriing dikirim ke Timor Leste.
Salah satu tugasku di TimTim yaitu berkeliling ke semua proyek di seluruh propinsi termuda Indonesia tersebut. Misinya adalah membayari gaji para pekerja. Dilakukan setiap akhir pekan.
Dengan jip menuju Baucau
Nah, Jumat pagi itu, seperti biasa, saya menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk logistik. Sekardus bir “Tiger” kalengan juga tak pernah ketinggalan. Kupaculah jip Taft diesel menuju Baucau.
Di sana sedang dibangun stadion olahraga yang nantinya akan dijadikan tempat pemusatan peringatan 10 tahun tergabungnya TimTim sebagai propinsi termuda Indonesia.
Sesampai di Manatuto, ban belakangkiri jipku tiba-tiba kempes. Mungkin karena melindas baru-baru tajam di jalan yang waktu itu belum beraspal. Apa boleh buat.
T-shirt kulepas. Kuambil dongkrak dan menelusup ke kolong jip. Rosario yang melilit leherku nampak jelas bersimbah keringat.
Sedang asyik mengganti ban, tiba-tibakulihat dari kolong jip, sepatu-sepatu lars keluar dari semak-semak yang menghampar di sekitar lokasi. Seragam mereka pun nampak lusuh.
Rambut, gondrong semua. Keringat hangat di sekujur tubuh, sontak berubah jadi dingin. Ketakutan menyergapku. Lalu komat-kamit lah aku berdoa Salam Maria. Memohon perlindungan.
“Ana apa mas? Ada yang bisa kami bantu?” ujar salah seorang dari mereka sembari melongokku di kolong jip.
Mendengar itu, hatiku seperti tersiram air kulkas. Maknyessss……
Lalu atas perintah serdadu yang menyapaku itu, dua anak buahnya dengan sigap mengambil alih pekerjaanku. Setelah semua beres, kubuka karton bir sebagai ungkapan terimakasihku kepada mereka.
Lalu kami minum bir bersama dalam suasana penuh sukacita. (Berlanjut)
Eling B’Ning
Baca juga: Kisah nyata keajaiban Rosario, demamku langsung lenyap (4)