Kisah Penunjukan Uskup Keuskupan Sintang: Mgr. Samuel Oton Sidin Nyatakan Siap 19 Des 2016 (1)

0
981 views
Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap saat diwawancari Sesawi.Net di Provinsialat Kapusin Provinsi Kalimantan di Pontianak, Jumat pagi 23 Desember 2016. (Royani Lim/Sesawi.Net)

SEJENAK singkat, Redaksi Sesawi.Net berkesempatan bertemu tatap muka dengan Uskup terpilih Keuskupan Sintang, Kalbar: Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap.  Ini terjadi di Wisma Provinsialat Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap) Provinsi Kalimantan di Kompleks Rumah Retret Tirta Ria, sekitar 20 menit dari Bandara Supadio Pontianak menuju pusat kota melalui jalur lama Sungai Raya.

Pertemuan dadakan  ini ‘dirancang’ oleh Minister Provinsial Pater Amandus OFMCap, setelah kami terlibat dalam komunikasi intensif sepanjang dua hari terakhir ini. Aslinya, kami sebenarnya akan sowan mendatangi Mgr. Samuel di Pastoran Paroki Assisi di Tebet, Jakarta Selatan, tempat beliau saat ini masih berkarya pastoral di Gereja St. Fransiskus Assisi Paroki Tebet, Jakarta Selatan.

Namun, ternyata hanya sehari setelah namanya resmi diumumkan oleh Vatikan tentang penunjukkannya sebagai Uskup baru untuk Keuskupan Sintang pada hari Rabu tanggal 21 Desember 2016, Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap langsung terbang ke Pontianak, Kalimantan Barat, pada esok harinya.

“Saya meninggalkan Jakarta pada hari Kamis petang tanggal 22 Desember 2016 semalam. Dari Bandara Supadio Pontianak, begitu mendarat saya langsung meluncur untuk bisa bertemu dengan Mgr. Agustinus Agus, Administrator Apostolik Keuskupan Sintang,” terang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap di Provinsialat Kapusin Provinsi Kalimantan membuka cerita ringan.

Selain menjabat Uskup Keuskupan Agung Pontianak menggantikan pejabat lama Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap yang pensiun, Mgr. Agustinus Agus Pr juga ditunjuk Vatikan sebagai Administrator Kepausan untuk Keuskupan Sintang. Sebelum dimutasi ke Pontianak, Mgr. Agustinus  Agus adalah Uskup Keuskupan Sintang menggantikan pejabat sebelumnya Mgr. Ishak Doera Pr (alm).

Baca juga:  Rencana Tahbisan Uskup Keuskupan Sintang: Sekedar Patokan, 22 Maret 2017 (2)

Di balik penunjukannya sebagai Uskup

Menjawab Sesawi.Net tentang ‘histori’ penunjukan sebagai Uskup Keuskupan Sintang, Mgr. Samuel lalu berkisah sebagai berikut:

Pada hari Senin, tanggal 19 Desember 2016, kata Mgr. Samuel, ia dipanggil oleh Nuntio Mgr. Antonio Guido Filipazzi ke Kedubes Vatikan untuk RI di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. “Ini adalah pertemuan kami ketiga dengan beliau,” katanya.

Mgr. Samuel sama sekali tidak ‘kepikiran’ kalau pada pertemuan ketiga dengan Nuntio itu dia dihadapkan pada sebuah ‘keputusan penting’ yakni ditanyai kesediaannya untuk diangkat menjadi seorang Uskup.

Namanya muncul

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, Mgr. Samuel justru diajak bicara tentang para imam yang dianggap potensial menjadi seorang Uskup untuk Keuskupan Sintang.

Pada pertemuan ketiga tersebut, justru nama dirinya malah muncul ke permukaan.

“Saya tidak pernah kepikiran ingin menjadi seorang uskup,” tutur Mgr. Samuel dalam perbincangan santai di ruang makan sederhana di Wisma Provinsialat OFMCap di Tirta Ria, Sungai Raya, Pontianak, pada hari Jumat siang ini ditemani dua kolega imam Kapusin: Pater Provinsial RP Amandus OFMCap, Pater Damian OFMCap, dan seorang bruder Kapusin.

Ia mengaku tertegun kaget, ketika Tahta Suci telah ‘meliriknya’ untuk diangkat sebagai Uskup.

Kepada Nuntio Mgr. Antonio Guido Filipazzi yang mengajaknya bicara, Mgr. Samuel mengatakan dirinya sudah terlalu ‘tua’ untuk mengemban tugas dan jabatan mulia itu.

“Saya sekarang sudah berumur 62 tahun. Saya merasa sudah terlalu tua untuk memulai tugas dan jabatan sebagai Uskup,”” kata Uskup kelahiran Teriak, Bengkayang, Kalbar, kepada Nuntio waktu itu.

Pada tanggal 12 Desember 2016, Mgr. Samuel genap berusia 62 tahun.

Dijawab demikian: Di sini tidak ada ‘urusan’ tua atau tidak. Yang lebih penting adalah ketaatan kepada Tahta Suci dan siap mengemban tugas kegembalaan Gereja Katolik di wilayah gerejani tertentu sebagai Uskup.

Dihadapkan pada soal ‘ketaatan’ religius kepada Bapa Suci dan loyalitas kepada Gereja Katolik, akhirnya tidak ada ‘kesempatan menoleh’ lain kecuali menjawab: “Ya dan bersedia”.

Menulis surat

Kepada Sesawi.Net, dengan ringkas Mgr. Samuel lalu berkisah demikian.

Untuk memenuhi prosedur administratif, dia kemudian diminta Nuntio untuk menyatakan ‘siap sedia’ tersebut dalam selembar kertas. Nuntio menawari dia boleh menulis surat tertulis tangan dengan dua pilihan: Bahasa Italia atau Bahasa Indonesia.

“Karena Bahasa Italia saya belepotan, maka saya pilih menulis surat dalam Bahasa Indonesia saja,” katanya.

Sebagaimana diketahui, urusan berbahasa Italia tentu saja tidak menjadi masalah bagi doktor spiritualitas lulusan Roma, Italia ini.

Segera setelah surat tulisan tangan berbahasa Indonesia itu selesai dikerjakan, lanjut Mgr. Samuel di ruang makan Provinsialat Kapusin di Pontianak, “Saya lalu membubuhkan tandatangan saya disertai tanggal kapan surat itu saya buat: 19 Desember 2016 dan dilakukan di Jakarta,” terangnya.

Selanjutnya, ia pulang ke ‘rumah’ di Pastoran Gereja Paroki Assisi di Tebet, Jaksel dan kemudian tutup mulut seribu bahasa.

Ketika rekan-rekan imam menanyai kepergiannya, dengan enteng Mgr. Samuel menjawab singkat: “Urusan biasa.”

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here