Kompak Jangan Terpecah

0
579 views
Ilustrasi: (Laurentius Sukamta)

Senin, 24 Januari 2022

  • 2Sam. 5:1-7.10.
  • Mzm: 89:20.21-22.25-26.
  • Mrk. 3:22-30

TINGGAL di komunitas yang umatnya belum sepenuhnya bersatu itu susah-susah mudah.

Pada saat-saat tertentu, mereka akan mencoba menarik kita ke dalam salah satu kubu.

Meski kita sudah berusaha berjalan di tengah-tengah, tetap saja mereka bisa mengklaim bahwa kita dekat dengan mereka atau kita berseberangan dengan mereka.

Apalagi jika di komunitas kita juga mudah terbelah kurang kompak, tidak seiya sekata.

Sering kita diklaim mendukung kelompok yang satu, dan teman yang lain dikatakan lebih condong memihak kelompok sebelah.

“Kita harus satu kata di depan umat, supaya kita tidak dipisahkan oleh keinginan mereka,” kata imam senior.

“Sebelum membuat pernyataan di depan umat, baik jika kita komunikasikan dulu, supaya kita sama-sama punya satu pemikiran, satu gagasan, satu keputusan,” lanjutnya.

” Jangan sampai kita membuka celah, berupa silang pendapat di depan umat hingga bisa dijadikan bahan untuk memecah kebersamaan kita,” katanya lagi.

“Ketika berkonflk, mereka mencari pendukung dan orang-orang yang bisa memberi kenyamanan pada mereka,” sahut imam yang lain.

“Kita boleh berbeda dalam cara pandang dan cara menyelesaikan masalah dalam penggembalaan, namun perbedaan itu harus selesai di dalam komunitas. Jangan dibawa keluar. Di luar komunitas kita harus saling mendukung dan saling menjaga,” ujarnya lagi.

“Kesatuan dan kekompakan kita akan mengikis perseteruan umat, hingga masalah mereka tidak ditarik ke dalam hidup menggereja,” sahutnya.

Dalam.bacaan Injil kita dengar demikian,”

“Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?

Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan,

dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumahtangga itu tidak dapat bertahan.”

Para Ahli Taurat menunjukkan reaksi mereka terhadap karya Yesus.

Mereka menuduh Yesus telah bersekongkol dengan setan.

Terhadap reaksi itu Yesus menegaskan arah dan motivasi karyanya yaitu mewartakan dan mewujudkan cinta kasih Allah.

Cinta kasih adalah karunia Roh Kudus. Hanya Roh Kudus yang mampu mengaruniakan dan mengarahkan setiap orang pada cinta kasih Allah.

Cinta kasih itu menyatukan bukan memisahkan. Siapa pun yang lebih suka menolak sesamanya, dia menolah Roh Kudus yang mengarunikan cinta kasih.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah setiap tindakanku dilandasi oleh cinta kasih yang adalah anugerah Roh Kudus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here