Kongregasi Suster Santo Paulus dari Chartres (SPC)

0
1,932 views
Pesta harijadi Kongregasi Suster Santo Paulus dari Chartres atau SPC bersama Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang, para imam, dan lainnya. 9Dok. Kongregasi Suster SPC)

CHARTRES adalah nama sebuah kota di Negeri Anggur Perancis. Nama sama ini pula yang juga menjadi sebutan “identitas” bagi sebuah tarekat religius suster berpusat di Ibukota Banjarmasin di Kalsel.

Nama lengkapnya adalah Kongregasi Suster Santo Paulus dari Chartres (SPC).

Begini cerita ringkasnya. Kisahnya dimulai dari sebuah desa kecil di wilayah pastoral Paroki Levesville la Chenard, Keuskupan Chartres di Perancis Utara.

Sekitar akhir abad ke-17, Perancis tengah mengalami kondisi sosial di mana-mana terjadi kemiskinan, kemerosotan moral dan krisis iman mendalam.

Ini semua terjadi  karena dampak perang dan pemberontakan yang berkepanjangan.

Situasi masyarakat yang demikian inilah yang kemudian melatar belakangi tumbuhnya benih-benih panggilan yang kemudian mengkristal jadi Kongregasi Suster-suster Santo Paulus dari Chartres atau SPC.

Pendiri Kongregasi Suster Santo Paulus dari Chartres – Pastor Louis Chauvet dari Perancis. (SPC)

Pastor Louis Chauvet

Pada tanggal 25 Juni 1694, Pastor Louis Chauvet ditugaskan sebagai pastor paroki di desa di kawasan Perancis Utara. Di awal tugasnya sebagai pastor paroki, situasi sosial di wilayah paroki sungguh memprihatinkan. Malah boleh dikatakan tragis.

Bangunan gereja sudah rusak. Kondisi sosial mayoritas umatnya mengalami kemiskinan dan kelaparan. Pun pula, mereka juga sudah tidak peduli akan hidup iman. Moralitas sosialnya juga sudah bobrok. Acak kadut.

Situasi inilah yang kemudian menantang Pastor Louis Chauvet berani memutuskan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Paroki Levesville.

Ia berusaha memanfaatkan segala daya upaya demi membangun kehidupan iman umatnya.

Namun, banyak kali usahanya itu menghadapi masalah. Pastor Louis Chauvet menyadari dia tidak dapat melakukan pekerjaan di paroki seorang diri.

Karena itu, ia lalu mencari para pemudi yang rela membantunya.

Akhirnya, Pastor Louis menemukan tiga orang gadis desa yang siap membantunya di paroki.

Berdiri sejak tahun 1696

Pada tahun 1696, Kongregasi SPC resmi didirikan oleh Pastor Louis Chauvet. Seorang perempuan muda bernama Marie-Anne de Tilly ikut datang membantu Pastor Louis Chauvet.

Marie-Anne lahir di Puri Allaines, Perancis Utara.

Meskipun berasal dari kalangan bangsawan, namun kemudian ia malah merelakan seluruh hidupnya guna bisa membantu karya pastoral Pastor Louis Chauvet.

Malahan, ia juga bersedia melibatkan diri mewujudkan cita-cita Pastor Louis Chauvet.

Marie-Anne de Tilly yang ikut mendirikan Kongregasi Suster Santo Paulus dari Chartres atau SPC.

Marie-Anne de Tilly mengajar dan membimbing gadis-gadis desa untuk menjadi guru agar mereka siap menghadapi masa depannya. Bersama para gadis desa, ia juga menyediakan diri mau mengurus orang sakit dan para gelandangan.

Mereka mengumpulkan anak-anak untuk belajar membaca dan menulis.

Satu-satunya peraturan yang mereka pegang adalah menghayati cinta kasih Kristus.

Berkembang

Kelompok gadis-gadis Desa Levesville ini semakin bertambah jumlahnya, dan karya pelayanan mereka juga berkembang sampai di luar Paroki Levesville.

Pada waktu itu Pastor Chauvet tidak berpikir untuk mendirikan sebuah komunitas atau konggregasi yang besar dan bersifat internasional.

Namun kehendak Tuhan lain. Berkat dan rahmat-Nya,yang tadinya hanya merupakan sebiji sesawi, sekarang telah berkembang menjadi pohon yang besar yang ranting-rantingnya mencapai seluruh dunia.

Kini, Suster-suster Santo Paulus dari Chartres (SPC) telah hadir di banyak negara yakni di Eropa, Afrika, Amerika Utara dan Selatan.

Juga di sejumlah negara di kawasan Asia seperti Jepang, Korsel, Hong Kong, Filipina, Thailand, dan Indonesia.

Kongregasi Suster SPC

  • Bersifat internasional dan berkedudukan di Roma, Italia.
  • Para suster berkarya di lima benua, di 40 negara.
  • Saat ini jumlah suster SPC di dunia: sekitar 5.000 personil.
  • Karya utama: pendidikan, kesehatan, pelayanan pastoral, dan sosial.

Tahun 2021 ini, Kongregasi Suster-suster SPC di seluruh dunia memasuki 325 tahun telah berkarya di berbagai belahan dunia.

Pesta Kongregasi adalah tanggal 2 Oktober 2021.

Para suster SPC dengan Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang dan para imam yang berkarya di Kalsel. (Dok SPC)

Misi ke Indonesia

Kedatangan SPC di Indonesia terjadi atas undangan Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin waktu itu: Mgr. W. Demarteau MSF (alm.).

Pada tanggal 2 Oktober 1967, enam orang Suster SPC kebangsaan Filipina tiba di Banjarmasin, Kalsel. Kepada mereka, Bapak Uskup Mgr. Demarteau MSF lalu mempercayakan pengasuhan dan pengelolaan Rumah Sakit Suaka Insan, Sekolah Perawat dan Poliklinik di Banjarmasin.

Suster SPC, sebagaimana kini Kongregasi ini lalu dikenal, juga mengasuh dan mengelola sekolah-sekolah, asrama puteri dan pelayanan kesehatan. SPC juga melayani masyarakat di pedalaman dan pedesaan di bidang kesehatan dan karya pastoral.

10 Komunitas SPC

Sampai tahun 2021, kini sudah ada 10 Komunitas SPC di seluruh Indonesia. Kongregasi SPC berkarya wilayah pastoral Keuskupan Palangka Raya (Kalteng), Keuskupan Agung Jakarta, dan Keuskupan Agung Ende di Flores, NTT. Dan tentu saja di wilayah pastoral Keuskupan Banjarmasin di Kalsel.

Dengan jumlah sekitar 80-an anggota, Kongregasi Suster SPC bekerja mengampu bidang kesehatan, pendidikan dan karya pastoral paroki serta karya di kawasan pedalaman.

Pemimpin Provinsi dan Dewan SPC Indonesia

Berikut ini daftar anggota para pemimpin Kongregasi SPC.

  • Provinsial dan Pembina Yayasan: Sr. Yovitha Daru SPC.
  • Dewan I Koordinator Bidang Pendidikan: Sr. Lusia Muunde SPC.
  • Dewan II Koordinator Bidang Kesehatan: Sr. Anastasia Maratning SPC.
  • Dewan III Koordinator Panggilan: Sr. Maria Marsiana SPC.
  • Dewan IV Koordinator Pastoral: Sr. Maria Secunda Dolorosa SPC.
Logo Kongregsi Suster SPC.

Makna logo

  • Gandum melambangkan empat puteri pertama yang bergabung masuk SPC.
  • Pedang dan Kitab Suci melambangkan karya pewartaan St. Paulus sebagai santo pelindung Kongregasi SPC.
  • Gereja Katedral Chartres di Perancis.
  • Warna merah dan biru melambangkan bendera Perancis, tempat asal mula berdirinya Kongregasi SPC.
  • Regularité (semangat kerja keras) – Simplicité (Sederhana) – Travail (Disiplin, meski arti kata itu sebenarnya kerja)

Rumah dan karya di Indonesia

  • Biara Pusat – Provinsialat ada di Banjarbaru, Kalsel.
  • Novisiat Rumah Pembinaan di Banjarbaru, Kalsel.
  • Komunitas Suaka Insan Banjarmasin: STIKES dan Rumah Sakit Suaka Insan.
  • Komunitas Jakarta: Sekolah St. Paulus di kawasan Sunter Agung, Jakarta Utara.
  • Komunitas Studi dengan rumah-biara tidak jauh dari lokasi Candi Sambisari, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta.
  • Komunitas Kuala Kapuas di Kalteng: Sekolah St. Paulus dan Poliklinik Suaka Insan.
  • Komunitas Palangka Raya: Asrama Putri.
  • Komunitas Magalau Kalsel: Klinik Pratama Suaka Insan.
  • Komunitas Kandui di Kalteng: Poliklinik Suaka Insan.
  • Komunitas Sampit di Kalteng: Mengelola karya Keuskupan Palangkara Raya.
  • Komunitas Ruto di Flores: TK Sekolah St. Paulus.
  • Komunitas Laja di Flores, NTT: Asrama.
Logo STIKES Suaka Insan dan RS Suaka Insan yang berada di dalam satu kompleks di Banjarbaru, Banjarmasin, Kalsel. (SPC)

Yayasan Suaka Insan SPC

Semboyan yayasan berbunyi “In Omnibus Caritas” yang berarti “Kasih dalam Segala Hal”

Logo Sekolah St, Paulus.

Makna logo yayasan

  • Salib melambangkan iman.
  • Jangkar melambangkan harapan.
  • In Omnibus Caritas melambangkan semangat kasih dalam segala tindakannya.
  • Warna merah dan putih melambangkan bangsa Indonesia.
  • Warna hijau melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia.
  • Buku melambangkan ilmu, simbol pengetahuan dan kebijaksanaan.
  • 17 butir padi dan 8 kapas melambangkan 17 Agustus: Hari Kemerdekaan Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here