
KATA “Konklaf” hari-hari baru naik daun di mana-mana. Menjadi sedemikian “tenar” di medsos dan dalam perbincangan keseharian dengan siapa saja, setelah Paus Fransiskus meninggal Senin 21 April 2025. Dan pasca prosesi misa requiem dan pemakamannya Sabtu 26 April mendatang, kata “Konklaf” semakin membahana di jagad media.
Kata dasar Konklaf
Kini, kata “Konklaf” seperti punya daya magnit kuat. Karena mampu menarik atensi milyaran orang. Jug seakan juga telah “menyihir” milyaran manusia di dunia untuk tahu nantinya siapa yang akan terpilih menjadi Paus baru.
Kata dasarnya
Kata dasar “Konklaf” adalah sebuah kata bahasa Latin yakni clavis. Artinya kunci. Dengan ditambahi kata Latin “con” yang berarti “dengan”, maka “Konklaf” punya arti mendasar yakni “dengan kunci”.
- Itulah arti literer sebenarnya dari kata “Konklaf”.
- Arti kiasannya menjadi “tinggal di sebuah ruangan tertutup dan dikunci dari luar, selain juga harus bebas dari segala jenis alat komunikasi, dan segala informasi yang ada di dalam tetap harus tinggal di sana”.
Proses serapan
Kata Latin “con-clave” kemudian diserap dalam bahasa Perancis menjadi satu kata dasar lagi sebagai “conclave”. Dari situ pula, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia kemudian memakai kata sama untuk merujuk arti kiasannya.
“Kata clavis itu dipakai oleh orator terkenal Romawi Cicero dan Horacius, seorang penyair Romawi – sudah biasa dipakai jauh-jauh hari sebelum Tahun Masehi. Sevbuah kata kuno bahkan ketika agama Kristen itu sendiri belum lahir,” kata Anthony Lo Bello penulis buku Origins of Catholic Words: A Discursive Dictionary.
Bulla kepausan Ubi Periculum
Istilah “Konklaf” baru mulai digunakan secara umum untuk menyebut pemilihan Paus baru pada Abad Pertengahan. Salah satu momen penting terjadi pada akhir abad ke-13, ketika Gereja Katolik mengalami masa sede vacante berkepanjangan selama hampir tiga tahun tanpa seorang Paus.
Baru tahun 1271, Paus Gregorius X akhirnya terpilih.
Sebagai tanggapan atas kesulitan yang timbul karena kekosongan takhta yang begitu lama, maka Paus Gregorius X mengeluarkan bulla kepausan berjudul Ubi Periculum.
Bulla kepausan ini menetapkan aturan-aturan resmi untuk penyelenggaraan pemilihan Paus di masa mendatang. Dokumen ini menjadi dasar bagi sistem Konklaf modern yang masih tetap menekankan:
- Prinsip pengasingan para kardinal Electores.
- Tata cara terstruktur guna mempercepat proses pemilihan paus yang baru.
Dalam konteks Vatikan, maka Konklaf berarti masa-masa khusus di mana Para Kardinal Electores (Pemilih) sengaja dan secara bersama-sama pergi mengasingkan diri dari dunia ramai dan kemudian “mengunci diri” bersama masuk ke dalam Kapel Sistina untuk memulai proses pemilihan Paus baru.
Baca juga: Konklaf 2025, nomor cantik “123” Kardinal Elektor Ignatius Suharyo (18)